Antioksidan sintetik Aplikasi Antioksidan Pada Pangan a. Antioksidan alami

atung ternyata setelah penyimpanan 30 hari menunjukkan nilai peroksida sebesar 1.22 meqkg. Bandeng presto yang dilumuri ekstrak menunjukkan tingkat ketengikan yang lebih rendah daripada kontrol dan masih dibawah standar 10 meqkg. Antarasa juga merupakan bahan antioksidan yang aktivitasnya cukup tinggi walau merupakan komoditi yang ketersediaannya rendah. Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati 2004, fillet ikan kakap yang direndam dalam minyak atsiri antarasa dan disimpan 2 hari pada suhu rendah menunjukkan kadar TVN 15.81 mg100 g yang lebih rendah dibandingkan fillet kontrol 21.16 mg100 g dan masih di bawah batas penerimaan yaitu 30 mg100 g James, 1997.

b. Antioksidan sintetik

Pada Tabel 11 terlihat beberapa jenis bahan pangan yang telah diteliti ketengikannya setelah penambahan antioksidan dan penyimpanan, umumnya merupakan bahan pangan yang mengandung lemakminyak tinggi dan mudah mengalami ketengikan seperti bumbu, hasil olahan ikan, santan, dan gelek. Berdasarkan Tabel 8 penelitian antioksidan sintetik umumnya berkaitan dengan pengaruh jenis antioksidan dan jumlah konsentrasi yang dipakai dalam bahan pangan yang diuji ketengikannya selama penyimpanan. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa antioksidan sintetik yang banyak dipakai adalah BHT, BHA dan askorbil palmitat. Menurut Belitz dan Grosch 1978 beberapa antioksidan sintetik yang banyak digunakan dalam bahan pangan adalah BHA, BHT, alkil galat dan askorbil palmitat. Antioksidan sintetik harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya harus stabil pada kondisi pemrosesan bahan pangan atau disebut sebagai efek carry through. Tabel 11. Senyawa antioksidan sintetik yang diaplikasikan pada bahan pangan No. Jenis antioksidan Aplikasi Metode Uji Ketengikan Kemampuan menurunkan ketengikan Ketersediaan antioksidan Kelayakan 1 BHT dan BHA a Bumbu ayam goreng kalasan Penambahan formula antioksidan BHA 100 ppm + BHT 100 ppm ke dalam bumbu ayam goreng kalasan. Setelah itu ditumis 10 menit dan dikemas. Penyimpanan: 30 hari. Uji bilangan TBA Bumbu kontrol= 4.96 mg malkg bahan Bumbu + Formula antioksidan= 1.97 mg malkg bahan Mampu Tinggi Layak aplikasi 2 Asam askorbat b Kecap ikan dari Daging Merah Ikan Tuna Penambahan asam askorbat ke dalam kecap ikan. Penyimpanan: 4 minggu. Uji: bilangan TBA Kecap kontrol= 0.76 mg malonaldehidkg Kecap + as. askorbat 1000 ppm= 0.17 mg malkg Mampu Tinggi Layak aplikasi 3 BHT c Sosis ikan tenggiri Penambahan 10 ppm BHT ke dalam adonan sosis. Penyimpanan: 3 bulan pada suhu 4 C. Uji: bilangan peroksida. Sosis kontrol= 6.9 meqkg Sosis + BHT 10 ppm= 3.6 meqkg Mampu Tinggi Layak aplikasi 4 BHA+BHT 1:1 d Selai krim santan Selai krim santan ditambahkan antioksidan BHA+BHT 200 ppm. Penyimpanan: 14 hari pada suhu ruang Uji: bilangan TBA Selai krim santan kontrol= 0.50 mg mal kg produk Selai krim santan + antioksidan BHA+BHT 200 ppm= 0.22 mg mal kg produk Mampu Tinggi Layak aplikasi 5 BHT e Gelek Adonan gelek digoreng dengan minyak goreng yang telah ditambahkan BHT 200 ppm. Penyimpanan: 12 hari pada suhu ruang di dalam plastik polipropilene. Uji: bilangan peroksida Gelek + BHT 200 ppm= 0.38 mg oksigen100 gr bahan Gelek kontrol= 0.79 mg oksigen100 gr bahan Mampu Tinggi Layak aplikasi Mampu bila: nilai ketengikan perlakuan nilai ketengikan kontrol dan nilai ketengikan standar Ketersediaan tinggi bila: mudah diperoleh di berbagai daerah, jumlahnya banyak, dan diproduksi secara kontinu. Layak bila: mampu menurunkan ketengikan dan ketesediaan sumber tinggi Sumber: a: Kurniawati 2007, b: Widosari 1994, c: Jeny 1993, d: Tardjo 1994, e: Fairus 1993 Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa konsentrasi antioksidan yang ditambahkan ke produk pangan sangat bervariasi, tetapi umumnya tidak lebih dari 200 ppm. Menurut Porkony et al., 2001 konsentrasi total antioksidan sintetik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi yang ditambahkan tidak boleh melebihi 200 ppm dari berat lemak yang terkandung di dalam bahan pangan. Pengujian dilakukan umumnya setelah bahan pangan disimpan selama 1 bulan. Metode uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya ketengikan adalah uji bilangan peroksida dan uji asam tiobarbiturat TBA. Pada penelitian Kurniawati 2007, bumbu ayam goreng kalasan yang ditambahkan antioksidan BHA 100 ppm + BHT 100 ppm, ternyata setelah penyimpanan 30 hari menunjukkan kadar malonaldehid 1.97 mg malkg dan untuk kontrol 4.96 mg MAkg. Hal ini membuktikan bahwa kombinasi antara BHT dan BHA mampu menurunkan ketengikan pada bumbu ayam goreng tersebut. Hal ini dimungkinkan karena menurut Porkony et al., 2001 beberapa antioksidan sintetik seperti BHA dan BHT digunakan dalam bentuk kombinasi antara keduanya yang dapat menghasilkan efek sinergis. BHA juga bersifat sinergis terhadap propil galat. BHA sendiri memiliki kelebihan yaitu memiliki kestabilan yang baik untuk produk panggang dan penggorengan Gordon, 1990. Produk olahan hewani seperti kecap ikan tuna dan sosis ikan tenggiri menunjukkan ketahanannya terhadap ketengikan setelah ditambahkan antioksidan sintetik. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa kecap ikan yang ditambahkan asam askorbat sebanyak 1000 ppm setelah disimpan 1 bulan memiliki nilai malonaldehid yang jauh lebih rendah dari kontrol 0.17 mg malkg. Asam askorbat merupakan salah satu antioksidan sintetik yang ADI-nya tidak dibatasi Porkony et al., 2001. Namun perlu diingat bahwa penggunaan yang berlebih akan menyebabkan timbulnya rasa asam sehingga bisa merusak citarasa bahan pangan yang ditambahkan. Sosis ikan tenggiri memiliki tingkat ketengikan yang lebih rendah jika ditambahkan antioksidan setelah penyimpanan 4 minggu. Antioksidan BHT sebanyak 10 ppm merupakan perlakuan yang mampu menurunkan ketengikan dengan nilai peroksida sebesar 3.6 meqkg. Antioksidan sintetik ternyata juga mampu dalam menurunkan ketengikan pangan nabati seperti gelek dan selai krim santan. Gelek adalah makan tradisional dari Jawa Tengah dengan bahan pokoknya terdiri dari terigu, ragi, gula, serta pengembang dengan perbandingan tertentu dan digoreng. Selama penyimpanan, nilai peroksida dari gelek yang ditambahkan 200 ppm BHT lebih rendah dari gelek kontrol 0.38 mg oksigen100 g bahan. Selai krim santan juga menunjukkan tingkat ketengikan yang lebih rendah setelah ditambahkan 200 ppm antioksidan BHA+BHT dibandingkan dengan kontrol 0.22 mg malkg produk.

8. Rekomendasi Kajian Riset Aplikasi Antioksidan Pada Pangan

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstak Etanol Pucuk daun Labu Kunig (Cucurbita moschata Duch.) dan Herba Peleng (Spinacia oleracea L.) serta Herba Sabi (Brassica rapa L.)

1 95 102

Karaktererisasi dan Skrining Fitokimia Simplisia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Gracilaria Verrucosa (Hudson) Papenfus dengan Motode DPPH

6 61 82

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Hidrilla (Hydrilla verticillata (L.f.) Royle)

14 95 83

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata var. laurentii)

11 99 95

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-Heksan, Etil Asetat dan Etanol Daun Muda Dari Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Dengan Metode DPPH

2 51 58

Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (IN VITRO).

15 155 89

Kajian aktivitas antibakteri dan antioksidan ekstrak daun sirih (Piper betle, L.) pada daging sapi giling

0 11 170

Kajian Pengukuran EfektifitasSub Proyek Que Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Sarjana Program Studi Teknologi Insudtri Pertanian, FATETA-IPB

0 5 23

Kurikulum Berorientasi Technopreneurship Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB: Disain Pelaksana dan Perbaikan Berkelanjutan

0 1 14

Kajian aktivitas antibakteri dan antioksidan ekstrak daun sirih (Piper betle, L ) pada daging sapi giling

0 3 80