tahun 2013 dengan selisih 300 kejadian. Angka kecelakaan tersebut tentu sinkron dengan kerugian materi yang ditimbulkan.
Mengingat akibat yang timbul karena suatu kecelakaan, UU LLAJ mengatur tentang kecelakaan lalu lintas dalam bab tersendiri yaitu pada Bab XIV
yang terdiri dari 16 pasal dimulai dari Pasal 226 sampai dengan Pasal 240. Dalam Pasal 229 terdapat penggolongan kecelakaan lalu lintas yaitu:
1. Kecelakaan lalu lintas ringan, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan danatau barang.
2. Kecelakaan lalu lintas sedang, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan danatau barang.
3. Kecelakaan lalu lintas berat, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Berkaitan dengan penggolongan kecelakaan lalu lintas di atas, pada pasal yang sama dicantumkan pula penyebab kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu
lintas dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidaklaiakan kendaraan, serta ketidaklaiakan jalan danatau lingkungan.
Secara garis besar, penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dipengauhi oleh beberapa faktor seperti faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalan raya,
faktor lingkungangeorafis alam suatu daerah, serta interaksi dan kombinasi dua atau lebih faktor tersebut di atas.
1. Faktor manusia
Manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki dan pengendara kendaraan merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Keadaan
pengemudi dapat kita lihat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:
66
66
Kepolisian Republik Indonesia Komando Pengembangan Pendidikan dan Latihan Polri 1984, Polisi Dan Lalulintas, Jakrta, hlm. 82.
Universitas Sumatera Utara
a. Tubuh Keadaan pancaindra manusia sebagai pembawaan pribadinya sering
menjadi sebab dari suatu kecelakaan. Pengemudi yang kurang penglihatannya dan pendengarannya sukar untuk mengikuti keadaan lalu lintas di jalan dengan
sempurna. b. Kecakapan
Seseorang yang memiliki Surat Izin Mengemudi SIM belum tentu menjadi pengemudi yang baik, karena selain lulus dari ujian seseorang harus
mendapat cukup pengalaman yang akan memberikan kecakapan dan pengetahuan tentang bagaimana caranya membawa kendaraan dengan selamat dan tanpa
melanggar peraturan lalu lintas. Kecakapan fisik dan mental orang dapat mengemudikan kenadaanya dengan baik.
c. Watak Watak mempunyai dua unsur ialah sikap dan emosi. Sikap mempunyai dua
alternatif ialah baik dan buruk. Banyak kecelakaan yang terjadi karena sikap yang kurang baik dari pengemudi kendaraan yang cenderung ugal-ugalan dan tidak
mau mematuhi peraturan lalu lintas tidak tertib. Faktor pengemudi berupa tidak tertib banyak sekali pengaturannya di
dalam UU LLAJ. Beberapa contoh perilaku pengemudi yang tidak tertib berikut dijabarkan secara umum oleh Polantas dengan melihat perilaku masyarakat dalam
hal ini pengemudi di Kota Medan yang mereka hadapi sehari-hari.
67
a. Pengemudi tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda.
67
Wawancara dengan Brigadir Fhirisman, SH., BA Sat lantas pada tanggal 22 Februari 2014, di Satlantas pukul 11.00-14.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengemudi tidak mematuhi rambu lalu lintas. c. Pengemudi tidak mengenakan sabuk keselamatan safety belt.
d. Pengemudi tidak mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI.
e. Pengemudi sepeda motor membawa penumpang lebih dari 1 satu orang. f. Pengemudi tidak menyalakan lampu utama.
g. Pengemudi melewati kendaraan lain menggunakan jalur jalan sebelah kiri dari kendaraan yang akan dilewati.
h. Pengemudi kendaraan bermotor umum angkutan orang memberhentikan kendaraan sekehendaknya.
i. Pengemudi tidak memperlamban kendaraannya begitu melihat dan mengetahui ada pejalan kaki yang akan menyeberang.
Kecelakaan lalu lintas juga didorong ketidaktahuan pengemudi terhadap aturan lalu lintas yang ada. Kesadaran berkendara para pengemudi dalam menjaga
ketertiban dan keselamatan berlalu lintas sangat rendah. Para pengemudi tidak mengetahui dan juga tidak mengindahkan tata cara berlalu lintas yang
sesungguhnya telah diatur di dalam UU LLAJ. Transformasi pengetahuan yang ideal mengenai tata cara berlalu lintas yang baik telah beberapa kali dilakukan
pihak Kepolisian. Namun, pemaparan cara berkendara yang aman dan selamat oleh pihak Kepolisian memang masih dirasa kurang ideal sehingga masyarakat
kurang memahami bagaimana cara berlalu lintas yang baik. Sosialisasi UU LLAJ
Universitas Sumatera Utara
juga dirasa kurang sehingga masyarakat tidak mengetahui hak-hak mereka sebagai pengguna jalan.
68
Partisipasi orang tua dalam memberikan kesadaran berkendara kepada anak juga sangat memperihatinkan. Banyaknya pelajar yang belum berumur 17
tahun telah mengemudikan kendaraan merupakan salah satu keteledoran orang tua. Orang tua merasa bangga memperbolehkan anaknya mengemudi, hal ini yang
menyebabkan kecelakaan lalu lintas baik pelaku maupun korban banyak terjadi pada pelajar.
69
Beberapa kondisi dalam lembaga pendidikan berkaitan dengan kurangnya pengetahuan pelajar mengenai tata cara berlalu lintas sehingga
menyebabkan kecelakaan adalah
70
d. Reaksi disebabkan gaya hidup pelajar dalam
berkendara, kurangnya partisipasi orang tua, kurangnya pengayoman oleh pengajar dan pihak sekolah terhadap siswa, dan tidak adanya kurikulum
pendidikan berlalu lintas.
Kadang-kadang orang menghadapi keadaan lalu lintas pada waktu mana harus mengambil keputusan yang secepat kilat agar jangan terjadi kecelakaan.
Waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan ini sangat penting, karena lebih cepat orang dapat mengambil keputusan, lebih kecil pula kemungkinan
terjadinya kecelakaan atau lebih cepat pula bahaya dapat dihindarkan. e. Racun, obat, lengah, lelah, mengantuk, tekanan psikologis, pengaruh obat,
pengaruh alkohol atau sakit
68
Ibid.
69
Ibid.
70
Wawancara dengan Brigadir Fhirisman, SH., loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal tersebut di atas, membuat badan tidak lagi dalam keadaan sempurna. Hal ini menyebabkan orang tidak dapat menguaisai pancaindra dan
anggota badannya. Faktor pengemudi berupa lengah, lelah, mengantuk, sakit, tekanan
psikologis, pengaruh obat, pengaruh alkohol terdapat pengaturannya secara implisit pada Pasal 106 ayat 1 UU LLAJ. Lebih lanjutnya secara tekstual faktor-
faktor tersebut terdapat pada penjelasan Pasal 106 berikut ini : Pasal 106 ayat 1
Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.
Penjelasan Pasal 106 ayat 1. Yang dimaksud dengan ”penuh konsentrasi” adalah setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor dengan penuh perhatian dan tidak terganggu perhatiannya karena sakit, lelah, mengantuk, menggunakan
telepon atau menonton televisi atau video yang terpasang di kendaraan, atau meminum minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan
sehingga memengaruhi kemampuan dalam mengemudikan kendaraan.
Dalam penjelasan pasal tersebut diatas sesungguhnya apabila ditelaah mengandung makna bahwa hal-hal dan kegiatan yang menggangu konsentrasi
tersebut itu sudah sering terjadi dan sungguh mengkhawatirkan sehingga pembuat undang-undang mencantumkannya dalam penjelasan pasal 106. Sakit, lelah dan
mengantuk dapat termasuk pada kelalaian yang apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, keadaan yang terjadi itu tidak diduga-duga sebelumnya. Kelalaian
pengemudi terletak pada dirinya yang tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh hukum. Akan tetapi menggunakan telepon atau
menonton televisivideo yang terpasang di kendaraan, atau meminum minuman yang mengandung alkoholobat-obatan sesungguhnya merupakan keadaan yang
Universitas Sumatera Utara
disadari pengemudi sangat berbahaya dan dapat membawa akibat yang sangat fatal. Kelalaian pengemudi disini terletak pada dirinya yang tidak mengadakan
penghati-hatian sebagaimana diharuskan oleh hukum. Menggunakan telepon atau menonton televisivideo yang terpasang di
kendaraan, atau meminum minuman yang mengandung alkoholobat-obatan kita ketahui sangat berbahaya namun di dalam UU LLAJ tidak terdapat pelarangannya
secara spesifik. Perbuatan tersebut memang mengakibatkan pengemudi berkendara secara tidak wajar dan merupakan suatu pelanggaran sehingga dapat
dipidana berdasarkan Pasal 283, akan tetapi hal ini bersifat represif. Jika disimpulkan berarti, perbuatan tersebut boleh dilakukan sepanjang pengemudi
berkendara secara wajar. Perbuatan yang paling mengkhawatirkan diantara isi penjelasan pasal 106
tersebut adalah “meminum minuman yang mengandung alkohol atau obat- obatan”. Kondisi dibawah pengaruh alkohol dan obat-obatan sudah barang tentu
akan menghilangkan kesadaran pengemudi sehingga tidak dapat lagi berkendara dengan baik. Kondisi ini rentan sekali dan berpeluang besar megakibatkan
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan orang lain meninggal seperti dalam kasus Afriyani. Mengingat bahaya yang ditimbulkan akibat minum alkohol dan
obat-obatan sebelum berkendara apalagi saat berkendara, maka sangat dibutuhkan regulasi berupa larangan dalam undang-undang lalu lintas yang bersifat
pencegahan.
Universitas Sumatera Utara
Selain pengemudi ada juga yang dikenal dengan pejalan kaki, pejalan kaki dapat menjadi penyebab kecelakaan dan dapat juga menjadi korban kecelakaan
yang utama sehingga paling sering diperhatikan. Pasal 1 angka 22 UU LLAJ, menyatakan pengemudi adalah orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki SIM. Lebih lanjut, seseorang yang tidak memiliki SIM, maka tidak memiliki hak untuk
mengemudikan kendaraan bermotor dan dapat dipidana sesuai dengan ketentuan Pasal 281 UU LLAJ berikut ini :
Pasal 281 Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak
memiliki SIM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat 1 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 empat bulan atau denda paling
banyak Rp. 1.000.000,00 satu juta rupiah.
Berdasarkan hasil penelitian kecelakaan lalu-lintas yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan RI pada Studi Evaluasi
Road Map to Zero Accident, lebih dari 90 kecelakaan lalu-lintas diawali dengan pelanggaran rambu lalu-lintas.
71
Apabila ada kecelakaan yang melibatkan angkutan barang, mobil penumpang atau bis, biasanya diawali dengan
pelanggaran, baik pelanggaran batas kecepatan ataupun pelanggaran batas muatan.
72
Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang belaku atau tidak melihat ketentuan yang diberlakukan
atau pula pura-pura tidak tahu yang mencerminkan ketidakpatuhan masyarakat
71
http:metro.kompasiana.com20120124hampir-semua-kecelakaan-dimulai- dengan-pelanggaran-lalu-lintas-429908.html
, diakses tanggal 14 Februari 2014.
72
http:www.dephub.go.idreadberitadirektorat-jenderal-perhubungan- darat56709
, diakses tanggal 14 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
dalam berlalu lintas. Pelanggaran yang sering dilakukan yakni melawan arus, melanggar rambu, stop line, marka jalan. Pelanggaran-pelanggaran ini berpotensi
mengakibatkan kecelakaan.
73
Gangguan dari pengendara lain juga berpotensi menimbulkan kecelakaan misalnya tidak pakai helm, ugal-ugalan, tidak
menghidupkan lampu kendaraan roda dua, tidak mengindahkan rambu-rambu lalu lintas, parkir sembarangan yang berdampak kemacetan, hal-hal tersebut akan
memberikan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan lainnya, bukan hanya bagi pengendara tapi juga bagi pejalan kaki lainnya.
74
Faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas tersebut akan dikaitkan pula dengan data penelitian dari instansi Kepolisian. Data sekunder yang didapatkan
dalam penelitian akan digunakan nantinya untuk menentukan kebijakan yang perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Berikut data statistik anatomi kecelakaan lalu lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara secara umum dan Resor Kota Medan secara
khusus pada Tahun 2013.
Tabel 2 Kecelakaan Lalu Lintas Yang Disebabkan Kelalaian Pengemudi Di Sumut
NO FAKTOR LAKA LANTAS YANG DISEBABKAN
KELALAIAN PENGEMUDI JUMLAH
1 Lengah
676 2
Lelah 88
3 Mengantuk
95 4
Sakit 2
5 Tidak Tertib
3.182
73
http:news.detik.comread20111208082806178578010kesadaran- masyarakat-kurang-pelanggaran-lalu-lintas-semakin-meningkat
, diakses tanggal 14 Februari 2014.
74
http:www.analisadaily.comnewsread2012072364488meningkatkan_kesad aran_berlalulintas.UT1xnVK8jIU
, diakses tanggal 15 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
6 Tekanan Psikologis
1 7
Pengaruh Obat 8
Pengaruh Alkohol 17
9 Batas Kecepatan
1.734 Jumlah
5.795 Sumber : Dirlantas Sumut 2013
Tabel diatas menunjukkan bahwa pengemudi tidak tertib menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kecelakaan lalu lintas di Wilayah Sumatera
Utara yakni sebesar 3.182 kecelakaan. Urutan kedua disebabkan pengemudi melebihi batas kecepatan, sedangkan urutan ketiga disebabkan pengemudi lengah.
Ketiga penyebab diatas itu merupakan gambaran umum penyebab kecelakaan lalu lintas oleh kesalahan manusia human error. Disamping itu, adapun penyebab
lainnya kecelakaan lalu lintas oleh faktor manusia yakni pengemudi lelah, mengantuk, sakit, adanya tekanan psikologis pada diri pengemudi, pengaruh obat,
dan pengaruh alkohol. Kesemua penyebab kecelakaan tersebut memang tidak sebesar ketiga penyebab kecelakaan yang diterangkan di awal, namun tetap saja
mempunyai probabilitas yang sama sebagai penyebab terjadinya kecelakaan.
Tabel 3 Kecelakaan Lalu Lintas Yang Disebabkan Kelalaian Pengemudi Di Kota
Medan
NO FAKTOR LAKA LANTAS YANG DISEBABKAN
PENGEMUDI JUMLAH
1 Lengah
2 Lelah
3 Mengantuk
4 Sakit
5 Tidak Tertib
64 6
Tekanan Psikologis 7
Pengaruh Obat 8
Pengaruh Alkohol 9
Batas Kecepatan 34
Jumlah 100
Sumber : Satlantas Polresta Medan 2013
Universitas Sumatera Utara
Tabel diatas menunjukkan bahwa faktor paling dominan terjadinya kecelakaan lalu lintas di Kota Medan disebabkan pengemudi tidak tertib dalam
berkendara. Tidak tertib disini maksudnya tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.
Masyarakat di Kota Medan khususnya enggan sekali melengkapi diri dengan perlengkapan mengemudi. Terbukti dengan melihat banyaknya
pengemudi yang tidak mengenakan helm saat mengendarai sepeda motor dan menyepelekan kegunaan dari sabuk pengaman saat mengemudikan mobil. Ada
saja masyarakat yang masih semacam tabu untuk melengkapi diri dengan helm dengan alasan menempuh jarak yang dekat atau tidak mengenakan safetybelt
dengan alasan karena tidak “ngebut”.
75
Sehari-hari kita sering melihat pengemudi kendaraan bermotor umum angkutan umum, biasa disebut angkot yang berhenti sekehendaknya, mengetem
di sembarang tempat, atau menurunkan penumpang tidak di tempat pemberhentian. Pengemudi angkutan umum ini juga tak jarang terlihat
mengemudikan kendaraan bermotor secara tidak wajar yakni dengan ugal-ugalan dan bersaing dengan pengemudi angkutan umum lain, hal tersebut dilakukan
mereka dengan dalih mengejar setoran. Sementara itu pada pengemudi kendaraan pribadi juga ditemukan pelanggaran yang tidak sedikit seperti melanggar rambu
lalu lintas, melanggar aturan batas kecepatan, tidak mengenakan kaca spion, tidak mengenakan sabuk keselamatan safety belt atau helm, berbalapan dengan
75
http:www.anneahira.comkecelakaan-lalu-lintas.htm, diakses tgl 8 Januari 2013.
Universitas Sumatera Utara
kendaraan bermotor lain di jalan, ataupun tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki atau pesepeda, dan lain-lain.
76
2. Faktor kendaraan