33 Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian
role conflict adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan berupa
pertentangan yang terjadi pada diri seseorang karyawan yang disebabkan karena ketidaksesuaian antara tuntutan peran dari suatu pekerjaan atau
jabatan dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang karyawan tersebut atau Role conflict merupakan suatu situasi
dimana individu mengalami ketidaksesuaian antara perintah atau permintaan yang diberikan dengan komitmen dari suatu peran. Kondisi
tersebut biasanya terjadi karena adanya dua perintah yang berbeda yang diterima secara bersamaan dan pelaksanaan, salah satu saja akan
mengakibatkan terabainya perintah satu lagi. Hal ini tampak dari sikap tingkah laku atau hasil yang tidak sesuai dengan tuntutan jabatan dan
cenderung menyimpang.
6. Job Satisfaction
Mayoritas definisi kepuasan kerja atau job satisfaction diambil atau diadaptasi dari bidang psikologi. Job satisfaction didefinisikan sebagai
kondisi menyenangkan atau secara emosional positif yang berasal dari penilaian seseorang atas pekerjaannya atau pengalaman kerjanya Locke,
1976 dalam Setiawan dan Ghozali, 2006. Job satisfaction juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya Robbins, 2008.
34 Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan 2009 kepuasan kerja
adalah :
“Sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya, sikap ini mencerminkan moral kerja, disiplin dan prestasi
kerja.” Tif
fin 1958 dalam As’ad 1980 berpendapat bahwa kepuasan kerja berhubungan erta dengan sikap karyawan terhadap pekerjaannya
sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan sesama karyawan. Sedangkan menurut B
lum 1956 dalam As’ad 1980 mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang
merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosail individu di luar kerja.
Menurut Herzberg dalam Moekijat 2002 ada dua faktor yang dapat mengakibatkan rasa puas dan tidak puas adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor Instrinsik Motivational Factors Merupakan faktor-faktor yang berperan sebagai motivator
terhadap pegawai, yakni yang mampu mendorong terwujudnya suatu kepuasan dan dapat mendorong orang untuk bekerja
dengan baik. Jika kondisi ini tidak ada tidak menimbulkan kepuasan yang berlebihan. Faktor-faktor instrinsik tersebut
terdiri dari :
35 1
Pencapaian Prestasi Achievement Istilah
“achievement” mengandung aspek-aspek, baik yang bersifat positif atau negatif. Tetapi pada
pokoknya istilah tersebut mempunyai arti yang dinamis dan bukan arti yang statis.
2 Pengakuan Recognition
Pengakuan bisa bersifat positif atau negatif. Pengakuan yang positif adalah pengakuan yang disertai
dengan pujian-pujian oleh atasan dan rekan kerja sedangkan pengakuan yang negatif adalah pengakuan
yang tidak disertai dengan tanda-tanda penghargaan melainkan dengan celaan.
3 Pekerjaan Itu Sendiri The Work It self
Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan berdasarkan jenis dan sifatnya dapat berupa sumber kebahagiaan dan
sumber keengganan
bagi pekerja
untuk melakukannya.Tugas-tugas yang perlu dilakukan dapat
merupakan tugas yang rutin tetapi juga yang banyak variasinya, yang menimbulkan daya kreatif atau
mengendorkan semangat. 4
Tanggung Jawab Responsibility Rasa
puas tentang
pekerjaan yang
harus dilaksanakan berkaitan dengan adanya tanggung jawab
36 yang diberikan kepadanya yang selanjutnya dapat
menyebabkan pula bahwa ia mengambil sikap yang negatif terhadap tugas-tugasnya.
5 Kemajuan Advancement
Apabila seseorang memperoleh perubahan yang baik dalam status atau posisi dalam lingkungan
perusahaan yang bersangkutan. Jika seorang pegawai berpindah dari suatu bagian kebagian yang lain dari
perusahaan yang
bersangkutan tanpa
mengalami perubahan status atau kedudukan tetapi memperoleh
tanggung jawab yang lebih besar maka tidak disebut kemajuan melainkan kemunduran.
6 Pengembangan Karir The Possibility of Growth
Istilah ini dapat mengandung pengertian positif dan negatif.
Jika seorang
pegawai oleh
atasannya diberitahukan bahwa kepadanya tidak diberikan pelatihan
dan pendidikan yang berhubungan dengan pengembangan karir maka tidak terdapat kemungkinan untuk naik
pangkat yang terjadi adalah negative possibility growth. Sementara positive possibility growth terjadi apabila
suatu lingkungan kerja memberikan kemungkinan bagi orang-orang yang bekerja disituuntuk belajar sehingga
terbuka kemungkinan untuk naik pangkat.
37 b. Faktor-faktor Ekstrinsik Hygiene Factors
Merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpuasan pada pegawai sehingga menghasilkan kinerja
yang menurun pada pegawai tersebut. Faktor ekstrinsik terdiri dari:
1 Kebijakan Perusahaan Company Procedure Bertalian dengan administrasi dan kebijaksanaa perusahaan
yang bersifat menyeluruh. 2 Kualitas Supervisi Quality of Supervision
Pengawas yang terus menerus suka mengancam, dan seorang pengawas yang menjaa supaya segala pekerjaan
selalu berjalan dengan lancar dan sesuai mungkin. Dapat dikatakan sebagai faktor-faktor didalam rangkaian kejadian
yang dapat menimbulkan perasaan-perasaan luar biasa mengenai pekerjaan yang bersangkutan.
3 Hubungan Antar Pribadi Interpersonal Relationship Hubungan-hubungan tersebut memegang peranan penting
dalam situasi-situasi yang menyangkut pengakuan atau menyangkut masalah-masalah yang ada hubungannya
dengan dengan pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan perusahaan.
38 4 Kondisi Kerja Working Condition
Menggambarkan tentang situasi, bagaimana kondisi kerja, fasilitas dan sarana yang tersedia untuk melakukan
pekerjaan tersebut dalam rangkaian kejadian-kejadian. 5 Keamanan atau Jaminan Kerja Job Security
Keamanan atau jaminan kerja diartikan dengan tanda-tanda yang objektif mengenai adanya atau tidak adanya
keamanan dalam bekerja yang dijamin oleh perusahaan. 6 GajiUpah Wages
Hal ini mencakup semua kompensasi yang diberikan yang terutama kenaikan-kenaikan gajiupah ataupun harapan-
harapan yang tidak terpenuhi mengenai kenaikan gajiupah. 7 Status Status
Dimasukan dalam kategori status posisi apabila didalamnya melekat atau terdapat sesuatu hal yang
merupakan faktor atau unsur yang turut menentukan perasaan-perasaan yang timbul pada seseorang mengenai
pekerjaannya. Setidaknya ada lima aspek yang menentukan kepuasan kerja
seseorang, yaitu pekerjaan itu sendiri, bayarankompensasi, kenaikan, jabatan, pengawasan, dan rekan kerja. Di sisi lain, kepuasan kerja tidak
hanya berkaitan dengan kondisi pekerjaan, tetapi juga berkaitan dengan kepribadian masing-masing individu.
Individu yang memiliki
39 kepribadian negatif cenderung galak atau terlalu kritis biasanya tidak
menyukai sebagian besar hal dalam hidupnya, termasuk pekerjaan mereka walaupun pekerjaannya tampak sangat hebat Robbins, 2008.
variabel job satisfaction menjadi variabel yang penting sebab puas atau tidak puasnya seorang individu dalam sebuah organisasi akan
membawa dampak yang cukup signifikan bagi organisasi. Robbins 2008 menuliskan beberapa respon yang mungkin diberikan oleh
individu kepada organisasi yang tidak mengalami job satisfaction. Respon tersebut antara lain:
a. Keluar: Respon ini ditandai dengan perilaku individu yang ditujukan untuk meninggalkan organisasi. Perilaku ini dapat
diindikasikan dengan mencari posisi baru atau mengundurkan diri.
b. Aspirasi: Respon ini ditandai perilaku individu yang secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki kondisi yang
dialami. Perilaku ini dapat diindikasikan dengan menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan aktif
bergerak dalam serikat pekerja. c. Kesetiaan: Respon ini ditandai dengan perilaku individu yang
cenderung pasif tetapi optimis menunggu membaiknya kondisi. Perilaku ini dapat diindikasikan dengan sikap individu yang
tetap membela organisasi dari “serangan-serangan” pihak eksternal.
40 d. Pengabaian: Respon ini ditandai dengan perilaku individu yang
cenderung pasif, tidak peduli, dan individu menjadi bersikap lebih buruk terhadap organisasi. Perilaku ini diindikasikan
dengan ketidakhadiran atau keterlambatan yang berkelanjutan dan angka kesalahan yang terus meningkat.
Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan atau sikap emosional yang menyenangkan terhadap pekerjaanya hal itu ditandai dengan
banyaknya ganjaran yang seharusnya diterima pekerja atas pekerjaan yang telah mereka lakukan. seseorang yang merasakan kepuasan kerja
yang tinggi akan memiliki sikap yang positif terhadap pekerjaannya, sementara yang tidak merasa puas akan sebaliknya.
Menurut Shaleh dan Nisa 2006 dampak dari kepuasan dan ketidakpuasan kerja yaitu dampak terhadap produktifitas dan dampak
terhadap ketidakhadiran Absenteisme dan keluarnya tenaga kerja turnover.
Porter dan Steers dalam Munandar 2003 berkesimpulan bahwa ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis jawaban-
jawaban yang secara kealitatif berbeda.ketidakhadiran lebih spontan sifatnya dan dengan demikian kurang mungkin mencerminkan
ketidakpuasan kerja. Lain halnya dengan berhenti atau keluar dari pekerjaan. Perilaku ini karena akan mempunyai akibat-akibat ekonomis
yang besar, maka lebih besar kemungkinannya ia berhubungan dengan ketidakpuasan kerja.
41 Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa job
satisfaction adalah bagaimana reaksi sipekerja atau sikap sipekerja
terhadap hasil kerjanya, apakah sesuai dengan yang diinginkan atau tidak dan menyenangkan atau tidak.
7. Job Burnout dan Psychological Well-being