Dalam aspek kebahasaan, keruntutan alur berpikir merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan memproduksi sebuah karya tulis karangan.
Namun, berbeda halnya dalam bidang kesastraan terutama puisi, penyampaian alur berpikir yang runtut maupun pemakaian bahasa yang yang sesuai kaidah kebahasaan
bukanlah hal yang berarti bahkan pemakaian bahasa puisi yang cenderung ”multiinterpretable” menjadi salah satu ciri khas dalam kegiatan menulis puisi dan
nilai lebih dalam karya tersebut. Dalam menulis puisi aspek ekspresi penyair yang lebih diutamakan.
Dengan demikian, dalam kegiatan menulis puisi, siswa dapat dengan bebas menggabungkan pengalaman batinnya di dalam dunia imaginasi yang diwujudkan
dalam bentuk lambang-lambang grafis berupa penggunaan pilihan kata diksi yang sesuai, tipografi, persajakan, irama maupun unsur puisi lainnya yang saling
mendukung. Sistem otonom yang dimiliki puisi dalam hal penggunaan bahasa secara bebas, di sisi lain puisi tetap terikat dengan aturan. Kebebasan penyampaian ide-ide
mengekspresikan diri ke dalam bentuk bahasa yang bebas tersebut hanyalah sebagai sarana untuk menyampaikan pesan penyair yang tersembunyi.
b. Metode Pembelajaran Menulis Puisi
Dalam kegiatan pembelajaran, khususnya metode pembelajaran mempunyai peranan penting. Metode atau method secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian
yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pelajaran dengan menggunakan faktor dan konsep secara sistematis
Muhibbin Syah, 1995: 202. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-
langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pembelajaran, penyajian pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian hasil
belajar. Suminto A. Sayuti 1985: 213 menyatakan bahwa penggunaan metode yang tepat akan banyak berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi
harus disadari pula, bahwa faktor gurulah yang pada akhirnya banyak menentukan berhasilnya pengajaran. Oleh karena itu, guru jangan sampai terbelenggu oleh salah
satu metode yang dipilihnya.
Metode pengajaran yang berhubungan dengan pembelajaran menulis puisi banyak berkaitan dengan metode analisis puisi, antara lain sebagai berikut.
a Metode fenomenologi, yaitu sebuah metode yang mendasarkan diri pada
pandangan bahwa suatu karya itu tidak hanya sebagai suatu sistem norma, melainkan juga sebagai suatu susunan lapis norma. Untuk membedakan penilaian
terhadap suatu karya. Karya itu, harus dianalisis berdasarkan lapis-lapis norma yang terdapat di dalamnya. Susunan norma itu menjadi tiga lapis, yaitu 1 lapis
bunyi, 2 lapis arti, dan 3 lapis objek, 4 lapis sudut pandangan tertentu tentang dunia, dan 5 lapis nilai metafisik. Namun, pada hakikatnya lapis-lapis
itu tidak dapat dipisahkan. Kelima lapis yang terkandung dalam sebuah puisi menurut model strata norma merupakan satu kesatuan yang membangun
terbentuknya puisi. Analisis strata norma ini dimaksudkan untuk memahami puisi secara utuh melalui lapis-lapis tersebut. Penerapan analisis ini dilakukan secara
rinci sesuai dengan lapis yang ada. Untuk itu, siswa harus terlebih dahulu memahami semua lapis yang ada dalam puisi agar proses pemahaman lebih
mudah. b
Metode cooperative learning yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan mengondisikan kelas menjadi beberapa kelompok kecil kemudian siswa diminta
untuk menulis puisi dengan cara meniru puisi yang ada. Keterlibatan siswa dengan puisi juga dapat dibangun melalui upaya menulis dengan meniru puisi
yang mereka sukai Syukur Ghazali, 1993: 131. c
Metode diskusi sastra, pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: langkah pertama, pembentukan suara
komunitas belajar, dengan mempersiapkan hubungan tahap awal. Langkah kedua, persiapan diskusi, dengan menentukan: topik, perincian diskusi, dan kegiatan
diskusi. Dengan demikian, dalam pembelajaran menulis puisi menerapkan teknik diskusi ini, guru dapat membantu siswa terlibat dalam proses berpikir lebih
mendalam tentang karya sastra yang dibacanya. Karakteristik diskusi secara unik menawarkan pembinaan iklim kemitraan antara guru dan siswa, sehingga kedua
belah pihak dapat berbagi rasa dan pengalaman batin dalam pemahaman dan
penafsiran pesan karya sastra yang dipelajari bersama Rizanur Gani, 2002: 55- 56.
Berdasarkan beberapa metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran puisi, metode diskusi dirasa lebih sesuai diterapkan dalam penggunaan
media “kartu kerja”. Penggunaan media “kartu kerja” dalam penelitian ini dipadukan dengan metode diskusi berpasangan dan diskusi dalam kelompok kecil.
c. Media Pembelajaran Menulis Puisi