Otonomi Daerah TINJAUAN PUSTAKA

10 2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang. 3. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain, baik dalam segi harga, biaya produksi, dan kualitas pelayanan. 4. Memiliki keterkaitan dengan wilayah, baik dalam hal pasar maupun pasokan bahan baku. 5. Memiliki status teknologi yang terus meningkat. 6. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal. 7. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu. 8. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. 9. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan. 10. Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan. Kriteria lain dari komoditas unggulan adalah kontributif memiliki kontribusi yang besar dalam pencapaian tujuan utama pembangunan daerah, artikulatif memiliki kemampuan besar sebagai dinamisator bagi pertumbuhan sektor-sektor lain dalam spektrum yang luas, progresif dapat tumbuh secara berkelanjutan, tangguh memiliki daya saing, dan promotif mampu menciptakan tata lingkungan yang baik bagi kegiatan perekonomian Daryanto dan Yundi, 2010.

2.3 Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah proses pelimpahan wewenang perencanaan, pengambilan keputusan atau pemerintahan dari pemerintah pusat kepada organisasi unit-unit pelaksana daerah, organisasi semi otonom ataupun kepada pemerintah daerah atau organisasi non pemerintah Said, 2008. 11 Menurut Muhammad Hatta, pembentukan pemerintahan daerah pemerintahan yang berotonomi merupakan salah satu aspek pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat, sehingga hak rakyat untuk menentukan nasibnya tidak hanya ada pada pucuk pimpinan negara, tetapi juga pada setiap tempat di kota, desa, dan daerah Rosidin, 2010. Otonomi daerah sebagai sebuah proses devolusi dalam sektor publik dimana terjadi pengalihan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintahan provinsi dan kabupatenkota. Dengan memberikan kewenangan dan otonomi yang signifikan kepada daerah, akan membantu menciptakan kembali keseimbangan antara dimensi nasional dan lokal dari proses pembangunan Said, 2008. Visi otonomi daerah dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksi yang utama yaitu politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di bidang ekonomi, otonomi daerah harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah dan membuka peluang untuk pengembangan kebijakan regional dan lokal dalam mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Secara umum otonomi daerah bertujuan untuk memeratakan pembangunan ekonomi sehingga akan tercipta kesejahteraan masyarakat Rosidin, 2010. Sistem hubungan antara pemerintah pusat dan daerah menurut Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2004 dapat dibagi dalam 3 prinsip, yaitu: 1. Desentralisasi adalah pendelegasian atau penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabatnya di daerah atau kepada lembaga- lembaga pemerintah di daerah untuk menjalankan urusan pemerintahan di daerah. 12 2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah. 3. Tugas Pembantuan adalah tugas-tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah atau pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan. Urusan yang ditugaskan itu sepenuhnya masih menjadi wewenang pemerintah atau provinsi.

2.4 Spesialisasi Perekonomian