di beberapa tempat. c.
Mengurangi gangguan sampah, dengan cara memperbaiki sistem pembuangan sampah melalui pengadaan gerobak-gerobak sampah, tong dan bak sampah.
d. Meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan, dengan cara pembangunan fasilitas
mandi, cuci, kakus atau MCK. Untuk beberapa kampung yang membutuhkan, program ini juga membangun
Puskesmas, Pos Pelayanan Kesehatan maupun penambahan atau perbaikan Sekolah Dasar
Meskipun pada prinsipnya tujuan program ini sama, pada kenyataannya konsepnya berkembang dari waktu ke waktu. Berdasarkan penelitian Johan Silas,
konsep tersebut selalu berkembang dan disempurnakan. Konsep tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Konsep Politis
Konsep ini dilaksanakan pada waktu penjajahan Belanda. Program ini dipakai sebagai alas politik
Pemerintah untuk memenuhi tuntutan pihak oposisi di parlemen maupun untuk memenuhi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
b. Konsep Proyek Pekerjaan Umum
Konsep pekerjaan ini pertama sekali mulai di Jakarta dan Surabaya pada akhir enam puluhan dan awal tujuh puluhan, konsep yang dipakai adalah konsep
pekerjaan umum. Kegiatan-kegiatan pembangunan di kampung sangat ditentukan oleh apa yang menurut Pemerintah penting untuk dilakukan.
c. Konsep Perumahan
Pemerintah Pusat mulai tertarik untuk membantu konsep perumahan ini dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bantuan pinjaman dari Bank Dunia. Program perbaikan kampung diharapkan untuk dapat menghasilkan rumah-rumah dengan standar minimum yang masih
dapat diterima, tanpa harus membangun rumah-rumah baru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan rumah-rumah yang dibawah standar
menjadi rumah-rumah yang standarnya dapat diterima oleh Pemerintah.
d. Konsep dengan Peran Serta Masyarakat
Dengan bantuan Institut Teknologi Sepuluh November atau ITS di Surabaya, masyarakat setempat yang akan terkena program tersebut diajak berkonsultasi
dan dimintai pendapatnya tentang program perbaikan kampung yang akan dilaksanakan di kampungnya. Dalam diskusi tersebut dijelaskan pula apa yang
dapat dan tidak dapat dilakukan oleh proyek tersebut. Disamping itu, dijelaskan pula apa yang diharapkan untuk dapat dilengkapi oleh masyarakat setempat.
Dapat pula ditambahkan disini bahwa konsep yang mirip telah dikembangkan oleh Prof. Hasan Poerbo dan Jurusan Arsitektur ITB untuk program yang sama
di Kota Bandung.
e. Konsep Pengembangan Kota
Setelah banyak kampung di dalam kota menjadi baik, dana Pemerintah masih tetap terbatas sedangkan untuk memenuhi kebutuhan kualitas selalu meningkat.
Oleh karena itu, program perbaikan kampung dijadikan salah satu bagian dari program pengembangan kota secara terpadu. Dengan menggunakan kekuasaan
Pemerintah Daerah, program perbaikan kampung dimanfaatkan sebagai alas untuk mengintegrasikan, merangsang dan memaksakan adanya subsidi silang
dari berbagai kegiatan pembangunan di daerah perkotaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan adanya penyempurnaan konsep-konsep tersebut, komponen perbaikan awal dari program ini juga mengalami perubahan dan penambahan,
disesuaikan dengan kondisi kampung dan masyarakat setempat. Sejak dilaksanakan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1969 program perbaikan kampung terns
dilaksanakan d berbagai kota. Sejak Pelita II program perbaikan kampung, dengan bantuan Bank Dunia, dikembangkan di beberapa kota besar antara lain, Jakarta,
Surabaya dan Ujung Pandang. Mulai Pelita III dan dilanjutkan pada pelita-pelita berikutnya program perbaikan kampung dilaksanakan di kota-kota sedang dan kecil.
Sampai saat ini telah banyak kampung di beberapa kota di Indonesia yang telah terkena program ini. Dari hasil penelitian dan pengamatan dari para peneliti antara
lain John Taylor dan Johan Silas yang dikemukakan dalam sebuah pertemuan yang diprakarsai oleh Bank Dunia di Surabaya pada tahun 1994, ada beberapa hal yang
dapat dikemukakan tentang dampak program perbaikan kampung pada masyarakat, yaitu antara lain sebagai berikut:
Terlihat adanya sedikit kontribusi dari program ini pada peningkatan pendapatan masyarakat maupun pola pengeluaran masyarakat, demikian pula
adanya peningkatan yang tidak mencolok pada kesehatan masyarakat. Secara Kualitatif dapat dilihat adanya peningkatan yang cukup besar pada
kondisi lingkungan sosial, mengakibatkan adanya peningkatan komitmen masyarakat untuk meningkatkan perbaikan dan pemeliharaan komponen- komponen
program perbaikan kampung maupun rumah mereka masing-masing. Komitmen masyarakat tersebut meningkat sejalan besarnya keterlibatan masyarakat
dalam perencanaan maupun pelaksanaan perbaikan, kampung tersebut. Disamping dampak positif tersebut di atas, masih ada beberapa masalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang belum terpecahkan dengan baik pada program ini yaitu masalah status kepemilikan lahan milik masyarakat, yang menyulitkan pengaturan dan penertiban
kampung tersebut. Disamping itu, menurut Johan Silas di beberapa lokasi proyek perbaikan kampung, karena meningkatnya nilai tanah dan rumah, ada
kecenderungan masyarakat yang ekonominya lemah tergusur dari kampungnya karena rumah dan tanahnya dijual kepada masyarakat yang lebih mampu, atau tidak
mampu membayar sewa rumah yang meningkat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun secara keseluruhan
program perbaikan kampung telah dapat meningkatkan kondisi perumahan masyarakat berpenghasilan rendah dan beberapa bagian dari kota, secara kuantitas
tidak dapat menambah jumlah rumah yang sangat diperlukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
37
Dalam sebuah lingkungan perumahan harus disediakan prasarana untuk memberikan kemudahan bagi penghuni. prasarana-prasarana yang harus disediakan
adalah sebagai berikut
5. Prasarana Lingkungan Perumahan