Bahan Baku Alkil Poliglikosida Sumber karbohidrat
14
drastik daripada glikosidasi D-glukosa atau transglikosidasi alkil glikosida sederhana.
Pati Sagu
Sagu Metroxylon
sagu Rottb.
merupakan tanaman
penghasil pati
yang sangat
potensial di
masa yang
akan datang.
Tanaman sagu
banyak tumbuh
secara alami
di Papua
dan Maluku
yang dimanfaatkan
oleh sebagian
besar penduduk
sebagai makanan
sehari-hari Limbongan
2007. Pati
sagu, selain
sebagai bahan
pangan juga
banyak digunakan
sebagai bahan
baku pada
industri kosmetik,
kertas, dan
plastik yang
mudah diurai.
Sampai saat ini sebagian besar sagu dunia dihasilkan dari perkebunan rakyat yang dikerjakan secara tradisional atau dibudidayakan secara semi-liar. Indonesia
adalah pemilik areal sagu terbesar, dengan luas areal 1.128 juta ha atau 51,3 dari 2.201 juta ha areal sagu dunia, disusul oleh Papua New Guinea 43,3 Timisela
2008. Namun dari segi pemanfaatannya, Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing hanya memiliki
areal 1,5 dan 0,2 Abner Miftahorrahman 2002 dalam Timisela 2008. Diperkirakan 90 areal sagu Indonesia berada di Papua dan Maluku Lakuy
Limbongan 2003 dalam Limbongan 2007. Areal sagu seluas ini belum di eksploitasi secara maksimal sebagai
penghasil tepung sagu untuk bahan kebutuhan lokal pangan maupun untuk komoditi ekspor. Sangat rendahnya pemanfaatan areal sagu yang hanya sekitar
0,1 dari total areal sagu nasional disebabkan oleh kurangnya minat masyarakat dalam mengelola sagu, rendahnya kemampuan dalam mengolah tepung sagu
menjadi bentuk-bentuk produk lanjutannya, kondisi geografis dimana habitat tanaman sagu umumnya berada pada daerah marginalrawa-rawa yang sukar
dijangkau, serta adanya kecenderungan masyarakat menilai bahwa pangan sagu adalah tidak superior seperti halnya beras dan beberapa komoditas karbohidrat
lainnya. Tepung sagu merupakan hasil ekstraksi inti batang sagu
Metroxylon sp. yang juga hampir seluruh bagiannya mengandung pati. Kandungan pati sagu
sekitar 84 sehingga sagu mampu menghasilkan pati kering hingga 25 ton per ha.
15
Menurut Samad 2002, sagu Indonesia memiliki kadar pati yang lebih baik dibanding Malaysia. Bahkan, beberapa varietas sagu asal Kendari Sulawesi
Tenggara dan Bukit Tinggi Sumatera Barat mampu memproduksi pati lebih dari 300 kilogram per pohon. Produksi sagu saat ini mencapai 200 ribu ton per
tahun, Usia tanaman sagu ini sekitar 7 10 tahun untuk bisa dipanen. Namun baru 56 saja yang dimanfaatkan dengan baik.
Sagu mempunyai keunggulan antara lain dapat disimpan lebih lama, dapat dipanen dan diolah tanpa mengenal musim, dan jarang terkena hama penyakit
Bujang Ahmad 2000 dalam Noerdin 2008. Komposisi kandungan pati sagu dan beberapa sumber pati lainnya per 100 g dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi kandungan pati sagu dan beberapa sumber pati lainnya per 100 g
Komponen Sagu
Jagung Tapioka
Kalori kal 357,0
349,0 98,0
Protein g 1,4
9,1 0,7
Lemak g 0,2
4,2 0,1
Karbohidrat g 85,9
71,7 23,7
Air g 15,0
14,0 19,0
Fe g 1,4
2,8 0,6
Sumber : www. pustaka bogor.net 2007
Granula pati dapat menyerap air dan mengembang. Pengembangan granula pati bersifat bolak balik sebelum mencapai suhu tertentu. Proses dimana granula
pati bersifat tidak kembali ke bentuk awal disebut gelatinisasi. Suhu dimana larutan pati bersifat tidak kembali ke bentuk awal disebut suhu gelatinisasi. Suhu
gelatinisasi pati berbeda-beda tergantung jenis pati. Kisaran suhu gelatinisasi pati sagu adalah 72 74
o
C. Kandungan amilosa dan amilopektin dari setiap jenis pati dapat dilihat pada Tabel 3.
16
Tabel 3 Kandungan amilosa dan amilopektin berbagai jenis pati Sumber Pati
Amilosa Amilopektin
Sagu 27
73 Jagung
28 72
Beras 17
83 Kentang
21 79
Gandum 28
72 Ubikayu
17 83
Sumber : Swinkel dalam Herliana 2005.
Alkohol lemak
Alkohol lemak merupakan turunan dari minyak nabati seperti minyak kelapa maupun minyak kelapa sawit yang lebih dikenal sebagai Alkohol lemak
alami sedangkan turunan dari petrokimia parafin dikenal sebagai Alkohol lemak sintetik Hill
et al. 1997. Alkohol lemak utamanya digunakan sebagai bahan intermediates, di eropa
barat hanya 5 yang digunakan secara langsung dan kira-kira 95 dimanfaatkan dalam bentuk turunannya. Pemanfaatan alkohol lemak untuk pembuatan surfaktan
kira-kira sebesar 70-75 Presents 2000. Lebih dari dua per tiga atau sekitar 80 dari jumlah alkohol lemak yang diproduksi digunakan sebagai bahan baku
pembuatan surfaktan. Sebagai bahan baku surfaktan alkohol lemak mampu bersaing dengan produk turunan petroleum seperti alkilbenzena. Selain karena
surfaktan yang dihasilkan bersifat lebih stabil, juga harganya lebih murah jika dibandingkan dengan surfaktan turunan petroleum.
Alkohol mampu mengadisi ikatan C=O aldehidketon, gugus OR akan melekat pada karbon dan proton akan melekat pada oksigen. Aldehid dapat
bereaksi dengan alkohol membentuk hemiasetal. Sedangkan keton dapat bereaksi dengan alkohol membentuk hemiketal. Mekanisme pembentukan hemiasetal
hemiketal melibatkan tiga langkah. Pertama oksigen karbonil C=O diprotonasi oleh katalis asam, kemudian oksigen alkohol menyatu dengan karbon karbonil,
dan proton dilepaskan dari oksigen positif yang dihasilkan Hart 2003.
17
Alkohol lemak C
12
lebih dikenal dengan nama alkohol lauril dodekanoldodecy alcohol dengan rumus bangun C
12
H
26
O, bobot molekul 186,6 molg, densitas 0,8309 dan titik didih sekitar 259
o
C, tidak berwarna dan tidak larut dalam air.