Orientasi prosedur uji Validasi metode analisis kandungan spesifik residu total monomer stiren pada kemasan polistiren busa dengan simulan panga

Pada kondisi pengujian tersebut pelarut simulan pangan yang digunakan adalah air dan heptana. Pada penelitian ini dibatasi hanya dengan pelarut heptana, dengan pertimbangan pelarut heptana merupakan kondisi terburuk dibanding dengan pelarut air dalam hal ekstraksi monomer stiren. Prosedur pengujian dengan menggunakan simulan heptana tersebut dilakukan pada suhu 49 °C selama 15 menit Tabel 2.3. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini ditentukan tahapan mulai dari preparasi sampel sampai pengukuran larutan uji sampel dengan menggunakan kromatografi gas dengan pendeteksi ionisasi nyala. Kondisi kromatografi gas merupakan hal yang paling penting dalam penelitian ini, karena dengan kondisi kromatografi gas yang sesuai maka dapat menghasilkan kromatogram yang dapat diukur secara kuantitatif. Tahapan pengujian dilakukan sesuai bagian 3.3.2.1. dan 3.3.2.2 sebanyak 3 tiga kali ulangan, dengan penimbangan cuplikan sampel masing-masing adalah 0.4999 gram, 0.5001 gram dan 0.4998 gram. Hasil dari orientasi uji diperoleh luas area stiren dan baku internal dalam sampel, kemudian dihitung konsentrasi stiren dalam kurva dengan menggunakan kurva persamaan linieritas instrumen y = 0.206x – 0.001 dan dihitung konsentrasi stiren dalam sampel seperti pada Lampiran 5. Konsentrasi stiren dalam sampel tersebut masing-masing adalah 92.61 µgg, 91.10 µgg dan 100.14 µgg dengan rata-rata konsentrasi 94.63 ± 4.73 µgg sampel. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan, batas migrasi spesifik stirena tidak ditetapkan. Dalam peraturan tersebut persyaratan yang ditetapkan adalah kandungan spesifik total residu monomer stiren adalah 1.0 berat atau 10000 µgg dan 0.5 berat atau 5000 µgg, sehingga untuk menentukan keamanan suatu kemasan pangan polistiren perlu dihitung nilai asupan harian atau paparan monomer stirena, kemudian hasilnya dibandingkan terhadap nilai [Provisional Asupan Harian Maksimum yang Ditoleransi Provitional Maximum Tolerable Daily Intake PMTDI] yang ditetapkan oleh Joint FAOWHO Expert Committee on Food Additives tahun 1984, untuk stiren sebesar 0.04 mgkg berat badanhari. Perhitungan asumsi paparan sebagai berikut. Asumsi paparan monomer stiren : Misalkan setiap hari perorang konsumsi 3 cup mi instan, berat kemasan polistiren cup mini kemasan tersebut 5 gram, sehari jumlah kemasan polistiren cup 15 gram 0.015 kg. Rata-rata total residu monomer stiren hasil percobaan adalah 94.63 µgg sampel 94.63 mgkg sampel merupakan hasil perendaman dua sisi dari kemasan two side contact. Untuk menghitung paparan, sesuai dengan kondisi nyata yaitu kemasan kontak satu sisi dengan pangan one side contact, sehingga kadar monomer stiren diperkirakan menjadi setengah dari 94.63 mgkg sampel yaitu 47.31 mgkg sampel. Dengan berat badan konsumen rata-rata 55.5 kg Badan POM 2011. Paparan per hari Σ kadar zat kimia dalam kemasan pangan x konsumsi per hari Berat badan = Paparan per hari 47.31 mgkg kemasan pangan x 0.015 kghari 55.5 kg berat badan = Paparan per hari monomer stiren dibandingkan dengan PMTDI : Berdasarkan hasil perbandingan asumsi perhitungan paparan per hari monomer stiren dengan nilai PMTDI tesebut bahwa paparan per hari monomer stiren masih dibawah nilai PMTDI, sehingga dapat disimpulkan bahwa paparan monomer stiren masih relatif aman.

4.3 Validasi Metode Analisis

4.3.1 Selektivitas Selektivitas suatu metode analisis adalah kemampuan metode analisis dapat mengukur konsentrasi analit dengan adanya komponen-komponen lain dalam sampel. Selektivitas dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 4.2. Berdasarkan gambar tersebut, puncak stiren dan baku internal dalam kromatogram sampel baik yang ditambahkan baku stiren maupun baku internal menunjukkan puncak yang terpisah dari puncak lainnya dalam sampel sehingga stiren dapat diukur dengan menggunakan metode analisis ini. 4.3.2 Linieritas Metode Analisis Berdasarkan hasil orientasi uji, diperoleh rata-rata konsentrasi stiren pada kurva sebesar 0.95 µgmL dibawah konsentrasi larutan baku kerja yang paling rendah pada linieritas instrumen, maka untuk linieritas metode analisis baku kerja blanko paling rendah sekitar 0.50 µgmL. Konsentrasi baku kerja blanko pada linieritas metode analisis berturut-turut adalah 0.50 µgmL, 1.00 µgmL, 2.01 µgmL, 5.02 µgmL, 10.04 µgmL dan 20.08 µgmL, dilakukan 2 dua kali analisis pada GC-FID. Hasil pengukuran luas area dari baku kerja tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6. Kemudian rata-rata rasio area tersebut diplotkan dengan konsentrasi baku kerja seperti pada Tabel 4.5, diperoleh persamaan y = 0.186x, dengan R 2 = 0.999 seperti pada Gambar 4.3 persyaratan R 2 0.999, memenuhi persyaratan. 4.3.3 Presisi Hasil pengukuran diperoleh rasio luas area stiren dan baku internal seperti pada Lampiran 7, kemudian dihitung konsentrasi stiren dalam sampel diperoleh dengan menghitung terlebih dahulu konsentrasi dalam kurva dengan menggunakan persamaan kurva linieritas validasi metode analisis Lampiran 7. Konsentrasi stiren dalam sampel dengan 7 tujuh ulangan ditentukan nilai presisi RSD seperti pada Lampiran 7 yaitu 0.93 . Persyaratan presisi validasi metode analisis adalah RSD hasil pengukuran analit 23 RSD Horwitz . Perhitungan RSD Horwitz pada Lampiran 8, memberikan nilai RSD Horwitz = 0,013 mgkg berat badanhari Paparan per hari = 0.013 mgkg berat badanhari Paparan per hari = 0.013 mgkg berat badanhari 0.04 mgkg berat badanhari = 0.32 kali nilai PMTDI 8.17 , dalam hal ini nilai 23 RSD Horwitz adalah 5.44 . Berdasarkan persyaratan tersebut RSD hasil pengukuran stiren dalam sampel 0.93 nilai 23 RSD Horwitz 5.44 , memenuhi syarat presisi validasi metode analisis. 4.3.4 Akurasi Akurasi menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya yang biasanya dinyatakan sebagai persen perolehan kembali recovery. Hasil pengukuran rasio luas area stiren dan baku internal pada akurasi validasi metode analisis seperti pada Lampiran 9. Rasio luas area yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi stiren yang terukur dalam kurva µgmL dengan menggunakan persamaan linieritas validasi metode analisis y = 0.186x, kemudian dihitung konsentrasi stiren yang terukur dalam satuan µgg. Perbandingan konsentrasi stiren yang terukur tersebut setelah dikurangi dengan konsentrasi stiren dalam sampel hasil uji presisi pada validasi metode analisis dengan konsentrasi baku stiren yang ditambahkan merupakan recovery, perhitungan pada Lampiran 9. Nilai perolehan kembali recovery yang diperoleh rata- rata sebesar 98.04 ± 2.62 , dengan rentang 93.37- 101.61 dengan konsentrasi baku stiren yang ditambahkan sebesar 502 µgg. Setiap ulangan dihitung recovery-nya seperti pada Lampiran 9. Persyaratan persen perolehan kembali recovery pada validasi metode analisis untuk kandungan analit dalam sampel 100 µgg adalah 85-110 AOAC 2012, sehingga hasil validasi memenuhi persyaratan. 4.4.5 LOD dan LOQ Hasil pengukuran rasio signal dan noise SN pada konsentrasi baku kerja linieritas meode uji seperti pada Tabel 4.6. Nilai SN tersebut kemudian diplotkan dengan konsentrasi baku kerja dan didapat persamaan linieritas y = 6.657x + 1.986, dengan nilai r = 0.993 seperti pada Lampiran 10. Berdasarkan persamaan tersebut kemudian dihitung konsentrasi LOD, dengan SN= 3.0 sebagai sumbu Y dan konsentrasi LOQ dengan SN=10.0, seperti pada Lampiran 10. Hasil perhitungan diperoleh LOD = 0.15 µgmL dan LOQ = 1.20 µgmL.