3.3.1.2 Pengecekan unjuk kerja instrumen GC-FID Pengecekan unjuk kerja instrumen GC-FID merupakan orientasi awal
bahwa GC-FID dapat digunakan untuk mendeteksi stiren dengan kondisi dan parameter tertentu. Untuk mengetahui bahwa instrumen GC-FID tersebut dapat
digunakan maka ditentukan kurva linearitas dan presisi dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Dalam menentukan linieritas instrumen, dibuat larutan baku kerja dengan 5 lima konsentrasi yang berbeda dari pengenceran larutan baku induk stiren 1000
µgmL. Konsentrasi larutan baku kerja tersebut berturut-turut 1 µgmL, 2 µgmL, 5 µgmL, 10 µgmL dan 20µgmL. Masing-masing konsentrasi dibuat dengan
memipet 10 µL, 20 µL, 50 µL, 100 µL dan 200 µL dari larutan baku induk stiren, ditambah larutan baku internal 50 µL dari larutan baku internal induk, kemudian
ditambah heptana hingga tanda batas 10 mL dalam labu takar 10 mL konsentrasi baku internal sekitar 5 µgmL dan dianalisis ke GC-FID sebanyak tiga kali
triplo
. Kurva linieritas y = ax + b untuk unjuk kerja instrumen merupakan hubungan antara konsentrasi baku kerja stiren dengan rasio luas area stiren dan
baku internal. Kondisi dan parameter GC-FID yang digunakan mengacu pada EU project
PIRA 2003 untuk kondisi suhu oven dan jenis kolom dimodifikasi dengan
penelitian Paraskevopoulou 2011 untuk suhu detektor dan injektor seperti pada Tabel 3.1.
LOD dan LOQ instrumen diperoleh dari percobaan linearitas instrumen tetapi yang diukur adalah rasio signal to noise SN dari respon GC-FID untuk
masing-masing konsentrasi yang berbeda. Selanjutnya besarnya rasio SN tersebut diplotkan terhadap konsentrasi, dan dibuat persamaan kurva linier: y = ax
+ b. Berdasarkan kurva tersebut, kemudian dihitung nilai LOD adalah nilai x pada SN= 3.00, sedangkan nilai LOQ adalah nilai x pada SN=10.00.
3.3.2 Tahap Orientasi Prosedur Uji
3.3.2.1 Persiapan sampel kemasan polistiren dan uji kandungan spesifik monomer stiren
Sampel kemasan kosong polistiren busa bentuk gelas pada bagian yang tidak mengandung tinta pewarna dipotong kecil dengan ukuran ± 0.50 × 0.50 cm
2
, kemudian ditimbang sebanyak ± 0.50 gram dalam gelas beaker 250 mL. Larutan
simulan pangan dibuat dengan mencampurkan baku internal 250 µL dari baku internal induk 1024 µgmL dan pelarut heptana sebagai simulan pangan hingga
tanda batas 50 mL dalam labu ukur. Larutan simulan pangan tersebut kemudian dituangkan ke dalam gelas beaker 250 mL dan dimasukkan ke dalam waterbath
pada 49
o
C. Setelah sekitar 10 menit larutan simulan sudah mencapai suhu 49
o
C ukur dengan termometer untuk memastikan, kemudian dituangkan ke dalam
gelas beaker yang berisi sampel polistiren, tutup dengan gelas arloji dengan diameter hampir sama dengan diameter gelas beaker, sehingga sampel dalam
keadaan terendam sempurna dalam larutan simulan pangan. Gelas beaker tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan cawan petri yang berdiameter lebih besar
daripada diameter gelas beaker dan segera dimasukkan ke dalam waterbath pada 49
o
C suhu selama 15 menit seperti pada Tabel 2.3. Kemudian sampel dipisahkan
dari larutan simulan pangan. Larutan simulan pangan ini kemudian disebut larutan uji. Persiapan larutan uji tersebut dilakukan sebanyak 3 ulangan.
Tabel 3.1 Kondisi dan parameter GC-FID yang digunakan
3.3.2.2 Analisis konsentrasi stiren dalam sampel dari larutan uji Larutan uji dianalisis dengan GC-FID sebanyak 2 dua kali analisis. Luas
area stiren dari larutan uji digunakan untuk menghitung konsentrasi stiren dalam larutan sampel, menggunakan persamaan kurva linieritas dari hasil unjuk kerja
instrumen. Lakukan 3 ulangan triplo. Konsentrasi stiren dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
3.3.3 Tahap Validasi Metode Uji
3.3.3.1 Selektivitas Selectivity Selektivitas dilakukan dengan membuat larutan sampel kemasan polistiren
dalam pelarut heptana, larutan sampel kemasan polistiren dengan penambahan baku internal dalam pelarut heptana dan larutan sampel kemasan polistiren
dengan penambahan baku stiren dan baku internal dalam pelarut heptana. Kemudian ke 3 tiga larutan tersebut dianalisis dengan GC-FID dan hasil
kromatogramnya dibandingkan. Selektivitas metode analisis dinyatakan baik jika puncak senyawa stiren maupun baku internal terpisah dengan baik dan kedua
puncak tersebut tidak diganggu dengan puncak senyawa cemaran dalam sampel yang terdeteksi dalam kromatogram.
Kolom Rtx-5 fused-silica column, 30 m x
0,25 mm ID, ketebalan film 0,25 µm R Varian
Split ratio 1:10 setelah 5 menit
Suhu oven 40°C selama 2 menit pertama
kemudian meningkat 10°Cmenit hingga 80°C, 20°Cmenit hingga
suhu akhir 180°C dan pertahankan selama 1 menit
Gas pembawa, aliran gas
Helium, 14 mLmenit Aliran udara
400 mLmenit Aliran hidrogen
40 mLmenit Volume Injeksi
1 µL Suhu FID
250°C. Suhu injector
230ºC
= Konsentrasi stiren
dalam sampel µgg Konsentrasi persamaan kurva
Berat sampel x Faktor pengenceran
x volume larutan sampel