pemberian anesthesi, resiko terjadi kegagalan ataupun kematian dimeja operasi jarang sekali terjadi bahkan tidak pernah terjadi, 2 quo ad sanam, yaitu baik
apabila telah direposisi dan difiksasi dengan baik maka fragmen yang fraktur akan stabil sehingga mempercepat proses penyambungan tulang, 3 quo ad
fungsionam, berkaitan dengan tingkat kesembuhan atau sanam. Dikatakan baik
jika quo ad sanamnya baik, karena dengan semakin cepat tulang menyambung maka pasien dapat segera kembali melakukan aktifitas fungsional. Dalam hal ini,
dibutuhkan latihan yang intensif untuk mengembalikan aktifitas fungsional secara optimal, 4 quo ad cosmeticam, yaitu baik apabila fragmen yang telah direposisi
dan difiksasi menyambung dengan baik, sehingga tidak terjadi deformitas dan tidak mengganggu penampilan pasien.
Penderita fraktur femur segmental setelah pemasangan internal fiksasi plate and screw
tanpa komplikasi bila mendapat tindakan fisioterapi sejak dini dangan tepat, maka kapasistas fisik dan kemampuan fungsional akan kembali
normal. Keadaan yang jelek dari penyembuhan apabila terjadi komplikasi yang menyertai, umumnya pada usia lanjut Appley, 1995.
D. Deskripsi Problematika Kasus
Problematika yang dapat muncul pada pasca operasi fraktur femur 13 distal dextra adalah meliputi :
a Impairment
1 Oedem di sekitar daerah fraktur
Oedem yang terjadi karena adanya luka bekas operasi, sehingga tubuh memberikan respon radang atas kerusakan jaringan di dekat daerah fraktur.
2 Nyeri di sekitar luka operasi
Adanya luka bekas operasi serta adanya oedem di dekat daerah fraktur, menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan interstitial sehingga akan
menekan nociceptor, lalu menyebabkan nyeri. 3
Keterbatasan lingkup gerak sendi Karena oedem dan nyeri yang disebabkan oleh luka fraktur dan luka
operasi menyebabkan pasien takut untuk bergerak, sehingga lama-lama akan mengalami gangguan atau penurunan lingkup gerak sendi.
4 Penurunan kekuatan otot
Oedem dan nyeri karena luka bekas operasi dapat menyebabkan
penurunan kekuatan otot karena pasien tidak ingin menggerakkan anggota geraknya dan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan disused atrophy.
5 Functional Limitation
Adanya oedem dan nyeri menyebabkan pasien mengalami penurunan kemampuan fungsionalnya, seperti transfer, ambulasi, jongkok berdiri, naik turun
tangga, keterbatasan melakukan Buang Air Besar BAB dan Buang Air Kecil BAK.
Hal ini disebabkan adanya rasa nyeri, oedem, dan karena penyambungan tulang oleh callus yang belum sempurna, sehingga pasien belum mampu
menumpu berat badan dan melakukan aktifitas sehari-hari secara optimal.
6 Disability
Oleh karena nyeri, oedem dan keterbatasan fungsional, pasien tidak mampu berhubungan dengan lingkungan sekitarnya atau bersosialisasi dengan
orang lain.
E. Teknologi Intervensi Fisioterapi
Teknologi Fisioterapi yang digunakan dalam kasus ini adalah terapi latihan. Terapi latihan adalah usaha pengobatan dalam fisioterapi yang
pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh, baik secara aktif maupun pasif Priatna,1985.
Pada umumnya, sebelum dan setelah pelaksanaan terapi latihan, bagian yang mengalami operasi yaitu 13 distal femur dextra pasien dalam keadaan
dielevasikan sekitar 30
o
. 1.
Static Contraction Terjadi kontraksi otot tanpa disertai perubahan panjang otot dan tanpa
gerakan pada sendi Kisner,1996. Latihan ini dapat meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah, vena yang tertekan oleh otot yang berkontraksi menyebabkan
darah di dalam vena akan terdorong ke proksimal yang dapat mengurangi oedem, dengan oedem berkurang, maka rasa nyeri juga dapat berkurang. Ditambahkan
elevasi sehingga dengan pengaruh gravitasi akan semakin memperlancar aliran darah pada pembuluh darah vena.
2. Passive Movement
Passive movement adalah gerakan yang ditimbulkan oleh adanya
kekuatan dari luar sementara itu otot pasien lemas Priatna,1985. Relaxed Passive
Movement merupakan gerakan pasif yang hanya dilakukan sebatas timbul rasa
nyeri. Bila pasien sudah merasa nyeri pada batas lingkup gerak sendi tertentu, maka gerakan dihentikan Priatna,1985.
3. Active Movement
Latihan gerak aktif merupakan gerakan yang timbul dari kekuatan kontraksi otot pasien sendiri secara volunter sadar Kisner, 1996. Pada kondisi
oedem , gerakan aktif ini dapat menimbulkan “pumping action” yang akan
mendorong cairan bengkak mengikuti aliran darah ke proksimal. Latihan ini juga dapat digunakan untuk tujuan mempertahankan kekuatan otot, latihan koordinasi
dan mempertahankan mobilitas sendi. Active Movement terdiri dari : a.
Assisted Active Movement Assisted active movement
yaitu suatu gerakan aktif yang dilakukan oleh adanya kekuatan otot dengan bantuan kekuatan dari luar. Bantuan dari luar dapat
berupa tangan terapis, papan maupun suspension. Terapi latihan jenis ini dapat membantu mempertahankan fungsi sendi dan kekuatan otot setelah terjadi fraktur.
b. Free Active Movement
Free active movement merupakan suatu gerakan aktif yang dilakukan
oleh adanya kekuatan otot tanpa bantuan dan tahanan kekuatan dari luar, gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi dengan melawan pengaruh gravitasi Priatna,
1985. Gerakan dilakukan sendiri oleh pasien, hal ini dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga oedem akan berkurang, jika oedem berkurang maka nyeri
juga dapat berkurang. Gerakan ini dapat menjaga lingkup gerak sendi dan memelihara kekuatan otot.
4. Latihan Jalan
Latihan jalan dilakukan bila penderita sudah mampu dan keseimbangannya sudah baik. Latihan jalan dapat dilakukan dengan kruk
menggunakan cara partial weight bearing PWB yaitu pasien berjalan dengan menumpu sebagian berat badan, yang kemudian ditingkatkan dengan cara full
weight bearing FWB yaitu pasien berjalan dengan menumpu berat badan penuh.
Latihan berjalan dilakukan dengan metode swing through. Dimana swing through merupakan latihan berjalan dengan cara kruk diayunkan lebih dulu kemudian kaki
melangkah melebihi kruk Hollis, 1999.
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah dengan studi kasus.
B. KASUS TERPILIH
Kasus yang digunakan dalam penelitian karya tulis ilmiah ini adalah penatalaksanaan terapi latihan post ORIF fracture femur 13 distal dextra
dengan pemasangan plate and screw. C.
INSTRUMENT PENELITIAN
Instrument dalam penelitian ini adalah proses pemilihan pengembangan metode dan alat ukur yang tepat dalam rangka pembuktian
kebenaran hipotesis. Instrumen dalam penelitian meliputi variabel. Variabel diartikan sebagai konsep yang mempengaruhi variabilitas. Sedangkan konsep
sendiri secara sederhana dapat diberi pengertian sebagai gambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Ada dua macam variabel yaitu
variabel dependent atau variabel yang dapat mempengaruhi dan variabel
independent atau variabel bebas Notoatmojo, 1993.
Variabel dependent adalah nyeri pada kaki kanan, keterbatasan LGS
kaki kanan, bengkak pada kaki kanan, penurunan kekuatan otot kaki kanan flexor, extensor, adductor, abductor, penurunan ADL.
Variabel independent nya adalah terapi latihan.