Latar Belakang Validasi metode analisis kandungan spesifik residu total monomer stiren pada kemasan polistiren busa dengan simulan panga

terutama kemasan pangan jenis plastik yaitu dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan konsumen. Beberapa di antara komponen kemasan tersebut ada yang berpotensi memicu kanker, mempengaruhi kinerja hormon, menyebabkan kerusakan sistem syaraf, mengganggu sistem reproduksi, dan sebagainya. Kemasan plastik banyak digunakan karena memiliki beberapa variasi yaitu terdiri dari beberapa jenis polimer seperti polietilen tereftinstrumen PET, polivinil klorida PVC, polietilen PE, polipropilen PP, polistiren PS, dan polikarbonat PC. Salah satu jenis kemasan plastik yang banyak digunakan di Indonesia adalah polistiren. Polistiren merupakan senyawa polimer dengan bahan dasar stiren sebagai monomernya. Kemasan polistiren mempunyai keuntungan dapat berbentuk kaku, film dan busa. Polistiren dalam aplikasinya digunakan antara lain sebagai kemasan pelindung untuk telur, wadah, tutup gelas, cangkir, piring, botol, dan nampanmakanan Marsh dan Bugusu 2007. Polistiren sebagai kemasan pangan mampu mempertahankan pangan tetap dalam kondisi panas ataupun dingin. Selain itu juga mampu mempertahankan kesegaran dan keutuhan pangan yang dikemas, ringan, dan relatif inert terhadap pangan. Karena kelebihan tersebut, polistiren banyak digunakan sebagai wadah untuk pangan segar seperti daging, ikan, buah dan sayur maupun pangan olahan. Sebagai wadah untuk pangan olahan, polistiren banyak digunakan pada restoran siap saji menyuguhkan hidangannya seperti mi, bubur, bakso dan kopi panas. Di samping itu, polistiren banyak digunakan untuk kemasan produk olahan lain seperti yogurt, keju, jelly, puding dan es krim. Investigasi dan penelitian menunjukkan bahwa terdapat migrasi dari monomer stiren dengan level tertentu pada pangan yang dikemas dengan kemasan pangan polistiren ILSI 2002. Stiren dan senyawa aromatik lainnya ditemukan pada air panas dalam kemasan polistiren busa dan polistiren gelas Ahmad dan Bajahlan 2006. Selain faktor suhu, peningkatan migrasi bahan kemasan pangan ke dalam pangan juga dipengaruhi oleh lamanya kontak dengan pangan selama penyimpanan Amirshaghaghi et al. 2011. Migrasi stiren juga dipengaruhi oleh jenis pangan yang kontak langsung dengan wadah polistiren, sehingga dalam menentukan kajian paparan stiren dalam suatu kelompok masyarakat, diperlukan data jenis pangan yang dikemas dalam kemasan polistiren tersebut Duffy et al. 2006. Dalam penelitian migrasi stiren dalam minyak kedelai, dihasilkan bahwa residu stiren dalam minyak kedelai tersebut terdeteksi sekitar 0,1 , dan hasil penelitian dapat lebih besar jika dibandingkan dengan hitungan teoritis dari diffusion-type equations Miltz dan Rosen-Doody 2007. Senyawa stiren yang bermigrasi tersebut berpotensi membahayakan kesehatan manusia antara lain merupakan senyawa karsinogenik kelompok 2B IARC 1994. Monomer stiren juga berpotensi melemahkan aktivitas estrogen, yang dapat mengganggu jalur diferensiasi seks gonad pada hewan spesies Rana rugosa Ohtani et al. 2001 dan meningkatkan nekrosis sel mononuklear tali pusat manusia Diodovich et al. 2009. Paparan stirenpada dosis tinggi juga dapat menyebabkan efek genotoksik. Efek terhadap Deoxyribonucleic Acid DNA tersebut tergantung pada tingkat paparan dari sel target, aktivasi metabolisme oksida dari stiren dan efisiensi detoksifikasinya Speit dan Henderson 2005. Dalam penelitian pemberian stiren trimer pada tikus yang sedang hamil dapat menyebabkan aktivitas estrogenik, sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan organ genital pada keturunan tikus jantan Ohyama et al. 2007, penelitian lain juga menyebutkan bahwa stiren trimer dapat meningkatkan hormon tiroid Yanagiba et al. 2008. Berdasarkan fakta tersebut, maka pengawasan terhadap kemasan pangan polistiren sangat diperlukan, karena terkait langsung dengan keamanan pangan yang beredar. Dalam rangka mendukung pengawasan kemasan pangan polistiren tersebut diperlukan peningkatan kemampuan pengujian kemasan pangan di laboratorium, salah satunya dengan menetapkan metode analisis untuk pengujian kemasan pangan sesuai dengan persyaratan dalam peraturan. Pengawasan tersebut dilakukan melalui sampling dan pengujian laboratorium. Badan Pengawas Obat dan Makanan telah menerbitkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan. Di dalam peraturan tersebut untuk kemasan pangan polistiren, diatur persyaratan kandungan spesifik residu total monomer stiren serta tipe pangan dan kondisi penggunaan berikut prosedur pengujiannya dengan menggunakan simulan pangan. Pengukuran kandungan spesifik residu total momoner stiren tersebut menggunakan instrumen yang mampu mendeteksi monomer stiren. Berdasarkan beberapa penelitian, instrumen yang digunakan antara lain adalah kromatografi gas baik dengan pendeteksi ionisasi nyala Gas chromatography- Flame ionization Detector GC-FID, maupun kromatografi gas- spektofotometer massa Gas Chromatography Mass Spectrography GC-MS dan kromatografi cair kinerja tinggi High Performance Liquid Chromatography HPLC Sanagi et al. 2008, Choi et al.2005, Saim 2012, Ahmad dan Bajahlan 2006. Dalam penelitian ini digunakan instrumen Gas chromatography- Flame ionization Detector GC- FID.

1.2 Tujuan

Untuk melakukan validasi metode analisis pengujian kandungan spesifik residu total monomer stiren pada kemasan polistiren dengan heptana sebagai simulan pangan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan dengan menggunakan instrumen kromatografi gas dengan pendeteksi ionisasi nyala gas chromatography-flame ionization detector GC-FID.

1.3 Manfaat

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan hasil validasi metode analisis tersebut dapat meningkatkan kemampuan laboratorium di Indonesia dalam melakukan uji migrasi kemasan pangan khususnya untuk uji kandungan spesifik residu total monomer stiren pada polistiren. Disamping itu metode analisis yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi laboratorium industri pangan dan kemasan pangan untuk melakukan uji kepatuhan dalam menentukan kandungan spesifik residu total monomer stiren sesuai peraturan yang berlaku. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Migrasi Bahan Kemasan pada Pangan

Migrasi adalah proses terjadinya perpindahan suatu zat dari kemasan pangan ke dalam Pangan BPOM 2011. Migrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, konsentrasi awal zat kontak pangan, lama waktu kontak kemasan dengan pangan, suhu kontak, luas permukaan dan sifat pangan asam, berlemak, alkohol BPOM 2009. Regulasi beberapa negara di Eropa menetapkan tiga persyaratan bahan yang bermigrasi dari kemasan ke dalam bahan pangan yang dikemas yaitu tidak membahayakan kesehatan manusia, tidak menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan terhadap komposisi pangan sebagai kontaminan dan tidak menyebabkan perubahan karakteristik organoleptik pangan Grob et al. 2009. Bahan kemasan pangan harus memenuhi persyaratan sebagai batas migrasi total overall migration limits-OMLs dan batas migrasi spesifik specific migration limits- SMLs sesuai dengan kandungan total total content dan kandungan spesifik spesific content. Prosedur uji migrasi dan batas migrasi dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan mengacu dari regulasi yang berlaku di Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang. Untuk migrasi total diadopsi dari regulasi Amerika Food Drug Administration FDA yaitu 21 CFR 175.300, 21 CFR 176.170, 21 CFR part 177 US FDA, dan regulasi Jepang Food Hygiene and Sanitation Law , sedangkan untuk migrasi spesifik beberapa monomer mengacu pada prosedur dan batasan yang ada di Uni Eropa Badan POM 2009. Dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan, dalam lampiran 2B, mengatur persyaratan migrasi spesifik, migrasi total, kandungan spesifik dan kandungan terekstrak. Untuk kemasan pangan polistiren dalam peraturan tersebut diatur kandungan spesifik residu total monomer stiren seperti dalam Tabel 2.1, mengacu pada regulasi Amerika Food Drug Administration FDA yaitu 21 CFR 177.1640.

2.2 Simulan Pangan

Simulan pangan adalah media yang digunakan untuk meniru karakteristik pangan tertentu Badan POM 2011. Simulan merupakan larutan yang dapat menyerupai aksi pelepasan komponen dari pangan yang berair, asam, beralkohol, dan berlemak. Simulan digunakan sebagai pengganti pangan pada uji migrasi kemasan. Uji dengan pangan langsung terkadang sulit dilakukan karena produk pangan merupakan matriks yang sangat kompleks McCort-Tipton dan Pesselman 1999. Pengujian dengan menggunakan simulan pangan tersebut merupakan metode pendekatan dengan pangan Grob 2008. Peraturan Kepala Badan POM Nomor. HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan, pada lampiran 2C mengatur tipe pangan dan kondisi penggunaan termasuk simulan pangan. Untuk menentukan kandungan spesifik residu total monomer stiren yang dipersyaratkan dalam peraturan, pada