29
3.3.2 Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang Boediono, 1999: 2. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu
perekonomian daerah dalam suatu tahun tertentu. Pertumbuhan Ekonomi diukur dengan rumus :
Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt-1
�����−�����−1
b.
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SiLPA adalah selisih lebih antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan dalam APBNAPBD selama satu periode pelaporan. SILPA dihitung dari total pemasukan daerah dikurangi total pengeluaran daerah.
Total pemasukan daerah mencakup penerimaan PAD, dana perimbangan DAU dan DAK, penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah,
penghematan belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Total pengeluaran daerah terdiri dari belanja pegawai, ,belanja modal, belanja administrasi
umum, belanja operasional dan pemeliharaan, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja lain-lain. Variabel diukur dari jumlah SILPA
yang ada di Laporan Anggaran APBD pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara pada tahun anggaran 2009 – 2013.
c.
Pendapatan Asli Daerah PAD
30 Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah dapat diketahui dari nilai Rupiah Rp yang terdapat pada pos
Pendapatan Asli Daerah dalam Laporan Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara pada Tahun Anggaran 2009 - 2013.
d.
Dana Alokasi Umum DAU Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Transfer dari pusat ini cukup signifikan sehingga pemerintah daerah dengan leluasa dapat
menggunakannya untuk memberi pelayanan publik yang lebih baik atau untuk keperluan lain. Dana alokasi umum merupakan komponen terbesar
dari dana perimbangan dalam APBN. Totalnya hampir mencapai 75 tujuh puluh lima persen dari total dana perimbangan. Jumlah keseluruhan
dana alokasi umum ditetapkan sekurang-kurangnya 26 dua puluh enam persen dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN.
31 Dana alokasi umum suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan
alokasi dasar. Menurut Saragih 2003 : 98, “celah fiskal fiscal gap merupakan selisih antara kebutuhan daerah fiscal need dan potensi daerah
fiscal capacity”. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar, tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh DAU relatif kecil.
Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar, akan memperoleh DAU relatif besar. Alokasi dasar dihitung
berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah.
e.
Dana Alokasi Khusus Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Khusus
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan
keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang
telah merupakan urusan daerah. Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan
prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Dengan adanya pengalokasian DAK diharapkan
dapat mempengaruhi pengalokasian anggaran belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap yang dimiliki pemerintah guna
meningkatkan pelayanan publik.
32
f.
Dana Bagi Hasil DBH Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Penerimaan
dana bagi hasil pajak diprioritaskan untuk mendanai perbaikan lingkungan pemukiman perkotaan dan dipedesaan, pembangunan irigasi, jaringan jalan
dan jembatan sedangkan penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam diutamakan pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan areal
pertambangan, perbaikan dan penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk tercapainya standar
pelayanan minimal yang ditetapkan peraturan perundang-undangan Sumarsono, 2010-119. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber
daya alam. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas: Pajak Bumi dan Bangunan PBB; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
BPHTB; dan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. Dana Bagi Hasil yang
bersumber dari sumber daya alam berasal dari: kehutanan; pertambangan umum; perikanan; pertambangan minyak bumi; pertambangan gas bumi;
dan pertambangan panas bumi.
33
3.4 Skala Pengukuran Variabel