commit to user 49
akan membahayakan tubuh, karena rentan akan cedera. Sehingga diperlukan variasi pertukaran antara volume intensitas di dalam latihan. Tingginya volume
latihan disertai dengan intensitas yang relatif rendah selama tahap persiapan, akan memberikan suatu dasar yang baik untuk intensitas latihan yang tinggi dan dapat
meningkatkan konsistensi penampilan yang baik. Di dalam bidang teori latihan, kita harus membedakan dua macam
intensitas yaitu: pertama intensitas mutlak adalah ukuran presentase dari kemampuan maksimal seseorang untuk melakukan latihan, kedua
intensitas yang mengukur satuan latihan atau siklus makro dapat menunjukkan intensitas mutlak dan jumlah keseluruhan kerja yang
dilakukan dalam waktu tertentu. Lebih tinggi intensitas mutlak semakin rendah pula volume kerja pada satuan latihannya. Dengan kata lain
rangsangan intensitas mutlak yang tinggi lebih dari 85 dari kemampuan maksimal, hendaknya tidak diulang kembali secara
intensif di setiap latihan. Dalam hal yang sama, satuan latihan j u g a t i d a k b o l e h m e l e b i h i 4 0 s e t i a p m i k r o s i k l u s n ya u n t u k mempertahankan
intensitas mutlak yang lebih rendah Bompa, 1994: 82. Takaran intensitas latihan untuk olahraga prestasi antara 85-90 dari MHR sedangkan untuk olahraga
kesehatan antara 70-85 dari MHR Harsono, 1988.
f. Densitas dan frekuensi latihan
Suatu frekuensi dimana atlet dihadapkan pada sejumlah rangsangan per satuan waktu disebut densitas latihan. Jadi densitas latihan berkaitan dengan
suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu kerja dan pemulihan latihan. Suatu
commit to user 50
densitas yang seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan Bompa, 1999. Berdasarkan hal tersebut, padat
atau tidaknya densitas ini sangat tergantung oleh lamanya pemberian waktu pemulihan yang diberikan. Semakin pendek waktu pemulihan maka densitas
latihan makin tinggi, sebaliknya semakin lama waktu pemulihan maka densitas pelatihan semakin rendah kurang padat.
Densitas latihan
menunjukkan kepadatan
densitas atau
kekerapan frekuensi dari suatu seri rangsangan per satuan waktu yang terjadi pada atlet ketika sedang berlatih sedangkan Frekuensi adalah kekerapan atau
kerapnya latihan per-minggu. Menetapkan frekuensi latihan amat tergantung pada tipe olahraganya dan jenis komponen biomotorik yang akan dikembangkan.
Frekuensi latihan untuk mengembangkan komponen kekuatan otot, jika dilakukan sebanyak 7 kali dalam seminggu dianggap densitasnya terlalu tinggi. Bila
dilakukan sekali seminggu dianggap densitasnya terlalu rendah. Frekuensi latihan merupakan jumlah latihan yang dilakukan dalam periode
waktu tertentu. Pada umunya periode waktu yang digunakan untuk menghitung jumlah frekuensi tersebut adalah dalam satu minggu. Frekuensi latihan bertujuan
untuk menunjukan jumlah tatap muka latihan pada setiap minggunya. Frekuensi latihan misalnya:
· Untuk meningkatkan kekuatan otot dianggap cukup baik bila dilakukan
sebanyak 2 - 3 kali seminggu. ·
Sebaliknya untuk
meningkatkan komponen
daya tahan
kardiovaskular atau kesegaran jasmani physical fitness, maka
commit to user 51
frekuensi latihannya sebanyak 4 - 5 kali seminggu, dengan selingan istirahat maksimal selama 48 jam atau tidak lebih dari dua hari
berturutan. ·
Sedangkan untuk daya tahan perenang dan pelari jarak jauh frekuensi lat i h a n n ya l e b i h k e r a p , t i d a k c u k u p s e b a n ya k 3 - 4 k a l i
s e m i n g gu , t e t a p i sebanyak 6 - 7 kali seminggu. ·
Frekuensi latihan bagi atlet non-daya tahan aerobik non- endurance atau anaerobik, cukup sebanyak 3 kali per minggu,
dengan durasi latihan selama 8 - 10 minggu Nala, 1998.
g. Sistem Energi Latihan