Interprestasi Data Diagnose Fisioterapi Impairment : Prognosis Pembahasan Kasus

6 Berjalan dijalan yang datar dengan alat bantu. 10 10 15 15 20 20 7 Berpakaian 10 10 10 10 10 10 8 Mengontrol BAB 10 10 10 10 10 10 9 Mengontrol BAK 10 10 10 10 10 10 Jumlah 60 60 85 85 95 95 Penilaian 0-20 : Ketergantungan penuh 21-61: Ketergantungan berat 62-92: Ketergantungan moderat 90-99: Ketergantungan ringan 100 : Mandiri

B. Interprestasi Data Diagnose Fisioterapi Impairment :

1. Adanya oedem pada ankle. 2. Adanya nyeri sepanjang knee hingga pangkal paha. 3. Penurunan kekuatan otot-otot ankle, knee, dan hip. 4. Keterbatasan LGS sendi. Functional Limitation : Ketidakmampuan untuk berdiri, berjalan dan ambulasi mandiri. Disability : 1. Aktivitas pasien sebagai TNI AL terganggu dikarenakan keterbatasan gerak yang dialami pasien. 2. Sosialisasi dengan teman-teman dan lingkungan berkurangterganggu.

C. ProgramRencana Fisioterapi Tujuan Fisioterapi :

a. Jangka Pendek

- Mengurangi oedem - Mengurangi nyeri - Meningkatkan kekuatan otot - Menambah LGS sendi hip, dan knee

b. Tujuan Jangka Panjang

- Meningkatkan kemampuan fungsional

2. Tindakan Fisioterapi a.

Terapi latihan. Terapi latihan diaplikasikan ke jaringan tubuh maka akan menimbulkan tanggap rangsang fisiologis dari jaringan yang bersangkutan,baik sebagai akibat stimulasi secara langsung maupun tak langsung dimana pengaruh tak langsung semata-mata terjadi akibat pengaruh langsung. Serat otot rangka dipersarafi oleh serat saraf yang besar yang bermielin yang berasal dari interneuron besar pada kornu anterior dari medulla spinalis, Guyton, 2006. Adanya kontraksi otot yang berulang-ulang dan teratur akan mengaktifasi sistem saraf bermielin tipis dengan adanya peningkatan nilai ambang rangsang nyeri akibat adanya kontraksi otot yang berulang-ulang rasa nyeri yang dirasakan pasien menjadi berkurang. Slamet Parjoto, 2006. Sel neuron yang bersambung melalui sinapsis akan membentuk susunan saraf yang dikelilingi oleh isolator myelin, yang diproduksi oleh sel oligodendroglia, di antara lapisan sel ada yang disebut neurolemma apabila terpacu akan memproduksi prostadgladin yang memberikan pacuan pada ion natrium disel saraf akibatnya memberikan bioelektrisitas nyeri, Soejipto, 2008. Adanya kontraksi otot ion-ion natrium dapat masuk kedalam intraseluler akan mencegah keluarnya ion kalium bila berusaha untuk berjalan keluar sehingga akan mengaktifasi procain, akibatnya masuknya ion natrium ke dalam sel saraf terhenti menjadi tidak ada gerakan ion natrium dari dendrite ke neurit dalam intraseluler, guyton, 2006. 1. Pumping action. 2. Pasif movement. 3. Assisted active movement. 4. Resisted active movement. 5. Strethening pada otot quadriceps untuk menambah LGS pada os patella. 6. Latihan duduk ongkang-ongkang. 7. Latihan berdiri. 8. Latihan jalan dengan walker. 9. General exercise.

3. Edukasi

a Dianjurkan saat jalan kaki yang sakit digantung NWB b Diusahakan dirumah menggunakan kloset duduk c Diusahakan melakukan latihan sendiri seperti yang telah dianjurkan terapis d Pasien diusahankan tidak melakukan hal yang berat dulu, tumpuan kaki tidak pada jalan licin.

4. Rencana Evaluasi

a Pemeriksaan nyeri dengan VDS. b Pemeirksaan LGS dengan Goneometer. c Pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT. d Pemeriksaan bengkak dengan Antropometri. e Index Barthel.

D. Prognosis

Quas ad Vitam = Baik Quo ad Sanam = Baik Quo ad Fungisionam = Baik Quo ad Cosmeticam = Baik

E. Pembahasan Kasus

Seorang pasein berusia 32 tahun dengan kondisi post fraktur femur 13 distal dextra tertutup yaitu: 1 Nyeri tekan pada daerah operasi, 2 Bengkak pada ankle, 4 keterbatasan lingkup gerak sendi tungkai kanan, 5 Penurunan kekuatan otot tungkai kanan, 6 Penurunan kemampuan fungsional yang melibatkan tungkai kanan, setelah dilakukan intervensi fisioterapi sebanyak 6 kali dalam 1 minggu dengan modalitas terapi latihan. Terapi latihan didapat perkembangan yang cukup baik, berdasarkan data yang diperoleh dari T 1 sampai T 6 didapat sebagai berikut: 1. Nyeri Nyeri dianggap sebagai proses normal pertahanan yang diperlukan untuk memberi tanda alami bahwa telah terjadi kerusakan jaringan. Dari hasil terakhir didaptkan bahwa nyeri menurun, disini penulis akan membuat dalam bentuk grafik bahwa nyeri menururn, skala nyeri sebagai berikut. Grafik 1 Penurunan nyeri tungkai kanan. Penurunan tingkat nyeri dengan skala VDS dari T 1 nyeri diam: 3, nyeri tekan: 7, nyeri gerak: 6, T 6 nyeri diam: 1, nyeri tekan: 2, nyeri gerak: 3. Nyeri tersebut dapat berkurang menurut guyton 1995 karena adanya kontraksi isometrik yang akan diikuti relaksasi otot dari teraktifasinya organ golgi pada saat static contraction . Menurut Melszac dan Wall, latihan gerak aktif dan latihan gerak pasif menyeimbangkan aktivitas stressor dan depressor pada jaringan yang mengalami cidera sehingga hal tersebut dapat mengurangi nyeri. 2. Antropometri Bengkak Merupakan suatu mekanisme dari luka pada jaringan saat dilakukan operasi, sehigga terlepasnya jaringan plasma darah oleh vasodilatasi yang bersifat 1 2 3 4 5 6 7 8 TO T1 T2 T3 T4 T5 T6 Nyeri diam Nyari tekan Nyeri gerak local ke dalam jaringan namun tidak diimbangi oleh kontraksi otot secara optimal. Dari hasil evaluasi terakhir didapatkan hasil bahwa bengkak berkurang maka penulis membuat dalam bentuk tabel dan grafik penurunan bengkak sebagai berikut. Grafik 2 Antropometri kaki kanan dan kiri. 5 10 15 20 25 30 35 T1 T2 T3 T4 T5 T6 maleolus lateral 5 cm ke prox 10 cm ke prox 5 cm ke distal 10 cm ke distal Penurunan bengkak pada tungkai kanan dari T1 diukur 5 cm ke proximal dari maleolus lateral kanan 23 cm, 10 cm ke proximal 23 cm, di ukur dari maleolus lateral ke distal 31 cm, 10 cm ke distal 27 cm. Untuk T6 di ukur 5 cm ke proximal 21, 10 cm ke proximal 21, 5 cm ke distal 29, 10 cm ke distal 27. Dibandingkan dengan kaki kiri di ukur dari maleolus lateral 5 cm ke proximal 20 cm, 10 cm ke proximal 21 cm, 5 cm ke distal 28 cm, 10 cm ke distal 27 cm. Penurunan bengkak dikarenakan static contraction akan meningkatkan pumping action pembuluh balik vena sehingga aliran darah dan limfe lancer mengalir kedaerah yang lebih proksimal dan elevasi akan membantu cairan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah sehingga bengkak akn berkurang. 3. Lingkup Gerak Sendi Penurunan kekuatan otot berpengaruh terhadap LGS akibat beberapa hal ini maka pasien akan membatasi gerakan-gerakan sehingga LGS akan terbatas. Dari hasil evaluasi didapatkan adanya peningkatan dalam bentuk grafik sebagai berikut : Grafik 3. LGS tungkai kanan 10 20 30 40 50 60 T1 T2 T3 T4 T5 T6 Aktif Hip S Aktif Hip F Pasif Hip S Pasif Hip F Aktif Knee S Pasif Knee S LGS sendi panggul dan lutut meningkat karena menggunakan latihan terapi passive movement dan active movement secara dini. Mencegah perlengketan jaringan, menjaga elastisitas dan kontraktilitas jaringan otot serta mencegah pembentukan inflamasi dalam rongga persendian sehingga lingkup gerak sendi terpelihara, Kisner, 1996. 4. Kekuatan Otot Akibat rasa nyeri pasien membatasi gerakan-gerakan sehingga LGS otomatis akan terbatas. Dalam jangka waktu yang lama hal ini berpengaruh pada kekuatan otot, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot. Dari hasil evaluasi maka didapatkan hasil adanya pengingkatan kekuatan otot dalam bentuk grafik sebagai berikut: Grafik 4. Peningkatan MMT tungkai kanan. 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 T1 T2 T3 T4 T4 T5 T6 fleksor hip ekstensor hip adductor hip abductor hip Dilihat dari grafik diatas didapat adanya penigkatan kekuatan otot dari pertama kali diterapi dengan hasil T 1 flexsor hip: 2-, extensor hip: 2- abductor hip:3- , adduktor hip:3- , flexor knee : 2-, extensor knee:2- , T 6 flexor hip: 3 , extensor hip:2 , abduktor hip: 3 , adduktor hip:3 , flexor knee:2 , extensor knee:2. Pengaruh terapi latihan terhadap penigkatan kekuatan otot berdasarkan data di atas, menujukkan adanya perubahan kearah perbaikan. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh W.F. Ganon, 1995. Bahwa dengan terapi latihan secara aktif dapat menigkatkan kekuatan otot. Karena suatu gerakan pada tubuh selalu dikuti kontraksi otot, kotraksi otot tergantung dari banyaknya motor unit yang terangsang. Dengan demikian kekuatan otot dan daya tahan otot menjadi meningkat. 5. Kemampuan Aktivitas Fungsional Pasien merasa nyeri sehingga membatasi aktivitas yang berpengaruh pada kemampuan fungsional. Garafik 6 Peningkatan kemampuan fungsional. 20 40 60 80 100 T1 T2 T3 T4 T5 T6 kontrol BAK kontrol BAB berpakaian berjalan mandi toileting kebersihan diri Grafik diatas dapat dilihat adanya peningkatan kemampuan fungsional, pertama kali terapi nilai 60 yang berarti ketergantungan berat, menjadi 95 berarti ketergantungan ringan. Latihan transfer bertahap seperti miring dari posisi terlentang, dari posisi miring ke duduk, sebelum dilakukan latihan ambulasi, terlebih dahulu latihan keseimbangan. Latihan jalan diberikan jika pasien mampu dalam menjalani aktivitas fungsional seperti makan, minum, memakai baju, kemampuan jalan atau aktivitas perwatan diri, baik secara mandiri maupun dibantu orang lain. Digunakan indeks kemampuan fungsional yaitu Indeks Barthel.

BAB V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diambil kesimpulan bahwa fraktur femur 13 distal dextra, banyak terjadi dan sering dialami oleh seseorang baik remaja dan usia lanjut. Fraktur ini dapat disebabkan oleh karena trauma secara langsung maupun tidak langsung. Tindakan operasi orif dengan internal fiksasi berupa pemasangan plate and screw adalah suatu tindakan operatif yang dilakukan dengan tujuan memfiksasi tulang yang mengalami perpatahan. Fiksasi ini diharapkan akan mendapatkan keuntungan seperti reduksi tepat, mencegah terjadinya peradangan pada tulang dan stabilitasnya segera. Dengan gerakan lebih awal permasalahan akibat operasi ini dapat diminimalkan. Berbagai permasalahan yang timbul pada kondisi ini antara lain. 1 Permasalahan umum pada pasca operasi, yaitu gangguan pernafasan, nyeri, oedema, penurunan lingkup gerak sendi panggul dan lutut serta penurunan kekuatan otot tungkai kanan. 2 Permasalahan pada impairment, functional limitation, dan disability, yaitu mendapatkan penanganan ambulasi. Berbagai permasalahan itu harus segera mendapatkan penanganan fisioterapi sehingga adanya komplikasi yang bersifat menetap dapat dihindari. Sehubungan dengan permasalahan tersebut tujuan dari penatalaksanaan fisioterapi: penanganan pasca operasi, mengurangi

Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DEXTRA 1/3 TENGAH Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Post Operasi Fraktur Femur Dextra 1/3 Tengah Dengan Pemasangan Plate And Screws Di RS Orthopedi Prof Dr. Soeharso Surakarta.

0 1 16

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DEXTRA 1/3 TENGAH DENGAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Post Operasi Fraktur Femur Dextra 1/3 Tengah Dengan Pemasangan Plate And Screws Di RS Orthopedi Prof Dr. Soeharso Surakarta.

0 1 15

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR TIBIA 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSOP DR.SOEHARSO SURAKARTA.

0 2 5

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR TIBIA 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSOP DR.SOEHARSO SURAKARTA.

0 3 5

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA.

0 0 7

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA.

0 1 7

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OREF FRAKTUR TIBIA 1/3 DISTAL PROKSIMAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW.

0 1 5

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO. PROF DR. R SOEHARSO SURAKARTA.

0 0 8

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PASCA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA.

0 0 7

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA OPERASI PEMASANGAN PLATE AND SCREW Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Pemasangan Plate And Screw Pada Fraktur Femur Dextra 1/3 Distal Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

0 0 14