31
dengan adanya klausul baku dalam perjanjian yang disepakatinya, sekaligus pula memberi masukan kepada aparat hukum terkait akan arti pentingnya
perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa mengingat perkembangan dunia telekomunikasi dewasa ini yang cenderung terus
meningkat.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah penulis lakukan baik di kepustakaan penulisan karya ilmiah Magister Hukum,
maupun di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara USU Medan, dan ditemukan beberapa hasil penelitian yang menyangkut dengan telekomunikasi
seluler dan klausula baku yang dikaitkan dengan perlindungan konsumen, antara lain :
1 Tesis berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Handphone Bergaransi Yang Mengalami Cacat Produk Pasca Transaksi”,
Oleh Edwin Syah Putra, Nim 067011028Mkn, 2 Tesis berjudul “Suatu Kajian tentang Klausula Eksonerasi Dalam
Perjanjian Kredit Bank di Kota Kisaran Kajian dari Profesi Notaris”,
oleh Timbang Laut, Nim 002111042MKn,
3 Tesis berjudul “Klausula Baku Dalam Perjanjian Beli Sewa Sesuai Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Studi
Universitas Sumatera Utara
32
Kasus Penyelesaian Sengketa Konsumen di BPSK Kota Medan”, Oleh Rosniyani, Nim 067011074MKn.
Namun demikian dari ketiganya tidak ada yang membahas permasalahan yang sama dengan penelitian ini. Oleh karena itu, sejauh yang diketahui,
penelitian tentang “Tinjauan Yuridis Atas Hak-Hak Konsumen Dalam Klausul Baku Perjanjian Berlangganan Jasa Telekomunikasi Seluler Pasca
Bayar”, belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini adalah asli adanya.
Artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kemurniannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan
judul penelitian ini.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Ilmu hukum dalam perkembangannya tidak terlepas dari ketergantungan pada berbagai bidang ilmu lainnya. Hal ini sebagamana dikemukakan oleh
Soerjono Soekanto bahwa perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh
teori.
11
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan
11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 1986, halaman. 6.
Universitas Sumatera Utara
33
menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak
benarannya.
12
Menurut Bintoro Tjokroamijoyo dan Mustofa Adidjoyo “teori diartikan
sebagai ungkapan mengenai kausal yang logis diantara perubahan variabel
dalam bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka fikir frame of thingking dalam memahami serta menangani permasalahan yang timbul
didalam bidang tersebut“.
13
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.
14
Kerangka teori yang dimaksud, adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis
dari para penulis ilmu hukum di bidang hukum perlindungan konsumen, klausul baku dan hukum perjanjian antara pelaku usaha dan konsumen, yang menjadi
bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal bagi penelitian ini.
15
Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah perubahan masyarakat harus diikuti dengan perubahan hukum.
16
Hukum berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Perubahan masyarakat di bidang hukum
12
J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, Penyunting, M. Hisyam, UI Press, Jakarta, , 1996, halaman 203.
13
Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustofa Adidjoyo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional
, CV. Haji Mas Agung, Jakarta, 1988, halaman 12.
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, halaman 35
15
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung 1994, halaman 80.
16
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1984, halaman102.
Universitas Sumatera Utara
34
perlindungan konsumen harus berjalan dengan teratur dan diikuti dengan pembentukan norma-norma sehingga dapat berlangsung secara harmonis.
17
Teori perlindungan konsumen yang menjadi pedoman dalam penulisan ini adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
18
Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum adalah benteng untuk menghalangi kesewenang-wenangan yang akan
mengakibatkan ketidak pastian hukum. Oleh karena itu agar segala upaya memberikan jaminan akan kepastian
hukum, ukurannya secara kualitatif ditentukan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan undang-undang lainnya yang juga dimaksudkan dan
masih berlaku untuk memberikan perlindungan hukum bagi konsumen, baik dalam bidang hukum privat Perdata, maupun hukum publik Hukum Pidana dan
Hukum Administrasi Negara.
19
Selanjutnya asas-asas hukum perlindungan konsumen harus bersumber dari Pancasila, sebagai asas idiil filosofis, UUD 1945 sebagai asas konstitusional
struktural, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai asas konsepsional politis dan undang-undang sebagai asas operasional teknis.
Dalam hal ini Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa suatu sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu, yang merupakan landasan, di atas mana
17
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni, Bandung, 2006, halaman 18.
18
Ibid.
19
Ahmadi Miru Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, halaman 1-2
Universitas Sumatera Utara
35
dibangun tertib hukum. Asas-asas tersebut mempunyai tingkat-tingkat dilihat dari gradasi sifatnya yang abstrak,.
20
Dalam Pancasila, Hukum perlindungan konsumen memperoleh landasan idiil filosifis hukumnya pada sila kelima yaitu : “Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Pengertian keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, di dalamnya terkandung suatu “Hak” seluruh rakyat Indonesia untuk diperlakukan sama
equality di depan hukum. Hak adalah suatu kekuatan hukum, yakni hukum dalam pengertian subyektif yang merupakan kekuatan kehendak yang diberikan
oleh tatanan hukum. Oleh karena hak dilindungi oleh tatanan hukum, maka pemilik hak memiliki kekuatan untuk mempertahankan haknya dari
gangguanancaman dari pihak manapun juga.
21
Apabila pihak lain melanggar hak tersebut, maka akan menimbulkan gugatan hukum dari sipemilik hak, yang diajukan ke hadapan aparat penegak
hukum.
22
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak memperoleh keadilan, yang dalam konteks hukum perlindungan konsumen
terbagi menjadi dua kelompok yakni keadilan sebagai pelaku usaha di satu sisi dan keadilan sebagai konsumen di sisi lain.
Bagi konsumen sebagai pribadi, penggunaan produk danatau jasa itu, adalah untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya
20
Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, halaman 18-19.
21
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Terjemahan Raisul Muttaqien, Nusamedia Nuansa Bandung, 2006, halaman 152.
22
Ibid
Universitas Sumatera Utara
36
kepentingan non komersial, dimana penggunaan produk tersebut harus bermanfaat bagi kesehatankeselamatan tubuh, keamanan jiwa dan harta benda,
diri, keluarga danatau rumah tangganya tidak membahayakan atau merugikan, dan juga membantu mempermudah aktifitas kehidupan konsumen sehari-hari.
Perbedaan prisipil dari kepentingan-kepentingan dalam penggunaan produkjasa dan pelaksanaan kegiatan antara pelaku usaha dan konsumen, dengan
sendirinya memerlukan jenis pengaturan perlindungan dan dukungan yang berbeda pula.
Bagi kalangan pelaku usaha perlindungan itu adalah untuk kepentingan komersial mereka dalam menjalankan kegiatan usaha, seperti bagaimana
mendapatkan bahan baku, bahan tambahan dan penolong, bagaimana memproduksinya, mengangkut dan memasarkannya, termasuk di dalamnya
bagaimana menghadapi persaingan usaha. Harus ada peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang usaha dan mekanisme persaingan usaha itu.
Persaingan haruslah berjalan secara wajar dan tidak terjadi kecurangan- kecurangan, sehingga mengakibatkan kalangan pelaku usaha tidak saja tidak
meningkat pendapatannya, bahkan dapat mati usahanya.
23
Sekalipun diakui bahwa persaingan merupakan suatu yang biasa dalam dunia usaha, tetapi persaingan
antar kalangan pelaku usaha itu haruslah sehat dan terkendali.
23
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Universitas Sumatera Utara
37
Bagi konsumen kepentingan tidak komersial mereka yang harus diperhatikan adalah akibat-akibat kegiatan usaha dan persaingan di kalangan
pelaku usaha terhadap keselamatan jiwa, tubuh atau kerugian harta benda mereka dalam keadaan bagaimanapun, dengan tetap harus menjaga keselarasan,
keserasian dan keseimbangan diantara keduanya. Pendekatan sistem terhadap pemecahan masalah perlindungan konsumen
akan lebih sempurna apabila ditambahkan unsur lain dari sistem hukum yaitu budaya hukum.
24
Pada prinsipnya pengaturan perlindungan konsumen secara umum dalam hukum positif di Indonesia sebelum lahirnya UUPK, terbagi dalam
tiga bidang hukum, yaitu bidang hukum perdata, pidana, dan administrasi negara. Perlindungan di bidang keperdataan diadakan bertitik tolak dari tarik-menarik
kepentingan antar sesama anggota masyarakat. Menurut teori kedaulatan konsumen consumer sovereignty theory,
kedudukan dan peran konsumenlah yang mengatur pasar. Dikatakan bahwa “the consumer’s role is the guide the economy to production of goods and services
that he wants .”
25
Teori ini percaya bahwa konsumen terlindungi kepentingannya yang didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu :
26
24
Satjipto Rahardjo, Op. cit, halaman 67, menerjemahkan legal culture, dengan istilah kultur hukum. Yang dimaksud dengan kultur hukum adalah ide, sikap, keyakinan, harapan dan pendapat
mengenai hukum
25
J.J. Amstrong
Sembiring, Gerakan
Konsumen Sebagai
Pilihan ,
MH. UI
http:www.blogster.comDiakes Januari 2010.
26
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
38
Pertama , di pasar terdapat banyak pembeli dan penjual suatu produk. Hal
ini dimaksudkan, tidak satu pun produsen yang menawarkan dan konsumen yang meminta produk dalam jumlah tertentu dapat mempengaruhi harga.
Sebagai contoh, apabila ada seorang produsen atau sejumlah kecil produsen secara bersama-sama membatasi jumlah suatu jenis barang atau jasa yang
beredar di pasar, produsen atau sekelompok produsen tersebut akan menaikkan harga produk sampai jumlah tertentu. Sebaliknya, apabila hanya
ada satu atau sekelompok kecil konsumen, maka konsumen atau sekelompok tersebut dapat memanipulasi pasar.
Kedua
, penjual dan pembeli bebas untuk masuk atau keluar dari pasar produk tertentu. Asumsi ini, bermakna bahwa tidak ada pembatasan atau
larangan untuk mendirikan perusahaan baru dan menjual produknya dengan harga yang kompetitif.
Ketiga
, suatu persaingan yang sehat terjadi apabila barang dan jasa yang tersedia sama dan dipasarkan pada harga yang sama.
Keempat , pihak penjual dan pembeli sama-sama mengetahui harga produk
yang dijual. Teori ekonomi mengenai hubungan antara konsumen dan produsen berimplikasi pada teori hukum yang berkembang pada era
dominasinya kebebasan individu dan liberalisme. Kekuatan konsumen kemudian melahirkan teori dalam kontrak, yaitu kebebasan berkontrak
freedom of contract dan hubungan kontrak privity of contract. Kedaulatan itu akan dapat dicapai bila konsumen telah berdaya.
Jika seorang merasa dirugikan oleh warga masyarakat lain, tentu ia menggugat pihak lain itu agar bertanggung jawab secara hukum atas
perbuatannya. Dalam hal ini diantara mereka mungkin saja sudah terdapat hubungan hukum berupa perjanjian di lapangan hukum keperdataan, tetapi dapat
pula sebaliknya sama sekali tidak ada hubungan hukum demikian. Pasal 1233 KUH Perdata mengatakan, perikatan itu dapat muncul dari
perjanjian atau karena undang-undang. Dua pengertian ini sangat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
39
perlindungan dan penyelesaian sengketa hukum yang melibatkan kepentingan konsumen di dalamnya.
27
Jika seseorang sebagai konsumen mempunyai hubungan hukum berupa perjanjian dengan pihak lain, dan pihak lain itu melanggar perjanjian yang
disepakati bersama, maka konsumen berhak menggugat lawannya berdasarkan dalih melakukan wanprestasi cideraingkar janji. Jika sebelumnya tidak ada
perjanjian, konsumen tetap saja memiliki hak untuk menuntut secara perdata, yakni melalui ketentuan perbuatan melawan hukum onrechtmatigedaad.
Dalam konsepsi perbuatan melawan hukum, seseorang diberi kesempatan untuk menggugat, sepanjang dipenuhi tiga unsur, yaitu, adanya unsur kesalahan
dilakukan pihak laintergugat, ada kerugian diderita si penggugat, dan ada hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian itu.
28
Selain ditinjau dari bidang-bidang hukum yang mengatur perihal perlindungan konsumen dan dua
macam kebijakan umum yang dapat ditempuh, juga terdapat prinsip-prinsip pengaturan di bidang perlindungan konsumen.
Penjelasan Pasal 2 UUPK juga menyebutkan lima prinsip pengaturan yang dikaitkan dengan asas-asas pembangunan nasional, yaitu :
1. Asas Manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
27
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987, halaman 1
28
Shidarta, Op. cit, halaman 59.
Universitas Sumatera Utara
40
2. Asas Keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas Keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti
materiil dan spiritual. 4. Asas Keamanan dan Keselamatan konsumen, dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan produk danatau jasa
yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum, dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum
dan memperoleh
keadilan dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
29
Memperhatikan substansi Pasal 2 UUPK, demikian pula penjelasannya, tampak bahwa perumusannya mengacu pada filosofi pembangunan nasional yaitu
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada falsafah negara kesatuan Republik Indonesia yaitu Pancasila.
Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila diperhatikan substansinya dapat dibagi menjadi 3 tiga asas yaitu :
30
1. Asas kemanfaatan yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan
keselamatan konsumen, 2.
Asas keadilan yang di dalamnya meliputi asas keseimbangan, dan 3.
Asas kepastian hukum. Radbruch menyebut keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum sebagai
“tiga ide dasar hukum”, yang berarti dapat dipersamakan dengan asas hukum.
29
Pasal 2 UUPK beserta penjelasannya
30
Ahmadi Miru Sutarman Yodo, Op. cit, halaman 26
Universitas Sumatera Utara
41
Di antara ketiga asas tersebut yang sering menjadi sorotan utama adalah masalah keadilan, dimana Friedman menyebutkan bahwa : “In terms of law, justice will
be judged as how law treats people and how it distributes its benefits and cost ,”
dan dalam hubungan ini Friedman juga menyatakan bahwa: “every function of law, general or specific, is allocative
”.
31
Sebagai asas hukum, dengan sendirinya menempatkan asas ini menjadi rujukan pertama baik dalam pengaturan perundang-undangan maupun dalam
berbagai aktivitas yang berhubungan dengan gerakan perlindungan konsumen oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Keseimbangan perlindungan
hukum terhadap pelaku usaha dan konsumen tidak terlepas dari adanya pengaturan tentang hubungan-hubungan hukum yang terjadi antara para pihak.
Pada perjanjian berlangganan jasa telekomunilasi seluler pasca bayar, antara pelaku usaha dan konsumen telah terjadi suatu perikatan yang lahir dari butir-butir
perjanjian yang telah tertulis pada blangko perjanjian yang telah disediakan secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam hal ini konsumen hanya menandatangani
atau tidak sebagai bentuk persertujuan atas berbagai klausul yang termuat dalam perjanjian.
Dengan adanya perjanjian yang terdapat pada blangko perjanjian tersebut, mengikat pelaku usaha dan konsumen, bukan hanya pada saat transaksi
31
Peter Mahmud Marzuki, The Need for the Indonesian Economic Legal Framework, Dimuat dalam Jurnal Hukum Ekonomi, Edisi IX, Agustus, 1997, halaman 28.
Universitas Sumatera Utara
42
berlangsung tetapi juga pada pasca transaksi, sampai jangka waktu perjanjian berakhir atau dengan kata lain salah satu pihak memutuskan perjanjian.
Mengenai aspek perlindungan hukum bagi konsumen jasa berlangganan telepon seluler pasca bayar yang juga menggunakan perjanjian baku standar
yang memuat klausul baku dapat ditinjau dari Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Tujuan dibuatnya perjanjian standar untuk memberikan kemudahan Kepraktisan bagi para pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, bertolak
dari tujuan itu, Mariam darus Badruzzaman lalu mendefinisikan perjanjian standar sebagai perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk
formulir.
32
Dalam ilmu hukum dikenal dua macam subyek hukum yaitu subyek hukum pribadi orang perorangan dan subyek hukum berupa badan hukum. Terdapat
masing-masing subyek hukum berlaku ketentuan hukum yang berbeda satu dengan yang lainnya, meskipun dalam hal tersebut keduanya dapat diterapkan
suatu aturan yang berlaku umum. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD tidak satupun pasal yang menyatakan bahwa perseroan adalah
badan hukum, tetapi dalam Undang-undang Perseroan Terbatas dengan secara tegas dinyatakan bahwa perseroan adalah badan hukum.
33
Ini berarti perseroan
32
Mariam Darus Badruzzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari Perjanjian Baku Standar,
Bina Cipta, 1986, hal 58 dalam Sidarta, halaman 119.
33
Lihat Pasal 1, ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, Tentang Perseroan Terbatas
.
Universitas Sumatera Utara
43
tersebut memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan pendiri
atau pengurus. Dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta
kepastian hukum. Berdasarkan keadaan di atas ada beberapa teori hukum yang dapat
dipergunakan untuk menganalisis permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini. Teori kedaulatan Negara yang dikemukakan oleh Jean Boudin dan
George Jellinek.
34
Menurut teori Kedaulatan Negara, kekuasaan tertinggi ada pada Negara dan Negara mengatur kehidupan anggota masyarakat. Negara yang
berdaulat melindungi anggota masyarakat. Dalam hal ini negara mengeluarkan peraturan-peraturan yang berfungsi sebagai panduan seluruh warga negara
Indonesia dan warga negara asing yang memiliki kepentingan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan hukum dan ekonomi di Indonesia.
Pasal 1338 alinea 1 KUH Perdata, menentukan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Ketentuan ini merupakan dasar hukum disahkannya perjanjian dalam bentuk apapun yang dibuat secara sah, sebagai undang-undang bagi para
pihak yang membuatnya. Dengan demikian perjanjian yang telah menjelma menjadi undang-undang bagi mereka yang membuatnya wajib dipatuhi oleh
34
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance,
Program Pascasarjana Fakultas hukum Universitas Indonesia Press, Jakarta 2002, halaman 11.
Universitas Sumatera Utara
44
kedua belah pihak dengan itikad baik Pacta Sunt Servanda. Pasal 1338 alinea pertama ini merupakan suatu tuntutan kepastian hukum.
35
Tidak dipatuhinya perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak tersebut akan menimbulkan tuntutangugatan dari pihak yang merasa dirugikan.
Kemungkinan campur tangan pihak ketiga, dalam hal ini negara melalui hakim menjadi terbuka bila salah satu pihak tidak melaksanakan perjanjian tersebut
dengan itikad baik. Disini hakim diberikan kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan suatu perjanjian, jangan sampai pelaksanaan perjanjian tersebut
melanggar kepatutan atau keadilan. Pasal 1338 alinea 3 mengatakan : “ Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Kalau Pasal 1338 alinea
pertama dipandang sebagai suatu tuntutan kepastian hukum, maka Pasal 1338 alinea ketiga sebagaimana tersebut di atas harus dipandang sebagai suatu tuntutan
keadilan bagi pihak yang dirugikan.
36
Sejak masuknya paham negara kesejahteraan welfare state, negara telah ikut campur dalam perekonomian rakyatnya melalui berbagai kebijakan yang
terwujud dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan, termasuk dalam hubungan kontraktualperjanjian antara pelaku usaha dan konsumen. Pengaturan
hal-hal tertentu yang berkaitan dengan masuknya paham negara modern melalui welfare state
, kita tidak menemukan lagi pengurusan kepentingan ekonomi oleh rakyat tanpa melibatkan pemerintah sebagai lembaga eksekutif di dalam suatu
35
Subekti, Pembinaan Hukum Nasional, Alumni, Bandung , 1981, halaman 67.
36
Ibid
Universitas Sumatera Utara
45
negara. Sesuai fungsi kehadiran negara, maka pemerintah sebagai lembaga eksekutif bertanggung jawab memajukan kesejahteraan rakyatnya yang
diwujudkan dalam suatu pembangunan nasional. Campur tangan pemerintah di Indonesia sendiri dapat diketahui dari isi pembukaan dan Pasal 33 Undang-
Undang Dasar 1945, serta dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang menjadi aturan pelaksanaannya, termasuk UUPK. Dalam Pasal 2 UUPK secara
jelas dapat diketahui bahwa perlindungan konsumen diselenggarakan dalam rangka pembangunan nasional, yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Memperhatikan uraian tentang asas-asas hukum perlindungan konsumen tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum perlindungan konsumen
berada dalam lingkup kajian hukum ekonomi. Hukum ekonomi yang dimaksud, mengakomodasi dua aspek hukum sekaligus, yaitu aspek hukum publik dan
aspek hukum privat perdata, dalam hubungan ini, maka hukum ekonomi mengandung berbagai asas hukum yang bersumber dari kedua aspek hukum
dimaksud di atas. Di dalam asas hukum tersebut mengandung nilai-nilai untuk melindungi
berbagai aspek kehidupan kemanusiaan di dalam kegiatan ekonomi. Asas-asas utama dari hukum ekonomi yang bersumber dari asas-asas hukum publik antara
lain; asas keseimbangan kepentingan, asas pengawasan publik, dan asas campur tangan negara terhadap kegiatan ekonomi. Sedangkan asas-asas hukum yang
bersumber dari hukum perdata danatau hukum dagang yaitu khusus mengenai
Universitas Sumatera Utara
46
hubungan hukum para pihak di dalam suatu kegiatan atau perjanjian tertentu atau perbuatan hukum tertentu dimana harus menghormati “hak dan kepentingan
pihak lain”.
37
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan dilaksanakannya “perlindungan konsumen adalah sebagai berikut:
38
a. meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri; b.
mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian produk danatau jasa;
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen; d.
menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi; e.
menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga timbul sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha; f.
meningkatkan kualitas produk danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi produk danatau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen”.
2. Konsepsi