Penentuan Metode Distribusi Probabilitas

34

4.1.4 Perhitungan Debit Rencana 50 Tahunan

Perhitungan debit rencana 50 tahunan ini menggunakan persamaan Rasional. DAS Cikeas yang diperhitungkan memiliki luasan sebesar 99,9 km 2 yang terdiri dari berbagai jenis tutupan lahan. Untuk menentukan debit rencana ini, tata guna lahan tersebut harus diklasifikasikan sesuai dengan nilai koefisien pengalirannya. Jenis tutupan lahan serta luasan area tutupan lahan tersebut ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8 Jenis tutupan lahan serta koefisien angka pengaliran C Nama Tutupan Lahan Luas km 2 Nilai C A x C Air Tawar 1,38 1,00 1,38 BelukarSemak 2,29 0,65 1,49 Gedung 0,21 0,90 0,19 Hutan 0,10 0,30 0,03 KebunPerkebunan 20,86 0,60 12,52 Pemukiman 21,62 0,80 17,29 RumputTanah kosong 10,32 0,70 7,23 Sawah Irigasi 1,92 0,40 0,77 Sawah Tadah Hujan 0,07 0,50 0,03 TegalanLadang 41,14 0,60 24,68 Jumlah 99,91 65,61 Sehingga debit rencana 50 tahunan adalah sebagai berikut: Q 50 = 0,278 I 50 ∑ A x C = 344,643 m 3 dtk

4.1.5 Perhitungan Ketinggian Air Sungai Rencana

Kecepatan Aliran sungai dihitung berdasarkan metode Rational Mononobe sebagai berikut: = × , = , Profil sungai diasumsikan berbentuk trapesium dengan lebar dasar sungai adalah 22,64 m dan lebar muka sungai adalah 26,41 m. Menggunakan informasi ini didapat tinggi muka air banjir sebesar 2,4 m. Ketinggian struktur atas pilar pada lokasi ini adalah 17,8 m sehingga ketinggian ruang bebas vertikal jembatan sudah terlampaui terhadap ketinggian muka air banjir. Selain itu, ketinggian muka air banjir ini akan digunakan dalam menentukan beban aliran air dan benda hanyutan serta tekanan aliran air akibat gempa.

4.2 Analisis Rancangan Pondasi Jembatan

4.2.1 Analisis Daya Dukung Tanah

Kondisi topografi disekitar lokasi pilar cenderung menurun. Lokasi ini berada di sekitar pemukiman serta jalan raya. Selain itu disekitar lokasi ini terdapat sistem 35 proteksi gas bawah tanah. Kondisi-kondisi ini menyebabkan pemilihan jenis pondasi yang akan digunakan harus mempertimbangkan pengaruh lingkungan terhadap keadaan sekitar misalnya pengaruh getaran apabila dipilih jenis pondasi tiang pancang. Daya dukung tanah ditentukan melalui uji lapangan maupun uji laboratorium. Uji lapangan yang digunakan dalam hal ini adalah Uji Sondir serta Uji Bor. Titik- titik lokasi pelaksanaan uji lapangan serta pengambilan contoh uji untuk Uji Laboratorium ditampilkan pada Gambar 13. Gambar 13 Lokasi titik Uji Bor, Laboratorium, dan Sondir Titik yang ditinjau dalam hal ini adalah data bor serta laboratorium yakni DB25 X= 713775248, Y=9294095922, DB 26 X=713851369, Y=9294071209, dan DB 27 X=713843302, Y=294073402. Untuk DB 28 dan S7A tidak dapat dijadikan acuan karena titik pengujian ini berada di seberang Sungai Cikeas. Untuk pilar P40 sendiri direncanakan berada di antara DB27 dan tepi sungai. Dari hasil pengujian Bor dan Laboratorium terlihat bahwa tanah pada lokasi tersebut cenderung memiliki kesamaan pada setiap titik yang ditinjau. Tanah pada daerah ini dapat diperkirakan terdiri dari tanah lempung lunak pada lapisan atas, pasir keras pada pertengahan kedalaman 30 meter, serta dilanjutkan dengan lempung keras pada kedalaman selanjutnya. Tanah keras dapat dijumpai pada kedalaman sekitar 11 meter dari permukaan tanah. Keberadaan tanah keras ini dapat diamati dari hasil pengujian Bor. Hasil pengujian bor tersebut ditampilkan pada Gambar 14 serta pada Lampiran 11-13. Dari nilai NSPT pada pengujian Bor terlihat bahwa pada lokasi ini tidak terdapat jenis tanah lensa. Tanah lensa adalah sebuah kondisi dimana daya dukung tanah cukup tinggi NSPT diatas 60 namun lapisan ini tidak cukup tebal, sementara itu dibawah lapisan ini terdapat tanah lunak dengan daya dukung yang rendah. Tanah lensa ini jika digunakan sebagai lapisan penumpu pondasi dapat menyebabkan terjadinya penurunan struktur yang cukup besar. 36 Gambar 14 Nilai NSPT data uji bor DB25, DB26, dan DB27 1. Perhitungan Daya Dukung Tanah Menggunakan Data Uji Bor NSPT Data yang dihasilkan dari Uji Bor ini adalah berupa nilai NSPT disetiap kedalaman dari kedalaman 1 m sampai dengan 30 m. Setiap lapisan memiliki kapasitas daya dukung yang berbeda sehingga perlu diperhitungkan daya dukung setiap lapisan tanah. Daya dukung ini dianalisis disetiap 1 m ketebalan lapisan tanah dengan memperhitungkan daya dukung ujung tiang Qp dan daya dukung friksi Qs. Dalam hal ini, direncanakan pondasi tiang bor berbahan beton bertulang dengan diameter 1,2 m. Hasil perhitungan daya dukung tanah menggunakan Uji Bor untuk setiap titik uji ditampilkan pada Lampiran 3 sampai dengan Lampiran 5. Perbandingan daya dukung tanah ketiga titik uji ini ditampilkan pada Gambar 15. Gambar 15 Daya dukung tanah Uji Bor NSPT 1000 2000 3000 4000 5000 6000 5 10 15 20 25 30 DA Y A DU KUN G KN KEDALAMAN M DB 27 DB 26 DB 25 37 Dari gambar tersebut terlihat bahwa daya dukung tanah disekitar permukaan tanah 0-7 meter memiliki daya dukung yang rendah dimana jenis tanah pada kedalaman ini adalah tanah kohesif. Daya dukung tanah mulai meningkat pada kedalaman sekitar 9 meter dibawah permukaan tanah dimana pada sekitar kedalaman 9 meter ini jenis tanah merupakan tanah nonkohesif. Dalam hal ini terlihat bahwa tanah nonkohesif memiliki daya dukung yang lebih mengandalkan tahanan ujung dari pada tahanan geser. Daya dukung ini selanjutnya menurun mulai dari kedalaman sekitar 22 meter dari permukaan tanah. Tanah pada kedalaman ini merupakan tanah kohesif yakni jenis Silt Cemented Hard. Meskipun tergolong tanah kohesif, tanah ini dinilai cukup keras sehingga diprediksi bahwa tidak terjadi penurunan atau amblesan pada struktur di kemudian hari. Namun meskipun begitu, besarnya penurunan yang mungkin terjadi harus tetap diperhitungkan. Pilar P40 yang ditinjau berada disekitar titik uji DB27 sehingga daya dukung yang lebih menggambarkan titik rencana pondasi pilar P40 adalah daya dukung pada titik DB27. Daya dukung ini diperhitungkan menggunakan tiga nilai referensi koefisien adhe si α dari Reese Wright, Kulhawy, serta Reese Oneil. Perbandingan daya dukung ketiga referensi tersebut ditampilkan pada Gambar 16. Gambar 16 Perbandingan daya dukung izin tanah 3 referensi faktor Adhesi Dari perbandingan tersebut dipilih daya dukung yang paling kritis yakni daya dukung menggunakan referensi koefisien adhesi dari Kulhawy. Daya dukung tertinggi tersebut terdapat pada kedalaman 22 m dengan daya dukung izin sebesar 5210,541 kN. 2. Perhitungan Daya Dukung Tanah Menggunakan Data Uji Laboratorium Daya dukung tanah berdasarkan data uji laboratorium ini ditentukan berdasarkan persamaan Meyerhoff, Terzaghi, serta Thomlinson untuk jenis daya dukung ujung tiang, sedangkan untuk jenis daya dukung friksi ditentukan berdasarkan Metode Alpha dari Thomlinson yang telah dimodifikasi oleh Borms. Data hasil uji laboratorium yang tersedia pada proyek ini terbatas pada kedalaman 23,5 meter. Perhitungan ini didasarkan pada jenis tanah pada umumnya c- ∅ Soils. Tabel hasil perhitungan daya dukung tanah menggunakan metode tersebut di atas dijabarkan pada Lampiran 2, sedangkan daya dukung ujung tiang ketiga metode dari Terzaghi, Meyerhof dan Thomlinson ditampilkan pada Gambar17 . 1000 2000 3000 4000 5000 6000 5 10 15 20 25 30 DA Y A DU KUN G IZIN T A N A H KN KEDALAMAN M Reese Wright Kulhawy Reese ONeil