Benchmarking HASIL DAN PEMBAHASAN

45

6.3 Benchmarking

Benchmarking dilakukan dengan indikator yang dibandingkan meliputi maintenance cost, availability, PM schedule compliance, inventory turn over dan service level . Pengumpulan data referensi sebagai pembanding dalam bentuk best praktis dan data industri. Khusus untuk maintenance cost diperoleh melalui studi literatur. Nilai dan sumber data disajikan pada tabel berikut: Tabel 6.3 Sumber Data BenchmarkBest Practice No Performance Indikator BenchmarkBest Practice Sumber Data 1 Maintenace Cost Industri Aluminium Kurva Maintenance Cost industry Aluminium 2004 Espinoza, 2005 2 Availability 95 Campbell, 1995 3 PM Schedule Compliance 90 Frampton, 2001 4 Inventory Turn Over 1.8 Campbell, 1995 5 Service Level 91 Campbell, 1995

6.3.1 Maintenace Cost Industri Aluminium

Kurva maintenance cost industri diperoleh dari Espinoza 2005 yang merupakan hasil survey maintenance cost dari 30 smelter aluminium di dunia pada tahun 2004. Maintenance cost terdiri dari material cost dan labour cost. Material cost terdiri dari spare part, consumable part, termasuk material untuk kegiatan maintenance . Sedangkan labour cost terdiri dari kontrak kerja dan gaji karyawan di bagian maintenance. Untuk biaya material PT Inalum bersumber dari data pembelian spare part, material untuk kegiatan maintenance dan consumable part pada tahun 2004. Biaya man power merupakan nilai kontrak outsourcing yang dibukukan dan gaji karyawan Universitas Sumatera Utara PT Inalum bagian Maintenance tahun 2004. Data maintenance cost disajikan dalam satuan US per ton aluminium. Nilai tersebut diperoleh dari biaya maintenance dibagi produksi aluminium dalam satu tahun buku. Hasil benchmarking untuk maintenance cost ditunjukkan pada Gambar 6.2 Gambar 6.2 Hasil Benchmarking untuk Maintenance Cost Dari kurva tersebut diperoleh rata-rata labour cost sebesar 36 USt-Al, rata-rata repair material sebesar 70 USt-Al dan rata-rata total maintenance cost sebesar 106 USt-Al. Posisi PT Inalum berada pada sedikit di atas rata-rata dunia dengan total maintenance cost sebesar 108 USt-Al. Dilihat dari labour cost PT Inalum sebesar 39 USt-Al, sedikit di atas rata-rata dunia. Sedangkan rata-rata repair dan maintenance sebesar 69 USt-Al sedikit di bawah rata-rata dunia. Untuk nilai man power cost yang diambil dari kontrak jasa perlu dilakukan koreksi karena kontrak jasa tersebut ada yang mengandung komponen biaya material seperti terlihat pada Tabel 6.4. Kandungan biaya material di dalam kontrak jasa antara 0 ~ 80 . 46 Universitas Sumatera Utara Tabel 6.4 Kandungan biaya material di dalam kontrak jasa No Out Sourcing Jumlah Pekerjaan Persentase Biaya Material 1 Pekerjaan Mekanikal 50 20 2 Pekerjaan Elektrikal 13 45 3 Pekerjaan Sipil 37 60 4 Rata-rata 38,05 Dari data diatas maka koreksi untuk biaya man power adalah 30 USD per ton Aluminium dan biaya material menjadi 78 USD per ton Aluminium. Rata-rata biaya material PT Inalum lebih tinggi dibanding rata-rata dunia 78 dibanding 70 USD per ton aluminium.

6.3.2 Ketersediaan Availability

Ketersediaan mencerminkan ketersedian asset saat dibutuhkan untuk beroperasi. Semakin tinggi nilai ketersediaan semakin baik karena menunjang produktivitas. Hasil Benchmarking untuk ketersediaan ditunjukkan pada Gambar 6.3 Gambar 6.3 Hasil benchmarking untuk ketersediaan 47 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan best practice nilai ketersediaan 95. Ketersediaan PT Inalum dalam lima tahun terakhir masih lebih rendah dari best practice. Namun sejak tahun 2006 sampai tahun 2010 terus mengalami perbaikan dari 84 menjadi 91.

6.3.3 PM Schedule Compliance

PM schedule complience mencerminkan realisasi pelaksanaan preventive maintenance yang dijadualkan sesuai dengan jadual yang direncanakan. Semakin tinggi PM schedule compliance semakin baik, berarti realisasi preventive maintenance tepat waktu. Hasil benchmarking untuk PM schedule compliance seperti ditunjukkan pada Gambar 6.4 Gambar 6.4 Hasil benchmarking untuk PM schedule compliance Berdasarkan best practice nilai PM schedule compliance 90. PM schedule compliance PT Inalum dalam lima tahun terakhir lebih tinggi dari best practice. Namun sejak tahun 2009 sampai tahun 2010 sedikit mengalami penurunan sehingga mendekati 90. Hal ini disebabkan keterbatasan spare part dan pelaksanaan berbenturan dengan jadual operasi yang ketat. 48 Universitas Sumatera Utara

6.3.4 Perputaran Persediaan Inventory Turnover

Perputaran persediaan menggambarkan perputaran material spare part yang merupakan rasio konsumsi spare part dengan rata-rata stok. Tingkat perputaran yang tinggi berarti persediaan lebih efisien. Hasil benchmarking untuk perputaran persediaan seperti ditunjukkan pada Gambar 6.5 Gambar 6.5 Hasil benchmarking untuk perputaran persediaan Berdasarkan best practice nilai perputaran persediaan 1,8 kali. Perputaran persediaan PT Inalum dalam lima tahun terakhir masih lebih rendah dari best practice . Hal ini disebabkan manajemen sediaannya masih belum efektif. 49 Universitas Sumatera Utara

6.3.5 Service Level

Service level menunjukkan kemampuan pihak pengontrol sediaan memenuhi permintaan spare part sesuai jadual. Hasil benchmarking untuk service level seperti ditunjukkan pada Gambar 6.6 Gambar 6.6 Hasil benchmarking untuk service level Berdasarkan best practice nilai service level 91. Service level PT Inalum dalam lima tahun terakhir masih lebih rendah dari best practice yaitu sekitar 75. Hal ini disebabkan karena manajemen sediaannya belum efektif. Walaupun perputaran persediaan rendah jauh di bawah best practice namun service level juga masih rendah. Hal Ini disebabkan masih ada spare part yang disediakan tetapi belum dibutuhkan. Disamping itu Application Part List APL tidak dilengkapi sehingga pelaksanaan pekerjaan overhaul tidak bisa dikerjakan sesuai jadual. Dan spare parts yang tidak lengkap akan di simpan dan menjadi inaktif spare parts sehingga membebani sediaan. 50 Universitas Sumatera Utara 6.4 Perumusan Taktikal Strategi 6.4.1 Gap Analysis