c. Keterbukaan Ekonomi
Derajat keterbukaan yang merefleksikan kesediaan suatu Negaradaerah untuk menerima investasi asing merupakan faktor yang penting untuk menarik
investasi. Globalisasi telah mendorong setiap Negara untuk melonggarkan aturan mengenai mobilitas barang dan jasa, tenaga kerja, teknologi dan modal. Sehingga
negara menjadi lebih terbuka terhadap ekonomi luar, dimana penanaman modal asing dan perdagangan menjadi faktor pendorong yang tidak dapat dihindari
Moosa, 2002.
d. Upah Minimum Provinsi
Upah minimum provinsi adalah standar upah yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dalam rangka melindungi kepentingan kaum buruh dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketika terjadi kenaikan upah maka biaya faktor produksi perusahaan semakin meningkat, jika tidak
diimbangi dengan kenaikan produktivitas pekerja maka keuntungan yang diperoleh investor berkurang dan investasi akan menurun.
2.4. Penelitian terdahulu
Asiedu 2002 yang melakukan penelitian tentang determinan FDI pada negara berkembang khususnya negara-negara di sub Sahara Afrika menghasilkan
bahwa tingginya tingkat pengembalian investasi return of investment atau keuntungan dari investasi dan fasilitas infrastruktur yang baik mempunyai
hubungan yang positif di negara-negara selain negara-negara sub Sahara Afrika
tetapi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan di negara-negara sub Sahara Afrika. Kedua bahwa margin keuntungan maginal benefit dari peningkatan
keterbukaan ekonomi lebih kecil untuk negara-negara di sub Sahara Afrika. Jadi dari penelitian ini bisa ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan dari kebijakan-
kebijakan untuk menarik FDI di negara-negara lain belum tentu juga berhasil bila diterapkan di Afrika.
Azam dan Lukman dalam penelitiannya tentang determinan FDI di India, Pakistan dan Indonesia dengan pendekatan kuantitatif dan data periode tahun
1971 sampai tahun 2005 menggunakan model log regresi linier log linier regression
menyimpulkan bahwa di Pakistan ukuran pasar, infrastuktur, keterbukaan ekonomi, ekspektasi investasi domestik mempunyai hubungan yang
positif dan berpengaruh signifikan terhadap FDI pada tingkat 1 persen, sedangkan hubungan hutang luar negeri dan pajak langsung terhadap aliran FDI mempunyai
hubungan yang negatif. Namun meskipun tingkat inflasi dan konsumsi pemerintah dalam penelitian ini tidak signifikan bukan berarti variabel tersebut tidak
mempunyai pengaruh pada aliran FDI. Untuk kasus di India hutang luar negeri mempunyai pengaruh signifikan yang tinggi dan berhubungan negatif pada tingkat
5 persen, infrastruktur signifikan dan positif pada tingkat 1 persen, investasi domestik berpengaruh signifikan yang tinggi dan positif pada tingkat 5 persen.
Sedangkan tingkat inflasi dan konsumsi pemerintah sama dengan kasus di Pakistan. Sedangkan hasil penelitian untuk Indonesia mempunyai hasil yang
berbeda dengan studi empiris pada Pakistan dan India. Di Indonesia hampir semua hasil tidak signifkan secara statistik, hal ini dikarenakan tidak tersedianya data dan
data yang digunakan diambil dari indikator pembangunan internasional, sementara untuk Pakistan dan India data yang digunakan bersumber dari survei ekonomi
yang dilakukan di negara masing-masing. Jadi dari penelitian ini bisa disimpulkan bahwa hutang luar negeri
mempunyai hubungan yang negatif dengan arus masuk FDI, fasilitas infrastruktur berpengaruh positif dan signifikan, pada kasus Pakistan efek dari pajak langsung
berpengaruh negatif dan signifikan, sesuai dengan kenyataan bahwa perusahaan multinasional bertujuan untuk memperoleh keuntungan lebih, sehingga bisa
diasumsikan bahwa perusahaan ini sensitif terhadap pajak dikarenakan pajak mempunyai dampak langsung terhadap keuntungannya. Investasi domestik
memperlihatkan hubungan yang positif dan signifikan. Keterbukaan ekonomi berpengaruh secara signifikan dan ini menunjukkan liberalisasi yang mana
kondusif dalam memengaruhi arus masuk FDI. Untuk meningkatkan FDI di Pakistan, India dan Indonesia, otoritas
manajemen pada negara masing-masing dibutuhkan untuk menjamin stabilitas ekonomi dan politik, perlengkapan fisik kualitas infrastruktur, menjaga tingkat
inflasi, menarik investasi domestik, membatasi hutang luar negeri, insentif keuangan, mengurangi bea cukai, kedamaian dan keamanan, hukum dan
kebijakan pemerintah yang konsisten merupakan faktor kunci yang potensial untuk investor dalam membuat keputusan investasi.
Kurniati, et.al 2007 dalam penelitiannya tentang faktor-faktor determinan masuknya aliran modal FDI di Asia dan Indonesia serta menguji
dampak investasi yang masuk ke China terhadap FDI yang masuk ke Indonesia
menggunakan series data tahun 1992 sampai dengan 2006 menyimpulkan bahwa determinan emerging Asia, khususnya Indonesia memperkuat hasil survey yang
telah dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional seperti World Economic Forum, JICA dan lain-lain mengenai motif dari investor asing menanamkan
modalnya di Asia dan Indonesia, dimana investor menaruh perhatian besar terhadap potensi pasar, masalah efisiensi terkait dengan tenaga kerja dan
infrastruktur serta stabilitas finansial yang tercermin dari stabilitas nilai tukar serta adanya insentif investasi yang dapat tercermin dari terlibatnya home dan host
country dalam perjanjian investasi bilateral ataupun regional.
Dalam penelitian tersebut untuk kasus Indonesia, kestabilan politik menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan oleh investor disamping faktor-
faktor yang telah disebutkan diatas. Oleh karena itu untuk dapat lebih meningkatkan daya tarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia,
maka pemerintah Indonesia harus meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya, menjaga stabilitas politik dan keuangan serta memacu penyediaan sarana
infrastruktur transportasi, listrik, komunikasi, sehingga peningkatan investasi asing yang masuk akan meningkatkan manfaat yang diperoleh Indonesia sebagai
host country untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sustainable.
Demikian juga investor sebagai home country akan memperoleh manfaat ekonomi dari perluasan usaha dan profit usaha. Sedangkan upah buruh tidak signifikan
pengaruhnya terhadap aliran modal FDI ke Indonesia. Diperkirakan bahwa investor sudah cenderung mempertimbangkan produktivitas tenaga kerja, dengan
demikian penting bagi Indonesia untuk mendorong peningkatan ketrampilan dan
pendidikan agar dapat menyediakan tenaga kerja yang memiliki produktivitas yang tinggi.
Selanjutnya, model gravity yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif dari setiap peningkatan FDI ke China
terhadap masuknya investasi ke Indonesia. Hasil ini menunjukkan kesesuaian dengan teori production networking, dimana tumbuhnya investasi di China
menyebabkan peningkatan produksi dan negara-negara yang melakukan ekspor bahan baku ke China.
Sutarsono 2010, melakukan penelitian menggunakan data time series triwulanan dari tahun 1990-2010 tentang determinant foreign direct investment di
Indonesia menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek determinan domestik tidak signifikan terhadap aliran FDI, tetapi variabel lag, PDB, infrastruktur dan nilai
tukar berkorelasi positif terhadap FDI sedangkan ekspor dan keterbukaan ekonomi berkorelasi negatif. Dalam jangka panjang aliran FDI secara positif dan signifikan
dipengaruhi oleh PDB, infrastruktur, keterbukaan ekonomi dan nilai tukar, sedangkan ekspor dan krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap FDI.
Sodik dan Nuryadin 2008, yang melakukan penelitian dengan judul determinan investasi di daerah : studi kasus provinsi di Indonesia periode tahun
1993 sampai dengan 2003 dengan menggunakan metode panel dinamik. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa indikator market size yaitu laju PDRB
berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah tetapi dengan arah yang negatif. Hal ini berarti laju pertumbuhan PDRB yang tinggi belum tentu
menarik bagi investor. Indikator infrastruktur yaitu daya listrik terpasang tidak berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah.
Indikator ketenagakerjaan yaitu angkatan kerja dan upah, hanya angkatan kerja saja yang berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi meskipun dengan
arah yang negatif. Untuk variabel upah tidak berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi, ini dikarenakan investor sekarang ini sudah tidak lagi
mempertimbangkan upah yang murah, tetapi lebih ke hal efisiensi biaya produksi dan optimalisasi produktivitas sumberdaya yang ada. Adapun indikator
keterbukaan ekonomi openness yaitu ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah.
Sarwedi 2002, melakukan penelitian tentang investasi asing langsung di Indonesia dan faktor yang memengaruhinya, menggunakan perhitungan kuadrat
terkecil sederhana Ordinary Least Square OLS dengan mengaplikasikan model koreksi kesalahan error correction model dan uji kausalitas Granger. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa variabel ekonomi GDP, growth, wage dan ekspor mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan variabel
nonekonomi yaitu stabilitas ekonomi mempunyai hubungan negatif. Phytaloka 2010, melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor
yang memengaruhi penanaman modal asing dan peluang investasi : studi kasus Kota Cimahi, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model
analisis regresi linier berganda OLS dan analisis shift share. Hasil dari penelitian ini adalah variabel PDRB, tenaga kerja dan dummy peraturan berpengaruh
signifikan, sedangkan jalan dan inflasi tidak berpengaruh pada taraf nyata.
2.5. Kerangka Pemikiran