Tinjauan Yuridis Atas Kontrak Perjanjian Perbaikan Kapal Di PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia Di Pulau Batam

(1)

TESIS

Oleh

YULIANTI

087011153/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS ATAS KONTRAK PERJANJIAN

PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO,

INDONESIA DI PULAU BATAM

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

YULIANTI

087011153/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : TINJAUAN YURIDIS ATAS KONTRAK PERJANJIAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO, INDONESIA DI PULAU BATAM

Nama Mahasiswa : Yulianti

Nomor Pokok : 087011144

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) Ketua

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Dekan

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Tanggal lulus : 12 Agustus 2010


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Desember 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 2. Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn

3. Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum 4. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn


(5)

ABSTRAK

Pada zaman sekarang, kebebasan individu yang berdasar atas kebebasan berkontrak merupakan hal yang lazim diterima dalam dunia kontrak internasional baik yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan. Juga, dalam tingkat sumber hukum nasional, terdapat beberapa negara yang peraturan hukum atau kasus hukumna menyatakan dengan tegas adanya kebebasan berkontrak ini, sedangkan yang lainnya tetap memberikan kebebasan kepada pihak-pihak itu sendiri untuk memilih hukum yang akan digunakan dalam kontrak-kontrak mereka.

Penelitian ini memberikan gambaran perjanjian-perjanjian yang multilateral dan hukum nasional yang berhubungan dengan penentuan hukum pada kontrak yang digunakan di PT. Sinbat Precast Teknindo di Batam. Selanjutnya akan berfokus pada pihak (dalam hal ini PT. Sinbat Precast Teknindo) yang menggunakan kontrak

sebagai salah satu sarana dalam melakukan usaha mereka dengan tetap menggunakan pilihan hukum tertentu yang selalu mendasarkan pada adanya kebebasan berkontrak dan kesepakatan. Akhirnya sampai kepada kebutuhan untuk menyeragamkan atau hukum yang berlaku untuk kontrak-kontrak mereka. Meninjau kepastian hukum adalah sangat penting untuk mengembangkan perdagangan internasional dengan tanpa mengabaikan kepentingan mendasar dari Negara dan hal ini sebagai salah satu jalan untuk mencapai tujuan.

Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila pertama-tama dan terutama kontrak dibuat secara sah karena hal ini akan menjadi penentu proses hubungan hukum selanjutnya. Hal ini akan membawa suatu tantangan untuk mencari tahu sah atau validnya suatu kontrak. Apa yang kadang-kadang tidak jelas satu hal ini adalah masalah hukum mana yang akan dipakai dan forum apa yang akan digunakan. Dalam bab ini akan melihat point-point dikontrak pada PT Sinbat Precast Teknindo terhadap keabsahan kontrak mereka menurut hukum kontrak Indonesia. Masing-masning kontrak dibuat dalam Bahasa Inggris walaupun kontrak tersebut dibuat dan dilaksanakan di Indonesia.

Selanjutnya adalah menganalisa peran konsep kedudukan posisi tawar yang berperan dalam menentukan isi kontrak. Hukum kontrak tidak boleh mengabaikan ketidakseimbangan posisi tawar para pihak. Ketidaktelitian dalam melihat konteks ketidakseimbangan cepat atau lambat menjadi sulit untuk dibedakan, dan pada tingkat tertentu ketidakseimbangan ini akan melemahkan posisi pihak yang lemah dan

keabsahan yang menjadi akibat dari kedudukan posisi tawar tersebut.


(6)

ABSTRACT

At the present time, the individual freedom based upon freedom of contract is widely-accepted norm in the field of international contracts made by both individuals and companies. At the level of national sources of law, this is also true, while the regulations or legal cases in some countries explicity acknowledge the existence of freedom of contract, other countries will continue to grant freedom to the involved parties to choose the type of law which will be used in their contracts.

This research presents a description of multilateral agreements and national laws related to the determination of law in the contracts made by PT. Sinbat Precast Teknindo in Batam. Furthermore, it focuses on the party (in this case PT. Sinbat Precast Teknindo) which will use contracts as a means of doing their business by continuing to use particular legal choices which are always based on the existence of freedom of contract and agreement. This research finally describes the need for law uniformity or at least harmonization in freeing the parties to choose the type of law applicable to their contracts. Reviewing legal certainty is essential in developing international commerce without ignoring the fundamental interests of the country and this function as a means of achieving goals.

Contracts will protect the business process of all parties if contracts are legally made in the first place because this will be a determinant of the subsequent legal relations. This will pose a challenge to find out the legitimacy or validity of a contract. Another thing which calls for clarity in this area is the type of law and forum which will be used. This chapter looks at the validity of in the contract terms made by PT. Sinbat Precast Teknindo in accordance with the Indonesian contract laws. Each contract is written in English although the contract it self is made and implemented in Indonesia.

This research further analyzes the role that the concept of bargaining positions plays in determining the content of the contract. Legal contract should not ignore the power imbalances among parties. Innacuracy in seeing the context of imbalances will, sooner or later, becomes indistinguishable and at certain point this imbalances will weaken position of the weak and contract validity as a result of the bargaining position.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa Tesis dalam menjalani proses perkuliahan pada Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU Medan. Tesis ini berjudul “TINJAUAN YURIDIS ATAS KONTRAK PERJANJIAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO INDONESIA DI PULAU BATAM”.

Pada kesempatan ini dengan penuh ketulusan Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing;

2. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum selaku Anggota Komisi Pembimbing;

3. Bapak Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn selaku Anggota Komisi Pembimbing; Yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam memperluas wawasan penulis sejak awal penyusunan prposal penelitian sampai kepada penyelesaian penulisan ini.

Dalam kesempatan ini, tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), Selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara beserta seluruh staf atas bantuan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikannya pada Program Studi Magister Kenotariatan

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara beserta seluruh staf atas bantuan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikannya pada Program Studi Magister Kenotariatan.


(8)

3. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum dan Ibu Chairani Bustami, SH, SpN, MKn sebagai Dosen pembimbing sekaligus penguji yang telah memberikan arahan dan koreksi demi penyempurnaan Tesis ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Bapak Laurence K, selaku manajemen Perusahaan PT. Sinbat Precast Teknindo yang telah memberikan kesempatan berharga untuk melakukan penelitian di tempat perusahaannya, tidak terlupakan Bapak Wike W, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan wawancara sebagai perbandingan dalam penelitian tesis ini.

Tidak terlupakan, setulusnya rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada suami tercinta, Andrzej Zizlaw Borek, yang telah memberikan dukungan dari segala arah dengan tetap memberikan semangat ”never give up and determine your goal” sehingga penulisan tesis ini terselesaikan. Demikian terimakasih setulusnya juga kepada anak saya tercinta Patrick Alan Borek dan Piotr Karol Borek atas doa, kasih sayang, waktu dan semangat yang diberikan sehingga penulisan ini terselesaikan.

Akhirnya, kepada rekan-rekan dan pihak-pihak lain yang belum sempat penulis sebutkan, ucapan terimakasih selalu ada atas dukungan, masukan dan informasi yang diberikan sehingga berguna untuk penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tesis ini, baik dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi sempurnanya tesis ini dan kiranya hasil penelitian tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan akademisi hukum serta praktisi hukum pada khususnya.

Medan, Desember 2010 Hormat Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Yulianti

Tempat, tanggal lahir : Wates, Yogyakarta, 26 Juli 1971

Alamat : 258/258-A Ocean Park, Waterfront City Complex, Sei Temiang, Batam 29422

II. NAMA ORANG TUA

Ayah : M. Sudjan Ibu : Ny. Sonem

III. KELUARGA

Suami : Andrzej Zizlaw Borek Anak : - Patrick Alan Borek

- Piotr Karol Borek

IV. PENDIDIKAN

SD : SD Inpres Sumberan SMP : SMP Negeri Sogan SMA : SMA Negeri II Wates

Strata I : Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam Strata 2 : Program Studi Magister Kenotariatan FH - USU V. PEKERJAAN

- PT. Sumitomo Wiring System Batam Indonesia - Sahid Rashinta Hotel Batam

- PT EMBEE Indonesia

- PT NAKITA Tradindo Internasional - PT Nakita Berjaya


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalahan ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian ... 11

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12

G. Metode Penelitian ... 24

BAB II KEDUDUKAN HUKUM KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO BERDASARKAN HUKUM INDONESIA ... 27

A. Hukum Kontrak Indonesia ... 27

B. Asas-asas Perjanjian Dalam KUH Perdata Dan Syarat-syarat Sahnya Perjanjian ... 29

C. Prestasi dan Wanprestasi Dalam Hukum Kontrak Indonesia... 50

D. Kontrak Internasional ... 65

E. Pilihan Hukum Dalam Kontrak Internasional ... 66

F. Kedudukan Hukum Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal Berdasarkan Hukum Indonesia ... 68

BAB III KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM KONTRAK PERJANJIAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO... 94


(11)

A. Keadilan Sebagai Landasan Dalam Kontrak ... 94

B. Makna Asas Keseimbangan Dan Proporsionalitas... 99

C. Kedudukan Para Pihak Dalam Kontrak Perjanjian Perbaikan Kapal Di PT. Sinbat Precast Teknindo... 114

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK PERJANJIAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO... 120

A. Pilihan Hukum (Choice of Law) ... 123

B. Pilihan Forum (Choice of Law)... 131

C. Putusan Arbitrase Asing... 137

D. Penyelesaian Sengketa Dalam Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal Di PT. Sinbat Precast Teknindo... 143

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 145

A. Kesimpulan ... 145

B. Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 150


(12)

ABSTRAK

Pada zaman sekarang, kebebasan individu yang berdasar atas kebebasan berkontrak merupakan hal yang lazim diterima dalam dunia kontrak internasional baik yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan. Juga, dalam tingkat sumber hukum nasional, terdapat beberapa negara yang peraturan hukum atau kasus hukumna menyatakan dengan tegas adanya kebebasan berkontrak ini, sedangkan yang lainnya tetap memberikan kebebasan kepada pihak-pihak itu sendiri untuk memilih hukum yang akan digunakan dalam kontrak-kontrak mereka.

Penelitian ini memberikan gambaran perjanjian-perjanjian yang multilateral dan hukum nasional yang berhubungan dengan penentuan hukum pada kontrak yang digunakan di PT. Sinbat Precast Teknindo di Batam. Selanjutnya akan berfokus pada pihak (dalam hal ini PT. Sinbat Precast Teknindo) yang menggunakan kontrak

sebagai salah satu sarana dalam melakukan usaha mereka dengan tetap menggunakan pilihan hukum tertentu yang selalu mendasarkan pada adanya kebebasan berkontrak dan kesepakatan. Akhirnya sampai kepada kebutuhan untuk menyeragamkan atau hukum yang berlaku untuk kontrak-kontrak mereka. Meninjau kepastian hukum adalah sangat penting untuk mengembangkan perdagangan internasional dengan tanpa mengabaikan kepentingan mendasar dari Negara dan hal ini sebagai salah satu jalan untuk mencapai tujuan.

Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila pertama-tama dan terutama kontrak dibuat secara sah karena hal ini akan menjadi penentu proses hubungan hukum selanjutnya. Hal ini akan membawa suatu tantangan untuk mencari tahu sah atau validnya suatu kontrak. Apa yang kadang-kadang tidak jelas satu hal ini adalah masalah hukum mana yang akan dipakai dan forum apa yang akan digunakan. Dalam bab ini akan melihat point-point dikontrak pada PT Sinbat Precast Teknindo terhadap keabsahan kontrak mereka menurut hukum kontrak Indonesia. Masing-masning kontrak dibuat dalam Bahasa Inggris walaupun kontrak tersebut dibuat dan dilaksanakan di Indonesia.

Selanjutnya adalah menganalisa peran konsep kedudukan posisi tawar yang berperan dalam menentukan isi kontrak. Hukum kontrak tidak boleh mengabaikan ketidakseimbangan posisi tawar para pihak. Ketidaktelitian dalam melihat konteks ketidakseimbangan cepat atau lambat menjadi sulit untuk dibedakan, dan pada tingkat tertentu ketidakseimbangan ini akan melemahkan posisi pihak yang lemah dan

keabsahan yang menjadi akibat dari kedudukan posisi tawar tersebut.


(13)

ABSTRACT

At the present time, the individual freedom based upon freedom of contract is widely-accepted norm in the field of international contracts made by both individuals and companies. At the level of national sources of law, this is also true, while the regulations or legal cases in some countries explicity acknowledge the existence of freedom of contract, other countries will continue to grant freedom to the involved parties to choose the type of law which will be used in their contracts.

This research presents a description of multilateral agreements and national laws related to the determination of law in the contracts made by PT. Sinbat Precast Teknindo in Batam. Furthermore, it focuses on the party (in this case PT. Sinbat Precast Teknindo) which will use contracts as a means of doing their business by continuing to use particular legal choices which are always based on the existence of freedom of contract and agreement. This research finally describes the need for law uniformity or at least harmonization in freeing the parties to choose the type of law applicable to their contracts. Reviewing legal certainty is essential in developing international commerce without ignoring the fundamental interests of the country and this function as a means of achieving goals.

Contracts will protect the business process of all parties if contracts are legally made in the first place because this will be a determinant of the subsequent legal relations. This will pose a challenge to find out the legitimacy or validity of a contract. Another thing which calls for clarity in this area is the type of law and forum which will be used. This chapter looks at the validity of in the contract terms made by PT. Sinbat Precast Teknindo in accordance with the Indonesian contract laws. Each contract is written in English although the contract it self is made and implemented in Indonesia.

This research further analyzes the role that the concept of bargaining positions plays in determining the content of the contract. Legal contract should not ignore the power imbalances among parties. Innacuracy in seeing the context of imbalances will, sooner or later, becomes indistinguishable and at certain point this imbalances will weaken position of the weak and contract validity as a result of the bargaining position.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara internasional, kontrak merupakan inti dari sebuah transaksi atau perjanjian, oleh karena itu hukum kontrak merupakan hal yang penting untuk individu ataupun perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kontrak biasanya dimulai dengan adanya suatu janji, akan tetapi tidak semua janji itu menjadi suatu kontrak. Atas dasar inilah Subekti mendefinisikan kontrak sebagai peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain di mana orang lain saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.1 Janji itu mengikat dan janji itu menimbulkan utang yang harus dipenuhi.2 Untuk menentukan bagaimana kontrak atau janji disusun dan kontrak manakah yang bisa digunakan sebagai peraturan yang bisa memaksa para pihak untuk menggunakannya, menjadi lebih sulit jika suatu perjanjian itu sifatnya internasional yang mana masing-masing negara mempunyai hukum yang berbeda-beda.

Perdagangan internasional berkaitan dengan berbagai aspek, termasuk hukum terutama Hukum Perdagangan Internasional. Schmitthoff mendefinisikan hukum perdagangan internasional sebagai:

1

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984, hlm. 36

2

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Lahir Dari Perjanjian, Buku II, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 146


(15)

“…the body of rules governing commercial relationship of a private law nature involving different nations“3 (peraturan-peraturan yang mengatur hubungan komersial dari hukum privat yang menyangkut negara-negara yang berbeda). Dari definisi ini didapatkan unsur-unsur sebagai berikut:

1) Hukum perdagangan internasional adalah sekumpulan aturan yang mengatur hubungan-hubungan komersial yang sifatnya hukum perdata.

2) Aturan-aturan hukum tersebut mengatur transaksi-transaksi yang berbeda negara.4

Cakupan dari hukum ini menurut Schmitthoff meliputi: 1) Jual beli dagang internasional:

(i) pembentukan kontrak;

(ii) perwakilan-perwakilan dagang (agency); (iii) pengaturan penjualan eksklusif;

2) Surat-surat berharga;

3) Hukum mengenai kegiatan-kegiatan tentang tingkah laku mengenai perdagangan internasional;

4) Asuransi;

5) Pengangkutan melalui darat dan kereta api, laut, udara, perairan pedalaman;

6) Hak milik industri; 7) Arbitrase komersial.

Adapun prinsip-prinsip dasar (fundamental principles) dari bidang hukum ini menurut Aleksander Goldstajn ada tiga, yaitu:

(1) Prinsip kebebasan para pihak dalam berkontrak (the principle of the freedom of contract);

(2) Prinsip pacta sunt servanda; dan (3) Prinsip penggunaan arbitrase.5

Sumber hukum perdagangan internasional meliputi perjanjian internasional, hukum kebiasaan internasional, prinsip-prinsip hukum umum, putusan-putusan badan

3

Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hlm. 4

4

Ibid

5

Freddy Leonardo, Hukum Dagang Internasional:

http://freddyleonardo77.blogspot.com/2010/03/hukum-dagang-internasional-bab-i-ruang.html, diakses tanggal 31 Augustus 2010


(16)

pengadilan dan doktrin, kontrak-kontrak, dan hukum nasional. Di antara berbagai sumber hukum tersebut yang terpenting adalah perjanjian atau kontrak yang dibuat sendiri oleh para pedagang sendiri. Demikian, kontrak tersebut harus memenuhi beberapa standar internasional, seperti:

a. Kewajiban memenuhi standar kualitas (quality standard), b. Kejujuran dan keadilan (good faith and fair dealing), c. Permainan bersih (fair play),

d. Perlindungan pihak lemah (protection for the weak), e. Pembinaan usaha yang baik (good corporate governance), f. Persaingan sehat (fair competition), dan

g. Perlindungan konsumen (consumer protection).6

Hukum kontrak pada kenyataannnya sangat beragam karena adanya perbedaan sistim hukum di masing-masing negara tersebut. Kalaupun ada persamaan, hanya terkait dengan prinsip-prinsip umum yang diaplikasikan secara nyata sebagai pedoman dalam pembentukan kontrak internasional yang lingkup obyeknya begitu luas, sedangkan aturan-aturan yang sifatnya substansif berbeda di masing-masing negara. Kondisi seperti ini tentunya tidak kondusif bagi aktifitas dunia bisnis internasional. Adanya perbedaan aturan di masing-masing negara kadang-kadang menghambat terlaksananya transaksi bisnis internasional yang menghendaki

6

Taryana Soenandar, Prinsip-prinsip Unidroit Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 7


(17)

kecepatan dan kepastian.7 Kepastian ini akan terdapat hubungan dengan perlindungan para pihak yaitu adanya penentu proses hubungan hukum selanjutnya.

Aktifitas bisnis pada dasarnya senantiasa dilandasi aspek hukum terkait. Tidak akan berlebihan jika keberhasilan suatu proses bisnis yang menjadi tujuan akhir para pihak hendaknya senantiasa memperhatikan aspek kontraktual yang mencakup aktifitas bisnis tersebut. Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila pertama-tama dan terutama kontrak tersebut dibuat secara sah karena hal ini akan menjadi penentu proses hubungan hukum selanjutnya.8

Sebagai perwujudan tertulis dari perjanjian, kontrak adalah salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain undang-undang (KUH Perdata Pasal 1233) yang dapat menimbulkan perikatan. Perikatan adalah suatu keadaan hukum yang mengikat satu atau lebih subjek hukum dengan kewajiban-kewajiban yang berkaitan satu sama lain.9

Hukum perjanjian menganut sistem terbuka. Hukum perjanjian memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Sistem ini melahirkan prinsip kebebasan berkontrak (freedom of contract) yang membuka kesempatan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk menentukan hal-hal berikut ini. a. Pilihan hukum (choice of law), dalam hal ini para pihak menentukan sendiri

dalam kontrak tentang hukum mana yang berlaku terhadap interpretasi kontrak tersebut.

b. Pilihan forum (choice of forum), yakni para pihak menentukan sendiri dalam kontrak tentang pengadilan atau forum mana yang berlaku jika terjadi sengketa di antara para pihak dalam kontrak tersebut.

7

Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, Rafika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 29

8

Agus Yudha Hernoko, Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hlm. 136

9

Budiono Kusumohamidjojo, Panduan Untuk Merancang Kontrak, Gramedia Widiarsana,


(18)

c. Pilihan domisili (choice of domicile), dalam hal ini masing-masing pihak melakukan penunjukan di manakah domisili hukum dari para pihak tersebut.10 Pembentukan kontrak komersial yang dilandasi pertukaran hak dan kewajiban

para pihak secara proporsional akan menghasilkan kontrak yang adil (fair). Untuk itu proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban dapat dicermati dari substansi klausula-klausula kontrak yang disepakati para pihak.11

Pada tahun 2007 diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, letak Batam di sisi jalur perdagangan internasional paling ramai di dunia dan perannya yang demikian penting sebagai salah satu gerbang dan ujung tombak ekonomi Indonesia merupakan pertimbangan utama bagi penetapan kawasan Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, selanjutnya Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mendorong peran pihak swasta dalam mengembangkan potensi maritim Indonesia, dalam bentuk-bentuk layanan bernilai tambah sehingga dapat memasukkan devisa bagi negara dan membuka lapangan pekerjaan.

Lokasi yang sangat unik tersebut membuat para investor dari berbagai negara mulai melirik potensi yang ada di Batam. Sejalan dengan hal itu dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun telah berdiri banyak perusahaan-perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Batam.12 Salah satunya adalah perusahaan galangan kapal

10

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 137

11

Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 177

12

Makmun: Ajun Penelitian Madya Pada Badan Analisa Fiskal Departemen Keuangan,


(19)

yang dikonsentrasikan berada di Tanjung Uncang, Batu Ampar, Kabil, Sekupang dan beberapa tempat lainnya.

Persaingan antar industri galangan kapal tidak hanya dalam menggali potensi pasar akan tetapi juga bagaimana suatu industri itu mempertahankan loyalitas konsumen agar tidak direbut oleh perusahaan lainnya. Untuk mendukung strategi tersebut perlu didukung dengan adanya proses internal dan eksternal yang baik. Salah satu upaya eksternal yang dapat dilakukan agar konsumen tetap loyal dan sekaligus memberikan daya tarik bagi calon konsumen yang lain adalah dengan menjaga reputasi perusahaan di mata konsumen. Namun reputasi yang baik ini tidak dapat dibangun tanpa dukungan proses internal dari dalam perusahaan. Proses internal yang sangat berpengaruh dalam hal ini adalah bagaimana menyusun suatu perjanjian atau kontrak yang dapat memfasilitasi keinginan konsumen dengan baik. Hal ini perlu menggunakan perhitungan dan pertimbangan yang baik.

PT. Sinbat Precast Teknindo13 merupakan salah satu perusahaan galangan kapal yang berlokasi di Batam, perlu meningkatkan daya saingnya di pasar internasional agar dapat menjadi galangan kapal dunia yang dapat diperhitungkan bukan hanya dalam pasar dalam negeri akan tetapi juga di pasar internasional. Perbaikan dari hal paling kecil harus tetap diusahakan. Salah satu usaha perbaikan tersebut adalah melakukan perencanaan penyusunan kontrak perjanjian dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada sehingga mampu menampung seluruh keinginan konsumen Industri (Studi Kasus Kota Batam), http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5Cmakmuns-1.pdf, diakses 23 Agustus 2010

13


(20)

dengan hasil yang dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan melakukan perancangan pembuatan kontrak perjanjian yang baik dan benar dengan memperhitungkan perencanaan yang matang tentang pengetahuan hukum dan peraturan dari pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Demikian PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia ini, semenjak didirikan juga menggunakan kontrak untuk menunjang beroperasinya manajemen perusahaan.

Aktifitas bisnis pada dasarnya senantiasa dilandasi aspek hukum terkait. Maka tidak akan berlebihan apabila keberhasilan suatu proses bisnis yang menjadi tujuan akhir para pihak hendaknya senantiasa memperhatikan aspek kontraktual mereka.14 Kontrak akan melindungi proses bisnis para pihak apabila pertama-tama dan terutama kontrak tersebut dibuat secara sah karena hal ini menjadi penentu proses hubungan hukum selanjutnya.15

Kontrak-kontrak yang dibuat dan dipergunakan di perusahaan tersebut pada umumnya adalah kontrak perjanjian pekerjaan perbaikan kapal dan pembuatan kapal. Kapal dalam hal ini adalah obyek dari perjanjian tersebut jenisnya bervariasi tergantung dari perjanjian masing-masing. Pada kontrak-kontrak tertentu dibuat dengan pihak-pihak yang bertaraf internasional dengan arti berkewarganegaraan lain atau badan hukum yang berasal dari luar Indonesia. Demikian pula jangka waktu masing-masing kontrak adalah berbeda-beda tergantung atas ruang lingkup pekerjaan. Selanjutnya bentuk kontrak-kontrak tersebut selalu tertulis, menggunakan Bahasa

14

Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 134

15


(21)

Inggris, tidak didaftarkan dan dibuat di bawah tangan. Penggunaan bahasa di sini selalu digunakan bahasa Inggris yang dianggap sebagai Bahasa Internasional. Para pihak dianggap telah mengerti dengan benar arti masing-masing klausula dalam kontrak, apabila tidak maka dalam tahap negosiasi dan penandatangan tetap dibacakan perpasal dengan jelas sehingga alasan ketidaktahuan mengenai bahasa bisa dieliminasi dengan jelas. Terjemahan dilakukan apabila dari pihak-pihak tertentu membutuhkan kontrak tersebut dilakukan dalam bahasa lainnya. Contoh disini adalah Pihak Berwenang Pelabuhan Batam untuk mengurus Ijin Pelayaran. Walaupun klien PT Sinbat adalah subyek hukum lokal (berbadan hukum Indonesia) maka bahasa yang digunakan adalah Bahasa Inggris, akan tetapi dibuat juga dalam Bahasa Indonesia (apabila dibutuhkan). Pilihan hukum dan pilihan forum yang digunakan dalam beberapa kontrak tidak selalu menggunakan Pilihan hukum Indonesia walaupun kontrak tersebut dibuat dan dilaksanakan di wilayah Indonesia. PT. Sinbat Precast Teknindo ini adalah sebuah perusahaan asing (PMA) akan tetapi didirikan di bawah hukum Indonesia sehingga secara otomatis tunduk pada hukum Indonesia. Terjadi berbagai pertanyaan yang timbul terutama atas keabsahan pengaplikasian kontrak tersebut berdasarkan hukum kontrak di Indonesia.

Melihat pentingnya kajian hukum berdasarkan uraian di atas maka akan menarik untuk menelaah lebih jauh khususnya mengenai kontrak-kontrak tersebut dengan cara membahas dan menuangkannya dalam penulisan hukum yang berjudul

”Tinjauan Yuridis Atas Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal Di PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia Di Pulau Batam”.


(22)

B. Perumusan Masalah.

Dengan latar belakang dan alasan-alasan tersebut di atas, penulis tertarik untuk meninjau secara yuridis permasalahan yang ada yaitu:

1. Bagaimana kedudukan hukum kontrak perjanjian pekerjaan perbaikan kapal di PT. Sinbat Precast Teknindo berdasarkan hukum Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan para pihak dalam kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo dilihat dari hak dan kewajiban masing-masing?

3. Bagaimana cara penyelesian sengketa dalam kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan rumusan permasalahan, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kedudukan hukum kontrak perbaikan kapal di PT. Sinbat Precast Teknindo berdasarkan hukum Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan para pihak dalam kontrak perbaikan kapal di PT. Sinbat Precast Teknindo dengan melihat hak dan kewajiban para pihak.

3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam menjalankan kontrak-kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo.


(23)

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil tinjauan yuridis ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu:

1. Secara teoritis.

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan perbandingan dan bisa memberikan bahan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan bidang hukum kontrak atau perjanjian, serta hukum bisnis pada khususnya.

2. Secara praktis.

Penelitian ini dimaksudkan dapat memberikan kegunaan bagi para pihak yang terkait yaitu antara lain:

a. Bagi kalangan akademisi yang tertarik untuk mengetahui bahkan untuk meneliti lebih lanjut mengenai materi permasalahan ini dan dapat menggunakannya sebagai pedoman bagi penelitian-penelitian yang berikutnya.

b. Bagi masyarakat umum atau pelaku bisnis lainnya agar lebih mengetahui dan memahami mengenai perjanjian atau kontrak antara pelaku bisnis khususnya pada bidang yang sama yaitu bidang perbaikan kapal atau pembuatan kapal dan bisa memberikan masukan, acuan, perbandingan atau referensi bagi semua pihak lainnya yang berkepentingan, serta bisa memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sama.


(24)

c. Bagi perusahaan galangan kapal selaku pelaku bisnis agar lebih memahami mengenai kontrak tersebut khususnya perjanjian-perjanjian perbaikan kapal dan pembuatan kapal, sekaligus bisa digunakan sebagai bahan penyempurnaan tentang hukum kontrak dalam ruang lingkup yang sama.

E. Keaslian Penelitian

Sudah banyak buku-buku hukum, jurnal, penelitian, seminar dan lain sebagainya yang dilakukan berbagai pihak untuk menyempurnakan bagaimana kontrak-kontrak yang baik dan benar agar bisa melindungi dan memfasilitasi keinginan dari masing-masing subyek hukum yang masuk dalam kontrak tersebut, akan tetapi selama ini (berdasarkan penelitian di perpustakaan di Universitas Sumatera Utara) tentang tinjauan yuridis atas kontrak perbaikan kapal (terutama di lingkungan PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia) belum pernah dilakukan, oleh sebab itu tinjauan yuridis ini bersifat eksploratif dan diharapkan dapat menjadi kajian yang kritis dan orisinil dari kontrak-kontrak yang telah dibuat tersebut dan juga memberikan manfaat bagi para pengguna kontrak dan pihak lain yang berhubungan dengan kontrak. Dari penelusuran kepustakaan tersebut, dengan demikian penelitian pokok masalah dalam penilitian ini adalah asli serta dapat dipertanggungajawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi


(25)

Seiring dengan perkembangan masyarakat, hukum yang sifatnya dinamis mengalami perubahan dan perkembangan. Dalam hubungannya dengan perkembangan tersebut maka timbul teori-teori yang baru. Suatu teori juga mungkin memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan, dan memberikan taraf pemahaman tertentu.16

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif maka kerangka teoritis diarahkan secara khas ke dalam ilmu hukum. Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenar-benarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.

Kerangka teori dalam penelitian ini dimulai dari pembahasan tentang kontrak. Kontrak sebagai wadah mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil. Dalam melakukan hubungan sosial antara subyek hukum satu dengan subyek hukum yang lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan maka kontrak atau perjanjian adalah salah satu sarana yang digunakan sebagai wadah pemenuhan tersebut.

Pengertian tentang kontrak pada umumnya sama akan tetapi berbeda-beda menurut definisi penekanannya. Beberapa definisi yang diberikan terhadap istilah kontrak antara lain:

Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih (dalam hal ini subyek hukum) saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis.17 Para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang

16

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1984, hlm. 6

17


(26)

diperjanjikan, berkewajiban untuk menaati dan melaksanakannya sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan (verbintenis).18 Dengan demikian kontrak dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang mereka buat adalah sumber hukum formal, asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.19 Dalam Pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan:

”Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”

Definisi selanjutnya kontrak adalah suatu janji atau seperangkat janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya hukum memberikan pemulihan atau menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk pelaksanaannya.20

Sedangkan Black’s Law Dictionary mengartikan:

Kontrak sebagai suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan tertentu (“An agreement between two or more persons which creates an obligation to do or not to do a particular thing”)21

Pada prinsipnya kontrak terdiri dari satu atau serangkaian janji yang dibuat para pihak dalam kontrak. Esensi dari kontrak itu sendiri adalah perjanjian. Atas dasar ini

18

Djunaidi Abdullah, Hukum Perjanjian (Kontrak) Dalam Bisnis, Jurnal Hukum, hlm. 2

19Kontrak Bisnis Perjanjian

(http://yea.co.id/kontrak-bisnis-perjanjian.html), diakses tanggal 2 Agustus 2010

20

Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Hukum Dagang Internasional), Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 29

21

Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, St. Paul Minn.: West Publisher., 5th edition, USA, 1949, hlm. 291-292.


(27)

Subekti mendifinisikan kontrak sebagai peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.22

Kedudukan perjanjian atau persetujuan perseorangan dalam kerangka hukum di Indonesia ada di hukum perdata, tepatnya diatur dalam hukum pribadi dan hukum harta kekayaan. Dalam sistim dalam KUH Perdata Pasal 1338 ayat (1) menegaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang yang membuatnya. Dalam hubungannya dengan kebebasan berkontrak atau yang sering disebut sebagai sistim terbuka adalah adanya kebebasan seluas-luasnya yang oleh undang-undang diberikan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang apa saja asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan ketertiban umum.23

Menurut Mariam Darus Badrulzaman ”semua” mengandung arti meliputi seluruh perjanjian, baik yang namanya dikenal maupun yang tidak dikenal oleh undang-undang. Kebebasan berkontrak berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu kebebasan menentukan ”apa” dan ”siapa” perjanjian itu diadakan.24

Terdapat 3 prinsip dasar dalam Hukum Perdagangan Internasional yaitu prinsip kebebasan berkontrak, prinsip asas pacta sun servanda (daya mengikat kontrak) dan prinsip arbitrase.25 Kebebasan berkontrak dalam konteks Hukum Perdata Internasional diwujudkan dalam berbagai bentuk. Kebebasan untuk memilih isi,

22

Subekti, Hukum Perjanjian, op.cit., hlm. 36

23

Hasanuddin Rahman, Seri Ketrampilan Merancang Kontrak Bisnis, Contract Drafting, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 14

24

Hasanuddin Rahman, op.cit., hlm. 15

25

Dirdjosisworo, Soedjono, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Dagang Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 11


(28)

pilihan hukum, pilihan forum dan lain sebagainya. Akan tetapi kebebasan tersebut mempunyai batas-batas. Batas ini dilihat dengan adanya bermacam-macam ketentuan mengenai kontrak iternasional khususnya dalam kontrak komersial.26

Paradigma baru hukum kontrak timbul dari dua dalil di bawah ini:27 a. Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan adalah sah (geoorloofd);

b. Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan secara bebas adalah adil dan memerlukan sanksi undang-undang.

Kontrak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak di mana masing-masing pihak yang ada didalamnya dituntut untuk melakukan satu atau lebih prestasi. Dalam pengertian demikian kontrak merupakan perjanjian. Namun demikian kontrak merupakan perjanjian yang berbentuk tertulis.28

Kontrak dalam Hukum Perdata Indonesia yaitu Burgerlijk Wetboek (BW) disebut overeenkomst yang bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti perjanjian. Menurut Peter Mahmud Marzuki mengatakan:

”Bahwa suatu perjanjian mempunyai arti yang lebih luas daripada kontrak. Kontrak merujuk kepada suatu pemikiran akan adanya keuntungan komersil yang diperoleh kedua belah pihak, sedangkan perjanjian dapat saja berarti social agreement (kesepakatan umum) yang belum tentu menguntungkan kedua belah pihak secara komersil”29

26

Ak., Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 7

27

Ridwan Khairandi, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Terbitan Pascasarjana FH-UI, Jakarta, 2003, hlm. 81

28

Hikmahanto Juwana, Modul Perlatihan Teknik Pembuatan dan Penelaahan Kontrak Bisnis,

Modul/Makalah Terbitan Pascasarjana FH-UI, Jakarta, 2003, hlm. 1

29

Peter Mahmud Marzuki, Batas-batas Kebebasan Berkontrak, Yuridika, Volume 8 No. 3, Surabaya, Mei 2003, hlm. 5


(29)

Fungsi kontrak dalam hukum bisnis adalah untuk mengamankan transaksi. Tidak disangkal bahwa hubungan bisnis dimulai dari kontrak. Menurut Pollock sebagaimana dikutip oleh P.S Atiyah, a contract is a promise or a set of promises, which the law will enforce.30 (kontrak adalah suatu janji atau janji-janji dimana janji tersebut akan dipaksakan oleh hukum).

Pollock menjelaskan bahwa kontrak seperti lazimnya perjanjian akan tetapi merupakan janji yang diwajibkan atau diatur oleh hukum atau peraturan. Untuk selanjutnya maka kontrak mengandung 2 elemen yaitu:

a. Perjanjian

b. Perjanjian yang diwajibkan pemenuhannya oleh hukum

Selain pengertian yang diberikan oleh Pasal 1313 KUH Perdata, terdapat definisi lain tentang perjanjian yaitu sebagai suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang atau lebih itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal.31 Dengan adanya pengertian ini maka timbul suatu hubungan antara dua pihak atau lebih yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya perjanjian berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji yang diucapkan atau ditulis. Jadi perikatan yang dilakukan dengan suatu kontrak tidak lagi hanya berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji tetapi sudah merupakan perjanjian yang sengaja dibuat secara tertulis sebagai alat bukti bagi para pihak.

30

P.S Atiyah, An Introduction To The Law of Contract, Oxford: Oxford University Press, USA, 1981, hlm. 28

31


(30)

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lainnya berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Dengan kata lain hubungan hukum yang terjadi karena adanya kontrak (perjanjian tertulis) dikatakan perikatan karena kontrak tersebut mengikat para pihak yang terlibat didalamnya yaitu hak dan kewajiban yang timbul didalamnya. Kewajiban-kewajiban yang timbul dari kontrak dapat dipaksakan secara hukum. Jadi suatu perjanjian yang tidak mengikat atau tidak dapat dipaksakan adalah bukan perikatan. Bagaimana perjanjian yang dapat dipaksakan? Yaitu perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian atau kontrak. Untuk syarat sahnya suatu kontrak diterapkan pasal 1320 KUH Perdata, yang menyebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi 4 unsur yaitu:32

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subyeknya atau pihak-pihak dalam melakukan perjanjian sehingga disebut sebagai syarat subyektif, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif karena mengenai obyeknya.

Harus dibedakan antara syarat obyektif dan syarat subyektif. Dalam hal syarat obyektif tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak untuk melahirkan perikatan adalah gagal. Dengan

32

Hasanudin Rahman, Seri Ketrampilan Merancang Kontrak Bisnis, Citra Adiyta Bakti, Bandung, 2003, hlm. 7


(31)

demikian maka tidak ada dasar untuk saling menuntut. Perjanjian yang demikian ini disebut perjanjian yang null atau void.33

Dalam hal syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjiannya bukan batal demi hukum, melainkan salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang meminta pembatalan adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas. Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu emngikat juga, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi.34 Selanjutnya dalam syarat kecakapan dalam membuat suatu perikatan harus dituangkan dengan jelas mengenai jati diri para pihak. Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan bahwa orang yang tidak cakap untuk membut suatu perjanjian adalah:35

a. Orang-orang yang belum dewasa;

b. Mereka yang di taruh di bawah pengampuan;

c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

Untuk syarat suatu hal tertentu berkenaan dengan pokok perikatan yang justru menjadi isi daripada kontrak. Suatu perjanjian harus mempunyai pokok atau objek tertentu.

Untuk syarat adanya sebab yang halal dapat dikemukakan beberapa pasal, khususnya Pasal 1336 KUH Perdata yang menyatakan bahwa jika tidak dinyatakan

33Ibid

, hlm. 8

34

Ibid

35


(32)

suatu sebab, tetapi ada suatu sebab yang halal ataupun jika ada suatu sebab lain daripada yang dinyatakan, perjanjian demikian adalah sah.36

Dengan demikian maka dalam kontrak mengandung unsur-unsur: pihak-pihak yang berkompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, persetujuan timbal balik, dan kewajiban timbal balik. Ciri kontrak yang utama adalah kontrak tersebut merupakan satu tulisan yang memuat persetujuan dari para pihak, lengkap dengan syarat-syarat, serta yang berfungsi sebagai alat bukti tentang adanya hak dan kewajiban. Unsur-unsur kontrak seperti dirinci di atas, secara tegas memberikan gambaran yang membedakan antara kontrak dengan pernyataan sepihak. Akhirnya secara singkat dapat dikatakan bahwa kontrak adalah persetujuan yang dibuat secara tertulis yang melahirkan hak dan kewajiban para pihak yang membuat kontrak.

Dalam melakukan kontrak tentunya tidak lepas dari apa yang disebut sebagai asas-asas kontrak. Asas-asas ini merupakan hal yang penting yang menjadi dasar kehendak para pihak dalam mencapai tujuan. Asas-asas sebagaimana diatur dalam KUH Perdata adalah sebagai berikut:

a. Asas kebebasan berkontrak. Dalam Buku III KUH Perdata menganut sistim terbuka37, artinya hukum memberi kelueluasan kepada para pihak untuk mengatur diri sendiri pola hubungan hukumnya. Sistim ini tercermin dari pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

36

Ibid, hlm. 11

37


(33)

mereka yang membuatnya”38 Subekti berpendapat cara menyimpulkan asas kebebasan berkontrak ini adalah dengan jalan menekankan pada perkataan “semua” yang ada dimuka perkataan “perjanjian”. Sehingga dikatakan semua itu dengan maksud kita diperbolehkan membuat perjanjian apa saja dan hal itu mengikat kita sebagaimana mengikatnya undang-undang.39

b. Asas konsesualisme. Asas ini mempunyai hubungan erat dengan asas kebebasan berkontrak. Asas konsesualisme sebagaimana terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata (ayat 1) di mana menurut asas ini perjanjian telah lahir cukup dengan adanya kata sepakat.40

c. Asas daya mengikat kontrak (pacta sun servanda). Para pihak yang berkontrak dapat secara mandiri mengatur pola hubungan hukum di antara mereka. Kekuatan perjanjian yang dibuat secara sah (Pasal 1320 KUH Perdata) mempunyai daya berlaku seperti halnya undang-undang yang dibuat legislator dan karena harus ditaati oleh para pihak, bahkan jika dipandang perlu dapat dipaksakan dengan bantuan sarana penegakan hukum. 41

38

Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 94

39

Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1995, hlm. 4-5

40

Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 106

41


(34)

Salah satu tujuan dari kontrak adalah mencapai keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan kepentingan terkait dari pihak lawan.42 Perjanjian yang dari sudut substansi ternyata bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum adalah batal demi hukum (nietig) dan pada prinsipnya hal serupa berkenaan dengan perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang. Dalam tercipta atau terbentuknya perjanjian, ketidakseimbangan bisa muncul sebagai akibat perilaku para pihak sendiri ataupun sebagai konsekuensi dari muatan isi perjanjian atau pelaksanaan perjanjian.43

Proporsionalitas yang berhubungan dengan hak dan kewajiban para pihak akan menentukan adanya keseimbangan dalam kontrak. Proporsionalitas ini didasari adanya kepentingan sosial yang lebih luas yang merupakan keinginan manusia untuk memenuhinya yang menimbulkan bermacam-macam hubungan untuk kemudian dituangkan dalam kontrak. Proporsionalitas adalah harus adanya keseimbangan tertentu antara timbulnya kerugian dan pemberian ganti rugi (pembelaan). Substansi ganti rugi (pembelaan) ini dapat dijumpai dalam pengaturan Pasal 1132 KUH Perdata.

Secara umum keseimbangan ini diberi makna sebagai keseimbangan posisi antara para pihak yang berkontrak.44 Keseimbangan dalam hal ini diartikan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban yang dituangkan dalam kontrak tersebut.

42

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 310

43

Ibid, hlm. 317

44


(35)

Oleh karena itu dalam hal tidak terjadi keseimbangan posisi yang menimbulkan gangguan isi kontrak diperlukan intervensi otoritas tertentu (pemerintah).

Sebelum menjalin kontrak dengan seseorang atau subyek hukum yang tunduk pada hukum yang berbeda, terlebih dahulu harus memahami sistem hukum yang mempengaruhi kontrak di negara tersebut. Juga harus memahami perbedaan sistem hukum di negara masing-masing. Secara umum sangatlah tidak bijaksana mendasarkan persyaratan kontrak pada hukum, bahkan hukum internasional sekalipun.45

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal khusus yang disebut definisi operasional.46

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar agar secara operasional diperoleh hasil dalam penelitian ini. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris.47

45

Karla C. Shippey, Menyusun Kontrak Bisnis Internasional, PPM, Jakarta, 2001, hlm. 3

46

Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 3

47

Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hlm. 21


(36)

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefinisikan konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yaitu variabel-variabel penting yang berhubungan dengan permasalahan yaitu:

a. Kontrak; kontrak adalah suatu janji atau seperangkat janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya hukum memberikan pemulihan atau menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk pelaksanaannya.48

b. Kapal; kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai, dan sebagainya).49 Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pengertian Kapal dalam arti luas yaitu termasuk perlengkapannya yang meliputi segala benda yang bukan bagian dari suatu kapal itu sendiri namun diperuntukan untuk selamanya dipakai secara tetap pada kapal tersebut (Pasal 309 Kitab Undang-undang Hukum Dagang)

c. Galangan Kapal yaitu sebuah tempat baik di darat atau di perairan yang nantinya akan digunakan untuk melakukan proses pembangunan kapal ataupun proses perbaikan (repair) dan perawatan (maintainance). Proses pembangunanya meliputi desain, pemasangan gading awal, pemasangan plat lambung, instalasi peralatan, pengecekan, test kelayakan, hingga klasifikasai oleh Class yang telah ditunjuk. Sedangkan untuk proses perbaikan /

48

Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Dagang Internasional), Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 29

49

Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm. 635


(37)

perawatan bisanya meliputi perbaikan konstruksi lambung, perbaikan

propeller sterntube, perawatan main engine (mesin utama) dan peralatan lainnya.50

d. Pekerjaan; yaitu kegiatan melakukan sesuatu; yang sedang dilakukan.51 e. Perbaikan; yaitu adanya usaha pembetulan; hal (hasil, perbuatan, usaha, dan

sebagainya)52

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistimatika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.53

Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif dimaksudkan di sini untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan kontrak pekerjaan perbaikan kapal dengan konsumen yang dalam hal ini adalah end user sendiri, secara khusus dalam pelaksanaannya di PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia, Jalan R.E. Martadinata Km.2, Sekupang, Pulau Batam. Pendekatan yang digunakan bersifat yuridis normatif dengan dukungan data primer dan data sekunder. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer

50

Pengertian Menurut Ilmu Perkapalan Dan Teknologi Kelautan

51Ibid. 52

Ibid.

53


(38)

maupun sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari arti atas peraturan-peraturan tersebut. Hal ini berarti melihat apa yang diinginkan (das sein) dari peraturan-peraturan tersebut untuk kemudian dibandingkan dengan melihat kenyataan secara langsung bagaimana yang terjadi dilapangan (das sollen) dari segi peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian maka lokasi penelitian dilakukan di Batam, yaitu tepatnya di lokasi Perusahaan PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia, Jalan R.E. Martadinata Km 2, Sekupang, Batam. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan dan atau perbaikan kapal (Perusahaan galangan kapal) di Batam.

3. Sumber Data Penelitian

a. Sumber data primer yaitu sumber data penelitian ini diperoleh secara langsung dari para informan di lapangan dengan melakukan wawancara. Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan PT. Sinbat Precast Teknindo dan pihak manajemen perusahaan galangan kapal Mc Conell Dowell di Pulau Batam.

b. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber lain yang didapat melalui penelitian kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, laporan hasil penelitian sebelumnya, dokumen resmi dan bahasan kepustakaan lainnya yang berbentuk tertulis yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Sumber ini


(39)

diperoleh dengan mengunjungi perpustakaan Universitas Sumatera Utara, buku-buku koleksi sendiri dan dokumen-dokumen lain yang berasal dari PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara kepada pihak manajemen perusahaan terutama pada Legal Departemen, Akunting dan Operasional yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Jadi tekniknya adalah penelitan lapangan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

5. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah dengan metode induktif yaitu didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti. Proses pembentukan hipotesis dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diobservasi dan dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi (induction process) dan metodenya disebut metode induktif (inductive method) dan penelitiannya disebut penellitian induktif (inductive research). Dengan demikian pendekatan induksi mengumpulkan data terlebih dahulu baru hipotesis dibuat jika diinginkan atau konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak digunakan.


(40)

BAB II

KEDUDUKAN HUKUM KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO

BERDASARKAN HUKUM INDONESIA

A. Hukum Kontrak Indonesia

Sumber hukum kontrak di Indonesia yang berbentuk perundang-undangan adalah KUH Perdata, khususnya buku III. Bagian-bagian buku III yang berkaitan dengan kontrak adalah sebagai berikut:54

(1)Pengaturan tentang perikatan perdata. Pengaturan ini merupakan pengaturan pada umumnya, yakni yang berlaku baik untuk perikatan yang berasal dari kontrak maupun yang berlaku karena undang-undang.

(2)Pengaturan tentang perikatan yang timbul dari kontrak. Pengaturan perikatan yang timbul dari kontrak ini menurut KUH Perdata diatur dalam Bab II Buku III.

(3)Pengaturan tentang hapusnya perikatan. Pengaturan ini terdapat dalam Bab IV Buku III.

(4)Pengaturan tentang kontrak-kontrak tertentu. Pengaturan ini terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII Buku III.

Perjanjian yang diatur di dalam KUH Perdata adalah sebagai berikut: perjanjian jual beli, tukar-menukar, sewa-menyewa, perjanjian kerja, persekutuan perdata, perkumpulan, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, bunga tetap dan abadi, untung-untungan, pemberian kuasa, penanggung utang dan perdamaian. Di luar KUH Perdata

54


(41)

dikenal perjanjian lainnya, seperti kontrak joint venture, kontrak production sharing,

leasing, franchise, kontrak karya, beli sewa, kontrak rahim, dan lain sebaginya.55 Secara keseluruhan yang dijadikan sumber-sumber hukum dalam merancang suatu kontrak atau perjanjian di Indonesia adalah:56

1. KUH Perdata, yang terdiri dari Buku III Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864. 2. Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

3. Pasal 5 sampai dengan Pasal 6 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia mengatur tentang pembebanan Jaminan Fiducia.

4. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata tentang perikatan, khususnya yang berkaitan dengan kontrak berlaku terhadap:57

1. Kontrak bernama (kontrak khusus), contoh: jual beli, sewa menyewa, hibah, pinjam pakai, perdamaian, tukar-menukar, dan lain-lain.

2. Kontrak tidak bernama (kontrak umum), contoh: leasing, beli sewa, joint venture, franchise.

Dalam melakukan kontrak tentunya tidak lepas dari apa yang disebut sebagai asas-asas kontrak dan syarat-syarat sahnya suatu kontrak. Tentunya dalam tinjauan yuridis ini adalah sesuai dengan KUH Perdata.

55

Ibid. , hlm.16

56

H.Salim, Abdullah, Wiwiek Wahyuningsih, Perancangan Kontrak & Memorandum Of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 3

57


(42)

B. Asas-asas Perjanjian Dalam KUH Perdata Dan Syarat Sahnya Perjanjian

1. Asas-asas Perjanjian dalam KUH Perdata. a. Hukum kontrak bersifat mengatur.58

Sebagaimana diketahui, hukum dibagi 2 yaitu: i. Hukum memaksa (dwingend recht)

ii. Hukum mengatur (aanvullen recht)

Maka hukum kontrak pada prinsipnya tergolong dalam hukum mengatur. Artinya bahwa hukum tersebut baru berlaku sepanjang para pihak tidak mengaturnya lain. Jika para pihak mengaturnya secara lain dari apa yang diatur dalam kontrak tersebut maka yang berlaku adalah apa yang diatur sendiri oleh para pihak tersebut. Kecuali undang-undang menentukan lain.

b. Asas Kebebasan berkontrak.

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan untuk:59 1) membuat atau tidak membuat perjanjian;

2) memilih dengan pihak siapa ia ingin membuat perjanjian; 3) memilih kausa perjanjian yang akan dibuatnya;

58

Ibid., hlm. 29

59


(43)

4) menentukan obyek perjanjian;

5) menentukan bentuk suatu perjanjian dan;

6) menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional (aanvullen, optional).

Asas kebebasan berkontrak ini sifatnya universal, artinya berlaku juga dalam berbagai sistem hukum perjanjian yang memiliki ruang lingkup yang sama.60 Sebagai satu kesatuan yang utuh maka penerapan asas ini sebagaimana tersimpul dari substansi Pasal 1338 KUH Perdata ayat (1) harus dikaitkan dengan kerangka pemahaman pasal-pasal atau ketentuan lain yaitu:61

1) Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian.

2) Pasal 1335 KUH Perdata mengenai pembuatan kontrak dikarenakan kausa yang legal.

3) Pasal 1337 KUH Perdata mengenai kontrak tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

4) Pasal 1338 KUH Perdata yang menetapkan kontrak harus dilaksanakan dengan itikad baik.

5) Pasal 1339 KUH Perdata yang menunjuk terikatnya perjanjian pada sifat kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.

60

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hlm. 47

61


(44)

6) Pasal 1347 KUH Perdata yang mengatur mengenai hal-hal yang menurut kebiasaan.

Kebebasan berkontrak harus dibatasi bekerjanya agar kontrak yang dibuat berlandaskan asas itu tidak sampai merupakan perjanjian yang berat sebelah atau timpang.62 Hal-hal tersebut diatas yang membatasi bekerjanya asas ini.

c. Asas Pacta sunt servanda.

Asas pacta sun servanda (daya mengikat) ini mengajarkan bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah mempunyai ikatan hukum yang penuh. Asas ini disebut juga sebagai asas kepastian hukum. KUH Perdata menganut prinsip ini dengan melukiskan bahwa suatu kontrak berlaku seperti undang-undang bagi para pihak yang membuatnya (Pasal 1338 KUH Perdata).63

Asas pacta sun servanda pada mulanya dikenal didalam hukum Gereja. Disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian apabila ada kesepakatan kedua belah pihak dikuatkan dengan sumpah sehingga dikaitkan dengan unsur keagamaan. Dalam perkembangannya pacta sun servanda diberi arti

pactum, yang berarti sepakat tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas lainnya.64

62

Ibid., hlm. 16

63

Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm.10

64


(45)

d. Asas konsensualisme dari suatu kontrak.

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata. Pada pasal tersebut terkandung asas yang esensial dari hukum perjanjian yaitu konsensualisme yang menentukan adanya perjanjian.65 Di dalam asas ini terkandung kehendak para pihak untuk saling mengikatkan diri dan menimbulkan kepercayaan (vertrouwen) diantara para pihak terhadap peleburan perjanjian. Peleburan di sini mempunyai arti adanya persetujuan untuk melakukan penggabungan atau penyatuan kehendak yang dituangkan dalam perjanjian. Asas kepercayaan (vertrouwenleer) merupakan nilai etis yang bersumber dari moral.66 Asas konsensualisme mempunyai hubungan yang erat dengan asas kebebasan berkontrak dan asas mengikat yang terdapat dalam pasal 1338 (1) KUH Perdata. Hal ini sedasar dengan pendapat Subekti67 yang menyatakan bahwa asas konsensualisme terdapat dalam Pasal 1320 jo. Pasal 1338 KUH Perdata. e. Asas Kepribadian (Personality)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk

65

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 82

66

Ibid., hlm. 108-109

67


(46)

kepentingan perseorangan saja.68 Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata menegaskan: “Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.”

Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi:

“Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.”

Hal ini mengandung maksud bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun demikian, ketentuan itu terdapat pengecualiannya sebagaimana diperkenalkan dalam Pasal 1317 KUH Perdata yang menyatakan:

“Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.”

Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian/kontrak untuk kepentingan pihak ketiga, dengan adanya suatu syarat yang ditentukan. Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUH Perdata, tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, melainkan juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak daripadanya.69

68

Salim HS, op.cit., hlm.13

69

Salim HS, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar Grafika, Cetakan Keempat, Jakarta, 2006, hlm. 12-13


(47)

Jika dibandingkan kedua pasal itu maka Pasal 1317 KUH Perdata mengatur tentang perjanjian untuk pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 KUH Perdata untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak dari yang membuatnya.

f. Asas itikad baik

Pengaturan Pasal 1338 (3) KUH Perdata yang menetapkan bahwa persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik (contractus bonafidei–kontrak berdasarkan itikad baik). Dalam praktik asas itikad baik, hakim menggunakan wewenang untuk mencampuri isi perjanjian sehingga tampaknya itikad baik bukan saja ada pada pelaksanaan perjanjian akan tetapi juga pada saat ditandatanganinya atau dibuatnya perjanjian.70 Contohnya dalam kasus Ny. Boesono dan R. Boesono melawan Sri Setianingsih Perkara No. 341/K/Pdt/1985 tanggal 14 Maret 1987. Mahkamah Agung Republik Indonesia memutuskan bahwa bunga pinjaman sebesar 10% perbulan adalah terlalu tinggi dan menimbulkan ketidakadilan. Pengadilan menurunkan tingkat suku bunga dari 10% menjadi 1% perbulan.71

Asas itikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad baik mutlak,

70

Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori Dan Analisa Kasus, Kencana, Jakarta, 2004, hlm. 4

71

Keputusan Mahkamah Agung Perkara No. 341/K/Pdt/1985, Tanggal 14 Maret 1987 Dalam Kasus Ny. Boesono dan R. Boesono Melawan Sri Setianingsih


(48)

penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.72

2. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian

Agar suatu kontrak oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah pihak, maka kontrak tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:73

1. Syarat sah yang umum, yaitu:

1) Syarat sah umum berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata yaitu: a) Kesepakatan kehendak;

b) Berwenang untuk membuat; c) Perihal tertentu;

d) Kausa yang legal.

2) Syarat sah umum di luar Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu dalam asal 1335, Pasal 1337, Pasal 1339 dan Pasal 1347 KUH Perdata:

a) Syarat sesuai dengan kebiasaan; b) Syarat sesuai dengan kepatutan;

c) Syarat sesuai dengan kepentingan umum. 2. Syarat sah khusus yang terdiri dari:

1) Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu;

72

Salim HS, op.cit., hlm. 10-11

73

Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 28


(49)

2) Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu;

3) Syarat akta pejabat tertentu (di luar notaris) untuk kontrak-kontrak tertentu;

4) Syarat ijin dari yang berwenang.

Konsekuensi hukum dari tidak terpenuhinya salah satu atau lebih dari syarat-syarat sahnya suatu kontrak tersebut bervariasi mengikuti syarat-syarat mana yang dilanggar. Konsekuensi hukum tersebut adalah sebagai berikut:74

a. Batal demi hukum (void). Kontrak ini tidak mempunyai akibat hukum, seolah-olah tidak pernah terjadi suatu kontrak. Contoh kontrak untuk melakukan suatu tindak pidana. Apabila kontrak ini batal maka tidak ada satu pihak. Hal ini terjadi bila dilanggarnya syarat objektif kontrak dalam pasal 1320 KUH Perdata, syarat objektif tersebut adalah: perihal tertentu, dan kausa yang legal.

b. Dapat dibatalkan (voidable). Kontrak di mana setidak-tidaknya satu pihak mempunyai pilihan untuk meniadakan kewajiban dalam kontraknya. Kontrak yang dapat dibatalkan ini kedua belah pihak dibebaskan dari kewajiban mereka untuk memenuhinya. Apabila pihak dengan pilihan tadi memilih untuk meratifikasi (yaitu melaksanakan kontrak tersebut) maka kedua belah pihak harus secara penuh melaksanakan kewajiban tersebut. Dengan beberapa pengecualian yaitu dalam hal tidak dipenuhinya syarat

74


(50)

subjektif dalam pasal 1320 KUH Perdata. Syarat subjektif itu adalah: kesepakatan kehendak dan kecakapan berbuat.

c. Kontrak tidak dapat dilaksanakan (un-enforceable)

Kontrak ini adalah kontrak yang unsur-unsur esensial untuk menciptakan kontrak telah terpenuhi namun terdapat perlawanan secara hukum bagi dilaksanakannya kontrak. Jadi kontrak ini terdapat perlawanan hukum bagi pelaksanaannya. Bedanya dengan kontrak yang batal (demi hukum) adalah kontrak yang tidak dapat dilaksanakan masih mungkin dikonversi menjadi kontrak yang sah. Sedangkan bedanya dengan kontrak yang dapat dibatalkan adalah dalam kontrak yang dapat dibatalkan ini kontraknya sudah sah, mengikat dan dapat dilaksanakan sampai dengan dibatalkannya kontrak tersebut. Contoh kontrak yang tidak dapat dilaksanakan adalah kontrak yang tidak dalam bentuk tertulis, kendatipun Undang-undang Penipuan telah mensyaratkan agar dalam bentuk tertulis kontrak ini tidak dapat dilaksanakan. Pihak-pihak bisa saja secara sukarela membuat kontrak yang tidak dapat dilaksanakan.

d. Sanksi administratif.

Ada juga kontrak yang apabila tidak dipenuhi hanya mengakibatkan sanksi administratif saja. Misalnya kontrak yang memerlukan ijin atau pelaporan terhadap instansi tertentu seperti kepada Bank Indonesia untuk kontrak

Offshore Loan (peminjaman ke luar negeri).


(51)

a. Kesepakatan

Seperti telah disebutkan sesuai pasal 1320 KUH Perdata, bahwa salah satu syarat sahnya suatu kontrak adalah adanya kesepakatan. Kesepakatan ini adalah kesepakatan kehendak. Syarat ini bersama dengan syarat kewenangan berbuat merupakan syarat subjektif dari kontrak.

Suatu kesepakatan kehendak dimulai dari adanya unsur penawaran (offer) oleh salah satu pihak diikuti oleh penerimaan penawaran (acceptance) dari pihak lainnya, sehingga terjadilah suatu kontrak.75 Apabila dalam suatu kontrak terjadi salah satu unsur-unsur paksaan (dwang), penipuan (bedrog) dan kesilapan (dwaling) maka terhadap kontrak tersebut tidak terpenuhi syarat kesepakatan kehendak. Penjelasan dari unsur-unsur itu adalah:76

1. Unsur Paksaan. Unsur paksaan (dwang, duress) ketentuannya bisa dilihat dalam Pasal 1324 KUH Perdata yaitu:

”Paksaan telah terjadi apabila perbuatan itu sedemikian rupa hingga dapat menakutkan seseorang yang berfikiran sehat, dan apabila perbuatan itu dapat menimbulkan ketakutan pada orang tersebut bahwa dirinya atau kekayaannya terancam dengan suatu kerugian yang terang dan nyata. Dalam mempertimbangkan hal itu harus diperhatikan, usia, kelamin, dan kedudukan orang-orang yang bersangkutan.”

Paksaan dapat merupakan alasan untuk minta pembatalan perjanjian apabila dilakukan terhadap:77

75

Mariam Barus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994. hlm. 24

76

Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Dan Common Law, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hlm. 66

77


(52)

a) Orang atau pihak yang membuat perjanjian (Pasal 1323 KUH Perdata)

b) Suami atau istri dari pihak perjanjian atau sanak keluarga dalam garis ke atas maupun ke bawah (Pasal 1325 KUH Perdata). 2. Unsur Penipuan (bedrog, fraud, misrepresentation) dalam kontrak.

Ketentuan ini bisa dilihat dalam Pasal 1328 KUH Perdata yaitu:

”Penipuan merupakan suatu alasan untuk pembatalan perjanjian, apabila tipu-muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika tidak dilakukan tipu muslihat tersebut. Penipuan tidak dipersangkakan tetapi harus dibuktikan.”

Penipuan harus dibuktikan, tidak dapat dipersangkakan. Dalam bahasa Inggris disebut juga misrepresentation yang diartikan sebagai suatu pernyataan tentang fakta yang tidak benar.78 Hal ini diatur dalam ketentuan di Pasal 1328 KUH Perdata tersebut di atas.

Misrepresentation ini berarti salah menyatakan sesuatu dari kenyataannya sehingga membuat pihak lain setuju untuk melakukan kontrak tersebut. Pada dasarnya pernyataan atas pendapat atau kehendak yang tidak seperti pada kenyataannya masuk dalam konteks

misrepresentation ini. Misrepresentation terjadi pada saat pihak mengetahui bahwa persetujuannya untuk melakukan suatu kontrak berdasarkan atas informasi yang tidak benar sesuai dengan kenyataannya (jika pihak tersebut mengetahui keadaan sebenarnya

78


(1)

Gautama, Sudargo , Aneka Masalah Hukum Perdata Internasional, Alumni, Bandung, 1985

---, Hukum Perdata Internasional, Jilid III, Bagian 2, buku ke Delapan, 1985

---, Indonesian Business Law, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995 ---, Kontrak Dagang Interasional: Himpunan Ceramah dan

Prasaran: Alumni, Bandung, 1975

---, Kontrak Dagang Internasional, Alumni, Bandung, 1976 Harahap, M. Yahya, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986

Hatta, Sri Gambir Melati, Disertasi “Beli Sewa Sebagai Perjanjian Tak Bernama: Pandangan Masyarakat dan Sikap Mahkamah Agung Indonesia”, 1999

Hernoko, Agus Yudha, Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008

---, Dasar-Dasar Hukum Kontrak, Materi Perkuliahan Teknik Perancangan Kontrak, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2005

HS, Salim, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak), Cetakan Keempat, Sinar Grafika, Jakarta, 2006

---, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2003

Indrianto, Supomo, Penelitian Hukum Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, 1999

JD Shippey, Karla C, Menyusun Kontrak Bisnis Internasional, Victory Jaya Abadi, Jakarta, 2001

Juwana, Hikmanto, Teknik Pembuatan dan Penelaahan Kontrak Bisnis, Pascasarjana FH-UI, Jakarta, 2003

Khairandy, Ridwan, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak. Pascasarjana FH-UI, Jakarta, 2003


(2)

---, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Gama Media, Yogyakarta, 1999

Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997

Kusumaatmadja, Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, Alumni Bandung, 2003 Kusumaatmadja, Zainal Asikin, Beberapa Yurisprudensi Perdata yang Penting Serta

Hubungan Ketentuan Hukum Acara Perdata, Proyek Peningkatan Tertib Hukum dan Pembinaan Hukum Mahkamah Agung RI, Edisi II, Jakarta, 1992 Kusumohamidjojo, Budiono, Panduan Untuk Merancang Kontrak, Gramedia

Widiasarana, Jakarta, 2001

Lubis, Solly M., Filsafat Ilmu Dan Penelitian; Mandar Maju, Bandung, 1994

Marzuki, Peter Mahmud, Batas-batas Kebebasan Berkontrak, Yuridika, Volume 8 No. 3, Mei 2003

Miru, Ahmadi, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2007

---, Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, Rajawali Pers, 2008

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Rajawali Press, Jakarta, 2003

Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998 Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 1985

Rahman, Hasanudin, Seri Ketrampilan Merancang Kontrak Bisnis, Citra Adiyta Bakti, Bandung, 2003,

Rusli, Hardijan, Hukum Perjanjian Dan Common Law, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993


(3)

Salim, H., Abdullah, Wiwiek Wahyuningsih, Perancangan Kontrak & Memorandum Of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, 2008

Satrio, J., Hukum Perikatan, Perikatan Lahir dari Perjanjian, Buku II, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995

---,Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993 Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta,

2003

Sinaga, Budiman, Hukum Kontrak & Penyelesaian Sengketa Dari Perspektif Sekretaris, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2005

Sjahdeini, Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, 1984

Soenandar, Taryana, Prinsip-prinsip Unidroit Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004 Subekti R., Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1995

---, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984

Sugono, Dendy, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008

Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori Dan Analisa Kasus, Kencana, Jakarta, 2004 Suryabrata, Samadi, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998 Tobing, Lumban, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Cetakan ke-3, 1996 Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1996


(4)

B. Dokumen

- Contract Agreement For One Unit 12-Metre OPL PATROL LAUNCH and Seven Units 15-Metre OPL PATROL Launch, dated 30 June 2006 between PT Sinbat Precast Teknindo, and Eng Hup Shipping (Pte) Ltd.

- Contract for the Repair of 01 Unit of Barge (NL 1805) dated this 13th day of January 2009 between PT Sinbat Precast Teknindo Indonesia –Shipyard- and PT Bahtera Sejahtera Abadi – Owner.

- Contract for the Repair of 01 Unit of Barge (NL 1806) dated this 17th day of June 2008 between PT Sinbat Precast Teknindo Indonesia –Shipyard- and PT Bahtera Sejahtera Abadi – Owner.

- Shipbuilding Contract for the Completion of 01unit of 64M RoPax Catamaran Ferry (Hull NOS 009) dated this 10th day of April 2007 between PT Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- and Island Transport Holdings PTY LTD, Australia – Buyer.

C. Peraturan Perundang-Undangan

- Undang-Undang Dasar 1945 – Peraturan Peralihan - Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

- Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional - Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Tidak Sehat

- Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

- Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

- Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

- Undang-Undang No. 38 Tahun 1998 Tenatang Pejabat Pembuat Akta Tanah - Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah


(5)

D. Sumber Lain

- www.ptsinbat.com

- Wawancara terhadap pihak Manajemen PT Sinbat Precast Teknindo

- Kamus Hukum (

http://www.pn-cibinong.go.id/uploads/file/Kamus_Hukum.pdf)

- Exceptio non adimpleti contractus (

http://rgs-istilah-hukum.blogspot.com/2009/09/asas-exceptio-non-adimpleti-contractus.html)

- Pembuktian Terbalik Tidak Dikenal Di Negara Kontinental

(

http://saepudinonline.wordpress.com/2010/07/04/pembuktian-terbalik-tidak-dikenal-di-negara-kontinental/)

- Skandal Dibalik Kontrak Derivatif

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol22004/skandal-di-balik-kontrak-derivatif-, http://bataviase.co.id/node/218741)

- KBBI (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

- Staatblad Indonesia

(http://www.badilag.net/data/Staatsblad/Staatsblad_1847_23%28AB%29.pdf)

- Choice Of Law (http://www.yourdictionary.com/law/choice-of-law-clause) - Choice of Forum (

http://www.yourdictionary.com/law/choice-of-forum-clause)

- Tranparency International – Corruption Perception Index- Singapore

(http://www.transparency.org/policy_research/surveys_indices/cpi/2009/cpi_2

009_table)

- Mediation In Singapore

(http://library.smu.edu.sg/subjects/mediation_legislation.pdf) - www.hukumonline.com

- Pengantar Kontrak Bisnis Internasional, Dr. Budiman N.P.D. Sinaga SH., MH. ( http://bnpds.wordpress.com/2008/05/20/kontrak-bisnis-internasional/)


(6)

- Hukum Perdagangan Internasional, Budiman N.P.D. Sinaga SH., MH.

(

http://bnpds.wordpress.com/2010/05/10/aspek-hukum-ekonomi-pariwisata-internasionalaspek-hukum-ekonomi-pariwisata-internasional/)

- Badan Arbitrase Nasional Indonesia, Wikipedia Bahasa Indonesia

(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Arbitrase_Nasional_Indonesia)

- Arbitrase Sebagai Sarana Untuk Menyelesaikan Sengketa Bisnis (http.://kesimpulan.com/2009/04/arbitrase-sebagai-sarana-untuk-html)