Aktor Pelaku Tindak Kekerasan Psikis

yang paling banyak mengalami perlakuan tersebut yaitu 19 siswa dan 2 orang siswa perempuan. Tindakan menyabet siswa lebih banyak dilakukan oleh senior 37 terhadap siswa yunior, disusul oleh guru 24 dan ketua OSIS. Siswa yang mengaku pernah mendapat tindakan kekerasan dengan cara ditampar berjumlah 16 siswa. Siswa laki-laki juga paling banyak mengalami tindakan tersebut yaitu 15 orang dan hanya seorang perempuan yang mengaku pernah mengalami tindakan tersebut.

b. Aktor Pelaku Tindak Kekerasan Psikis

Sedangkan tindak kekerasan psikis berupa penghinaan, pernah diterima oleh 25 siswa di pondok. Pelaku tindak kekerasan dalam bentuk menghina siswa juga kebanyakan dilakukan oleh teman 18 72. Guru dalam kasus ini tidak pernah melakukan penghinaan terhadap siswa, justru adik klas yang menempati rangking kedua sebagai pelaku penghinaan. Menghardik merupakan tindak kekerasan psikis yang banyak dilakukan oleh teman- teman siswa dan guru. Menghardik adalah mengeluarkan kata-kata yang bernada keras untuk memarahi atau mengancam atau membentak kepada siswa. Hardik biasanya dilakukan ketika siswa malas mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah atau siswa lambat masuk klas. Membodoh-bodohkan siswa yang agak sulit menangkap pelajaran merupakan tindak kekerasan psikis yang dilakukan oleh teman-teman siswa sendiri. Terdapat 10 siswa yang mengaku pernah dibodoh-bodohi oleh temanya sendiri. Perbuatan tersebut secara psikis akan membuat siswa menjadi tidak percaya diri. Bentuk kekerasan psikis lain yang juga sangat berpengaruh pada anak adalah memberi julukan atau nama panggilan yang memalukan di luar nama aslinya. Anak-anak seringkali memberikan julukan anak lain yang secara tidak sadar akan dapat membuat anak menjadi minder atau tidak percaya diri. Bern memberi beberapa saran untuk para orang tua mengenai apa yang seharusnya tidak dilakukan yaitu jangan memanggil anak dengan panggilan yang memalukan. Panggilan-panggilan tersebut dapat membuat anak berpikir bahwa mereka memang benar seperti itu. Perlakuan kekerasan psikis pada anak akan memberi konsekuensi pada masa dewasa, seperti ketidakmampuan untuk percaya, self-esteem yang rendah atau perasaan tidak berharga dikutip dari Lusiana:2008. Dalam agama Islampun tidak dibenarkan memanggil nama orang dengan panggilan yang jelek, karena nama yang diberikan merupakan doa dari orangtuanya terhadap anak. Jumlah siswa yang mempunyai julukan atau nama panggilan sebanyak 53 siswa dengan nama-nama yang bermacam. Nama panggilan yang diberikan ada yang diambil dari nama binatang, warna kulit, bentuk tubuh, kesamaan perilaku dengan guru atau ustad, atau nama-nama film kartun. Nama-nama panggilan tersebut ada yang berkonotasi baik tetapi juga ada yang buruk. Nama-nama panggilan seperti datuk, buya, ustadz mempunyai arti anak tersebut dalam kehidupan sehari-harinya mencerminkan perilaku datuk, buya atau ustadz. Sedangkan nama-nama panggilan lain merupakan nama-nama panggilan yang cenderung merupakan ejekan yang diberikan oleh teman-temanya. Meskipun seringkali pemberian nama-nama julukan tersebut mereka berikan tanpa berpikir akan ada akibat yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Mereka memberikan julukan dengan cara bercanda dan kadang diterima oleh yang diberi julukan juga dengan tanpa beban. Para pelaku tindak kekerasan dengan cara memberi nama julukan atau nama panggilan kebanyakan 47 adalah teman-teman siswa sendiri. Disamping tiu senior merupakan pelaku terbanyak kedua yang juga memberi julukan atau nama panggilan tersebut. Meskipun mendapat julukan atau nama panggilan di luar nama aslinya, tidak semua siswa merasa tidak senang. Terdapat 8 siswa yang merasa senang mendapat julukan atau nama panggilan tersebut, hanya 16 yang merasa tidak senang dengan julukan tersebut. 35 Anak-anak yang tidak senang mendapat julukan adalah anak yang mendapat panggilan atau julukan bajak, bapak, cik lalek, gaek, India, kapuyuk balado, kokor, kuda, madam, makcong, naruto, ateng, si pendek, pisket, tunggeng, upiek bareh yang semua itu mempunyai konotasi yang jelek. Sedangkan anak-anak yang senang mendapatkan julukan adalah adek, bule, buya, desna, dragula, gerard, uncu, ustad, datuak, wan.

c. Aktor Pelaku Tindak Kekerasan Seksual