Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya Kepemilikan Jamban Keluarga Dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DAN PERSONAL HYGIENE

DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN

LANGKAT TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

FAISAL AZWINSYAH Nim. 121021035

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2015


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DAN PERSONAL HYGIENE

DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN

LANGKAT TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

FAISAL AZWINSYAH NIM. 121021035

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN RENDAHNYA KEPEMILIKAN

JAMBAN KELUARGA DAN PERSONAL

HYGINE DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Faisal Azwinsyah Nomor Induk Mahasiswa : 121021035

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Tanggal Lulus : 28 Januari 2015

Disahkan Oleh: Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Surya Dharma MPH dr. Devi Nuraini SantiM,Kes

NIP. 195804041987021001 NIP.1970021998022001

Medan, Januari 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan di masyarakat adalah penyediaan sanitasi dasar, salah satu dari beberapa fasilitas sanitasi dasar yang ada di masyarakat adalah jamban. Jamban berguna untuk tempat membuang kotoran manusia sehingga bakteri yang ada dalam kotoran tersebut tidak memenuhi lingkungan, selanjutnya lingkungan akan terlihat bersih indah sehingga mempunyai nilai estetika yang baik.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya kepemilikan jamban keluarga dan personal hygiene dengan kejadian diare di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.

Jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional, menggunakan data primer yang diperoleh dari responden yaitu Kepala Keluarga dengan instrumen kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari puskesmas Bukit Lawang. Data dianalisis secara analitik dan di uji secara statistik dengan uji Chi Square dengan 95% CI.

Hasil analisis statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kepemilikan jamban keluarga (p=0,049), pendapatan dengan kepemilikan jamban keluarga(p=0,001), pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga(p=0,002), kepemilikan jamban dengan kejadian diare(p=0,002), dan personal hygiene dengan kejadian diare(p=0,007). Serta tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepemilikan jamban keluarga (p=0,939) dan sikap dengan kepemilikan jamban keluarga(p=0,095).

Disarankan Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di Desa sei Musam Kendit memperhatikan personal hygiene dan memanfaatkan jamban yang memenuhi syarat kesehatan agar penularan diare tidak terjadi, diharapkan kepada seluruh petugas kesehatan untuk memberi penyuluhan secara berkesinambungan mengenai pentingnya personal hygiene, cakupan kepemilikan jamban dan pentingnya sanitasi lingkungan.

Kata Kunci : Karakteristik, Pengetahuan, Kepemilikan Jamban, Personal Hygiene, ... Kejadian Diare.


(5)

ABSTRACT

One of health efforts in society is basic sanitation. One of basic sanitation facility in society is latrine. Latrine is useful for the dispose of human feces so the bacteria in the feces did not pollutes the environment and then environment is clean with good esthetic.

This aim of this research is to study the factors realted to the few of ownership of household’s latrine and personal hygiene with diarrhea incidence in Desa Sei Musam Kendit, sub district of Bahorok, regency of Langkat.

This research is analytic study with cross sectional study using the primary data was collected from the responden of household with questionnaire instrument and the secondary data from Puskesmas Bukit Lawang. The data was analyzed by analytic and statitical test with chi square test with 95% CI.

The result of statistic analysis indicates that there is a significant correlation to the education and ownership of household’s latrine (p=0.049),the income ownership of household’s latrine(0,001),the knowledge on ownership of household’s latrine(p=0,002),the ownership of latrine with diarrhea incidence(p=0,002)and personal hygiene with diarrhea incidence (p=0,007).and there is a significant correlation between the attitudes and ownership of household’s latrine(p=0,095) and between the association ownership of household’s latrine(p=939).

It is suggested to the people who lives in Desa Sei Musam Kendit to pay attention to personal hygiene and use the latrine that fulfill the health requirement to avoid the transmission of diarrhea and the health staff must provide the society with activity about the importance of personal hygiene, the ownership of household’s latrine and the importance of environment sanitation.

Keyword : Characteristic, Knowledge, Ownership of latrine, Personal Hygiene, Diarrhea incidence.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Faisal Azwinsyah

Tempat/Tanggal Lahir : Lhokseumawe / 21 Maret 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Nama Orang Tua

Ayah : Azwar Binahar

Ibu : Nelliana

Anak ke : 1 dari 3 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Malahayati No.2 Kota Lhokseumawe, ACEH Riwayat Pendidikan

Tahun 1994-1995 : TK. Aisyiah Lhokseumawe

Tahun 1995-2001 : SD. Negeri Bertingkat Lhokseumawe Tahun 2001-2004 : SMP. Negeri 2 Lhokseumawe

Tahun 2004-2008 : SMA. Negeri 2 Lhokseumawe

Tahun 2008-2011 : Akademi Kesehatan (Jurusan Keperawatan) PemdaAceh ...Utara

Tahun 2012-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat (Universitas Sumatera ..Utara)


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya kepemilikan jamban keluarga dan personal hygiene dengan kejadian diare di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Azwar Binahar dan Ibunda Nelliana yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.


(8)

3. dr. Surya Dharma MPH selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. dr. Devi Nuraini Santi M,Kes selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Untuk Bapak Awaluddin (Kepala Desa Sei Musam Kendit) dan semua warga Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok yang selalu memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis.

7. Buat adik-adikku tercinta Safitri Dwi Kesuma AMK dan Miranti Septriani yang telah memberikan dukangan, doa serta semangatnya.

8. Buat sahabatku kak Yunita Kemala Dewi, Reni Indraristi, kak Eli Sinaga, bang Doni Hutapea, Abdi Fadillah, dan Khairul Anwar Tambunan, terimakasih atas dukungan dan semangatnya buat penulis.

9. Teman-teman ekstensi FKM 2014, Peminatan Kesling Reni Indraristi, Chairul Anwar Nasution, Yulisa, Juliana Elisabeth Nainggolan, Netty Paskah Riang, dan tidak dapat di sebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

10.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.


(9)

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Januari 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK…….. ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Sanitasi Dasar ... 6

2.2 Kesehatan Masyarakat ... 6

2.3 Pengertian Jamban ... 7

2.3.1. Jenis-jenis Jamban keluarga ... 8

2.3.2. Syarat Jamban Sehat………….………... 12

2.3.3. Prinsip Pembuangan Kotoran...…… 16

2.3.4. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga... 17

2.3.5. Pemeliharaan Jamban Keluarga... 17

2.3.6. Transmisi Penyakit dari Tinja... 19

2.4 Personal Hygiene ... 20

2.4.1. Pengertian Personal Hygiene... 20

2.4.2. Jenis-jenis Personal Hygiene... 20

2.4.3. faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene.... 23

2.5 Teori Perilaku ... 24

2.5.1 Komponen Perilaku ... 25

2.6 Diare ... 26

2.6.1 Pengertian Diare ... 26


(11)

2.6.3 Patofisiologi... ... 28

2.6.4 Etiologi... ... 28

2.6.5. Gejala dan Tanda Diare... ... 29

2.7 Pencegahan Diare... ... 35

2.8 Pengobatan Diare... ... 35

2.9 Kerangka Konsep... ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2 Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Data Primer ... 40

3.4.2 Data Sekunder... 40

3.5 Defenisi Operasional ... 41

3.6 Aspek Pengukuran ... 42

3.7 Analisa Data ... 44

3.7.1 Analisis Univariat ... 44

3.7.2 Analisis Bivariat ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

4.1 Gambaran Umum Sei Musam Kendit ... 45

4.1.1. Keadaan Geografis ... 45

4.1.2. Keadaan Demografi/ Kependudukan ... 45

4.2 Analisis Univariat ... 45

4.2.1. Pendidikan Responden ... 46

4.2.2. Pekerjaan Responden ... 46

4.2.3. Pendapatan Responden ... 47

4.2.4. Pengetahuan Responden ... 48

4.2.5. Sikap Responden ... 53

4.2.6. Kepemilikan Jamban ... 53

4.2.7. Kondisi Sanitasi Jamban... 55

4.2.8. Personal Hygiene... 55

4.2.9. kejadian diare... 58

4.3 Analisis Bivariat ... 58

4.3.1. Hubungan Pendidikan Responden dengan Kepemilikan Jamban Keluarga ... 59 4.3.2. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Kepemilikan


(12)

Jamban Keluarga ... 60

4.3.3. Hubungan Pendapatan Responden dengan Kepemilikan Jamban Keluarga ... 61

4.3.4. Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kepemilikan Jamban Keluarga ... 62

4.3.5 Hubungan Sikap Respoden dengan Kepemilikan Jamban Keluarga... 63

4.3.6 Hubungan Kepemilikan Jamban Responden dengan Kejadian Diare... 64

4.3.7 Hubungan Personal Hygiene Responden dengan Kejadian Diare... 65

BAB V PEMBAHASAN ... 66

5.1. Karakteristik Responden ... 66

5.1.1 Pengetahuan... 68

5.1.2 Sikap... 68

5.1.3 Kepemilikan jamban... 69

5.1.4 Personal hygiene... 70

5.1.5 Kejadian diare... 71

5.2 Analisis Bivariat... 72

5.2.1 Hubungan Pendidikan Responden Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga ... 72

5.2.2 Hubungan Pendapatan Responden Dengan kepemilikan Jamban Keluarga ... 74

5.2.3 Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Kepemilikan Jamban keluarga ... 74

5.2.4 Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Diare ... 75

5.2.5 Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Kepala Keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

Tahun 2014... 46 4.2. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga di

Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

Tahun 2014... 46 4.3. Distribusi Responden Menurut Pendapatan Kepala Keluarga di

Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

Tahun 2014... 47 4.4. Distribusi Menurut Pengetahuan Responden di Desa Sei Musam

Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014... 48 4.5. Distribusi Responden Tentang Pengetahuan Penggunaan Jamban

Dan Diare di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... 51 4.6. Distribusi Menurut Sikap Responden di Desa Sei Musam

Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014... 52 4.7. Distribusi Responden Tentang Sikap Penggunaan Jamban

Dan Diare di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... 53 4.8. Distribusi Responden Kepemilikan Jamban di Desa Sei Musam

Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014... 4.9. Distribusi Kondisi Sanitasi Jamban di Desa Sei Musam Kendit

Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014... 54 4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kondisi Sanitasi

Jamban di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... 55 4.11.Distribusi Responden Berdasarkan Personal Hygiene di

Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

Tahun 2014... 56 4.12.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Personal Hygiene

di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... 57 4.13.Distribusi Responden Kejadian Diare di Desa Sei Musam Kendit

Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014... 58 4.14.Hasil Analisis pendidikan Responden Dengan kepemilikan Jamban

Keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... . 59 4.15.Hasil Analisis pekerjaan Responden Dengan kepemilikan Jamban

Keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... 60 4.16.Hasil Analisis pendapatan Responden Dengan kepemilikan Jamban


(14)

Keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... 61 4.17.Hasil Analisis pengetahuan Responden Dengan kepemilikan Jamban

Keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... 62 4.18.Hasil Analisis sikap Responden Dengan kepemilikan Jamban

Keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... 63 4.19.Hasil Analisis Kepemilikan Jamban Dengan kejadian diare

di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat Tahun 2014... 64 4.20.Hasil Analisis Personal hygiene Dengan Kejadian Diare

di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Jenis-Jenis Jamban seperti Leher Angsa, Cemplung dan Plengsengan 9

2.2. Jamban diatas Balong (Empang)... 10

2.3. Jenis Jamban Leher Angsa yang mempunyai 2 Septic Tank... 10

2.4. Jamban yang memiliki Septic Tank dengan sumur resapan air... 11


(16)

ABSTRAK

Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan di masyarakat adalah penyediaan sanitasi dasar, salah satu dari beberapa fasilitas sanitasi dasar yang ada di masyarakat adalah jamban. Jamban berguna untuk tempat membuang kotoran manusia sehingga bakteri yang ada dalam kotoran tersebut tidak memenuhi lingkungan, selanjutnya lingkungan akan terlihat bersih indah sehingga mempunyai nilai estetika yang baik.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya kepemilikan jamban keluarga dan personal hygiene dengan kejadian diare di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.

Jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional, menggunakan data primer yang diperoleh dari responden yaitu Kepala Keluarga dengan instrumen kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari puskesmas Bukit Lawang. Data dianalisis secara analitik dan di uji secara statistik dengan uji Chi Square dengan 95% CI.

Hasil analisis statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kepemilikan jamban keluarga (p=0,049), pendapatan dengan kepemilikan jamban keluarga(p=0,001), pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga(p=0,002), kepemilikan jamban dengan kejadian diare(p=0,002), dan personal hygiene dengan kejadian diare(p=0,007). Serta tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepemilikan jamban keluarga (p=0,939) dan sikap dengan kepemilikan jamban keluarga(p=0,095).

Disarankan Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di Desa sei Musam Kendit memperhatikan personal hygiene dan memanfaatkan jamban yang memenuhi syarat kesehatan agar penularan diare tidak terjadi, diharapkan kepada seluruh petugas kesehatan untuk memberi penyuluhan secara berkesinambungan mengenai pentingnya personal hygiene, cakupan kepemilikan jamban dan pentingnya sanitasi lingkungan.

Kata Kunci : Karakteristik, Pengetahuan, Kepemilikan Jamban, Personal Hygiene, ... Kejadian Diare.


(17)

ABSTRACT

One of health efforts in society is basic sanitation. One of basic sanitation facility in society is latrine. Latrine is useful for the dispose of human feces so the bacteria in the feces did not pollutes the environment and then environment is clean with good esthetic.

This aim of this research is to study the factors realted to the few of ownership of household’s latrine and personal hygiene with diarrhea incidence in Desa Sei Musam Kendit, sub district of Bahorok, regency of Langkat.

This research is analytic study with cross sectional study using the primary data was collected from the responden of household with questionnaire instrument and the secondary data from Puskesmas Bukit Lawang. The data was analyzed by analytic and statitical test with chi square test with 95% CI.

The result of statistic analysis indicates that there is a significant correlation to the education and ownership of household’s latrine (p=0.049),the income ownership of household’s latrine(0,001),the knowledge on ownership of household’s latrine(p=0,002),the ownership of latrine with diarrhea incidence(p=0,002)and personal hygiene with diarrhea incidence (p=0,007).and there is a significant correlation between the attitudes and ownership of household’s latrine(p=0,095) and between the association ownership of household’s latrine(p=939).

It is suggested to the people who lives in Desa Sei Musam Kendit to pay attention to personal hygiene and use the latrine that fulfill the health requirement to avoid the transmission of diarrhea and the health staff must provide the society with activity about the importance of personal hygiene, the ownership of household’s latrine and the importance of environment sanitation.

Keyword : Characteristic, Knowledge, Ownership of latrine, Personal Hygiene, Diarrhea incidence.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata (Depkes RI, 2008).

Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Peningkatan derajat kesehatan yang optimal tersebut diselenggarakan melalui pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Dalam upaya mencapai sasaran ini yang utama dilaksanakan sesuai paradigma sehat yaitu upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif guna membangun partisipasi masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan di masyarakat adalah penyediaan sanitasi dasar, salah satu dari beberapa fasilitas sanitasi dasar yang ada di masyarakat adalah jamban. Jamban berguna untuk tempat membuang kotoran manusia sehingga bakteri yang ada dalam kotoran tersebut tidak memenuhi lingkungan, selanjutnya


(19)

lingkungan akan terlihat bersih indah sehingga mempunyai nilai estetika yang baik (Soeparman, 2003).

Berdasarkan Riskesdas (2010), proporsi penduduk atau rumah tangga yang akses terhadap fasilitas sanitasi layak (dikatakan layak apabila sarana tersebut milik sendiri atau bersama, kloset jenis leher angsa dan pembuangan akhir tinjanya ke tangki septik atau SPAL) provinsi sebesar 55,53%, dan akses terhadap fasilitas sanitasi tidak layak adalah sebesar 44,47%. Provinsi paling tinggi akses terhadap fasilitas tidak layak adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (74,65%) dan terendah di DKI Jakarta (17,17%). Sementara itu, menurut kualifikasi daerah, akses terhadap fasilitas sanitasi layak di perkotaan hampir dua kali lipat (71,45%) dibandingkan dengan di pedesaan (38,55%). Sedangkan akses terhadap fasilitas sanitasi di perkotaan yang tidak layak (28,55%) dan di pedesaan (61,45%).

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau wc (Madjid, 2009). Bagi rumah yang belum memiliki jamban, sudah dipastikan mereka itu memanfaatkan sungai, kebun, kolam, atau tempat lainnya untuk buang Air Besar (BAB). Dengan masih adanya masyarakat di suatu wilayah yang BAB sembarangan, maka wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan diantaranya: penyakit cacingan, kolera (muntaber), diare, tipus, disentri, paratypus, polio, hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Semakin besar persentase yang BAB sembarangan maka ancaman penyakit itu semakin tinggi intensitasnya.


(20)

Menurut survei pendahuluan yang dilakukan di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat bahwa dari tiga dusun dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 457 KK, hanya 266 KK (58,20%) yang memiliki jamban keluarga. Masyarakat Desa Sei Musam Kendit tersebut sebahagian besar masih banyak memanfaatkan halaman belakang rumah, kebun, parit untuk membuang kotoran/tinja. Dengan kebiasaan masyarakat tersebut bukan tidak mungkin suatu saat masyarakat di wilayah ini akan terancam penyakit menular yang berbasis lingkungan.

Penyakit infeksi saluran cerna, seperti diare masih menjadi masalah ke dua dari sepuluh penyakit utama di Puskesmas Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Berdasarkan data tahun 2013 terlihat frekuensi kejadian penyakit diare sebanyak 96 kasus.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya fakto-faktor yang berhubungan rendahnya kepemilikan jamban keluarga dan personal hygiene dengan kejadian diare di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan rendahnya kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan jamban keluarga dan personal hygiene dengan kejadian diare di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014.


(21)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik Kepala keluarga (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014.

b. Untuk mengetahui personal hygiene Kepala Keluarga Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014.

c. Untuk mengetahui kepemilikan jamban keluarga Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014.

d. Untuk mengetahui kejadian diare Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014.

e. Untuk mengetahui pengetahuan kepala keluarga terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga

f. Untuk mengetahui sikap kepala keluarga terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga

g. Untuk mengetahui hubungan karakteristik Kepala Keluarga (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014.

h. Untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan jamban(Pengetahuan dan sikap) terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014


(22)

i. Untuk mengetahui hubungan kepemilikan jamban keluarga terhadap kejadian diare Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014

j. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene kepala keluarga terhadap kejadian diare Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014

1.4. Manfaat Penelitian

a. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, sebagai data yang diperlukan untuk kegiatan penyuluhan dalam rangka membangun sanitasi kesehatan lingkungan serta membina partisipasi masyarakat dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan cakupan keberadaan jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Bukit Lawang Kabupaten langkat.

b. Sebagai bahan masukan bagi petugas sanitasi puskesmas dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan. c. Sebagai bahan informasi mengenai pentingnya personal hygiene, sanitasi

jamban bagi masyarakat di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.Upaya sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran (jamban), saluran pembuangan air limbah, dan sarana tempat pembuangan sampah (Azwar,1995).

Menurut Ehler dan Steele (1958) sanitasi sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut.

2.2. Kesehatan Masyarakat

Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Kesehatan masyarakat adalah kesatuan unit praktek kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pengembangan dan peningkatan kemampuan hidup sehat bagi pendidikan (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) menggunakan konsep dan keterampilan dan praktek kesehatan masyarakat (Freeman) (Syafrudi, 2009).


(24)

Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui usaha-usaha pengorganisasi masyarakat untuk (Notoatmodjo, 2007):

1. Perbaikan sanitasi lingkungan

2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular 3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan.

4. Pengorganisasi pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.

5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

2.3. Pengertian Jamban Keluarga

Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang dibutuhkan dalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya sebagai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkanya (Pruverawati, 2012).

Selain itu menurut Madjid (2009), jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus. Sedangkan menurut Kusnoputranto (2005), Jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran


(25)

tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan.

Menurut Chandra (2007), Jamban sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah berkembangbiaknya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik. Sebaliknya jika pembuangan tinja tidak baik sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah atau menjadi sumber infeksi dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan karena penyakit yang tergolong water born disease seperti diare, kolera dan kulit akan mudah berjangkit.

2.3.1. Jenis-jenis Jamban Keluarga

Jamban yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau dan memiliki kebutuhan air yang tercukupi. Menurut Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya, yaitu:

1. Jamban Cemplung

Bentuk jamban ini adalah paling sederhana. Jamban cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan gagguan karena baunya.

2. Jamban Plengsengan

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh saluran miring ketempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis diatas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit


(26)

lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin

(A) (B) (C)

Gambar 2.1 : Jenis-jenis jamban seperti Leher Angsa, Cemplung dan Plengsengan.

3. Jamban Bor

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air tanah.

4. Angsatrine (Water Seal Latrine)

Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran.


(27)

5. Jamban diatas balong (Empang)

Gambar 2.2 : Jenis Jamban diatas Balong (Empang)

Membuat jamban diatas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong. Sebelum kita berhasil menerapkan kebiasaan tersebut kepada kebiasaan yang diharapkan maka cara tersebut dapat diteruskan dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Air dari balong tersebut jangan digunakan untuk mandi b. Balong tersebut tidak boleh kering.

c. Balong hendaknya cukup luas

d. Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air e. Ikan dari balong tersebut jangan di konsumsi

f. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak sejajar dengan jarak 15 meter g. Tidak terdapat tanam-tanaman yang tumbuh di atas permukaan air


(28)

Gambar 2.3 : Jenis jamban Leher angsa yang mempunyai 2 septic tank 6. Jamban Septic Tank

Gambar 2.4 : Jamban yang memiliki septic tank dengan sumur resapan air

Septic tank berasal dari kata septic yang berarti pembusukan secara anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang) sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Dalam bak terdapat tiga macam lapisan yaitu:


(29)

a. Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat b. Lapisan ciar

c. Lapisan endapan

Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesaan di indonesia pada dasarnya digolongkan menjadi 2 macam yaitu:

1. Jamban tanpa leher angsa. Jamban yang mempunyai bermacam cara pembuangan kotorannya yaitu :

a. Jamban cubluk, bila kotoranya dibuang ketanah b. Jamban empang, bila kotorannya dilairkan ke empang

2. Jamban leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara pembuangan kotorannya yaitu: a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung di atas galian penampungan kotoran.

b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak berada langsung di atas galian penampungan kotoran tetapi dibangun terpisah dan dihubungkan oleh suatu saluran yang miring ke dalam lubang galian penampungan kotoran.

Menurut Pruverawati (2012), cara memilih jenis jamban yang baik adalah: 1. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air

2. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk a. Daerah yang cukup air

b. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan “multiplelatrine” yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (suatu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban.)


(30)

3. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran /tinja hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm permukaan air pasang.

2.3.2. Syarat Jamban Sehat

Menurut Depkes RI (2004), jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan

7. Lantai kedap air 8. Ventilasi cukup baik

9. Tersedia air dan alat pembersih.

Sedangkan menurut Menurut Depkes RI (2007), jamban yang memenuhi syarat adalah:

1. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan air permukaan 2. Cukup terang

3. Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, lipan, dan kecoa) 4. Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap 5. Cukup lobang angin.


(31)

6. Tidak menimbulkan kecelakaan.

Menurut Arifin dan abdullah (2010) ada tujuh syarat–syarat jamban sehat yaitu:

1. Tidak mencemari air

a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaaan air tanah maksimum. Dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester

b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada permukaan sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur

2. Tidak mencemari tanah permukaan

Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotoranya, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian

3. Bebas dari serangga

a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.

b. Ruang jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainya

d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e. Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung 4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan


(32)

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air

c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran

d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik

5. Aman digunakan oleh pemakainya.

Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lainnya.

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan pada pemakainya a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran

b. Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lainya kesaluran kotoran karena dapat menyumbat saluran

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehinggga pemakainya terhindar dari hujan dan panas. (Abdullah,2010).

Menurut Notoatmodjo (2003), suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:


(33)

1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut 2. Tidak mengotori air permukaaan di sekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa, dan binatang- binatang lainya

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara 7. Sederhana desainnya

8. Murah

Menurut Entjang (2000), ciri-ciri bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan yaitu harus memiliki:

a. Rumah jamban

Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.

b. Lantai jamban

Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah jamban.

c. Slab (tempat kaki berpijak waktu si pemakai jongkok) d. closet (lubang tempat feces masuk)


(34)

Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk sederhana berupa lubang tanah saja

f. Bidang resapan

Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap untuk mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur kotoran/tinja.

2.3.3. Prinsip Pembuangan Kotoran

Pembuangan kotoran, polusi tanah dan sifat-sifat tanah adalah merupakan subjek yang memiliki hubungan erat. Oleh karena itu,penelitian terhadap tanah dan prosesbiologi dan kimia yang berlangsung di dalamnya adalah merupakan hal sangat perlu untuk dapat memahami pembuangan limbah dan kotoran yang dapat saja menjadi pencemaran tanah yang dapat menimbulkan bahaya, berbagai jenis filter dimana limbah kadangkala diolah agar tetap berada dalam kondisi yang stabil dan tidak mengalami pembusukan bukan sesuatu yang lebih dari usaha untuk menduplikasikan kondisi tanah dalam suatu cara dimana proses reduksinya dapat terkontrol

Hampir semua bakteri di tanah adalah saprofit yaitu hidup pada bahan organik yang sudah mati. Kondisi tanah ini tidak mendukung untuk perbanyakan organisme patogen dan bahkan eksistensinya didalam tanah untuk lama waktu tertentu. Ini tentu berkaitan dengan suhu dan kondisi kelembaban dan juga sejumlah saprofit. Jumlah bakteri mengalami penurunan yang cukup besar seiring dengan kedalaman tanah,kedalaman hingga 4-6 kaki dengan sedikit atau tanpa aktifitas bakteri,dan tanah yang steril adalah pada kedalaman 10-12 kaki bila tidak ada celah dan lubang.


(35)

2.3.4. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

1. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman 3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan. 2.3.5. Pemeliharaan Jamban Keluarga

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI (2004) adalah sebagai berikut:

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering 2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air 3. Tidak ada sampah berserakanan

4. Rumah jamban dalam keadaan baik

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat 6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

7. Tersedia alat pembersih

8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki

Menurut Depkes RI (2007), dalam menjaga jamban tetap sehat dan bersih kegiatan keluarga yang dapat dilakukan adalah:

1. Bersihkan dinding, lantai dan pintu ruang jamban secara teratur 2. Bersihkan jamban secara rutin


(36)

3. Cuci dan bersihkan tempat duduk (jika ada) dengan menggunakan sabun dan air bersih

4. Perbaiki setiap celah, retak pada dinding, lantai dan pintu 5. Jangan membuang sampah di lantai

6. Selalu sediakan sabun untuk mencuci tangan 7. Yakinkan bahwa ruangan jamban ada ventilasinya 8. Tutup lubang ventilasi jamban dengan kasa anti lalat

9. Beritahukan pada anak-anak cara menggunakan jamban yang benar

10.Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir setelah menggunakan jamban

2.3.6. Transmisi Penyakit dari Tinja

Menurut Depkes RI (2004), jalur penularan penyakit dari tinja atau kotoran manusia sebagai sumber penyakit melalui mulut sehingga menjadi sakit dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai sumber penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat mencemari tangan, air, tanah, atau dapat menempel pada lalat dan serangga lainnya yang menghinggapinya.

2. Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar diminum oleh manusia.

3. Tinja dapat mencemari tangan atau jari-jari manusia selanjutnya dapat mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan, demikian juga yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan mulut.


(37)

4. Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga kuman penyakit dapat mencemari makanan yang kemudian dimakan oleh manusia.

5. Melalui lalat atau serangga lainnya kuman penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap dimakanan yang kemudian dimakan oleh manusia.

Tinja juga dapat mencemari tanah sebagai akibat tidak baiknya sarana pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang tempat di mana tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan atau kontak langsung dengan mulut manusia. 2.4. Personal Hygiene

2.4.1. Pengertian Personal hygiene

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

Personal Hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Direja, 2011).

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat


(38)

penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan ( Potter, 2005).

2.4.2. Jenis-jenis Personal hygiene Kebersihan perorangan meliputi : a. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti : 1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

2. Mandi minimal 2 kali sehari 3. Mandi memakai sabun 4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah 6. Menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu.


(39)

2. Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya. 3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

c. Kebersihan gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah :

1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan 2. Memakai sikat gigi sendiri

3. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi

4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi 5. Memeriksa gigi secara teratur

d. Kebersihan mata

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah : 1. Membaca di tempat yang terang

2. Memakan makanan yang bergizi 3. Istirahat yang cukup dan teratur

4. Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan) 5. Memlihara kebersihan lingkungan.

e. Kebersihan telinga

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah : 1. Membersihkan telinga secara teratur

2. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam. 3. Kebersihan tangan, kaki dan kuku


(40)

Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut : 1. Membersihkan tangan sebelum makan

2. Memotong kuku secara teratur 3. Membersihkan lingkungan 4. Mencuci kaki sebelum tidur

Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah : 1. Kebersihan kulit

2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku 3. Kebersihan rambut

2.4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1. Citra tubuh ( Body Image)

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.


(41)

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene .

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.5. Teori Perilaku

Menurut Benyamin Blum perilaku terdiri dari 3 aspek yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, setelah dilakukan penginderaan pada objek yakni dengan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Sikap merupakan respon


(42)

seseorang yang tertutup pada suatu objek. Tindakan diwujudkan dengan sikap menjadi perbuatan nyata.

Realitanya perilaku bisa diartikan sebagai respon seseorang pada rangsangan di luar subjek. Respon ini ada 2 bentuk yaitu:

1. Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi dalam diri manusia dan secara tidak langsung dapat dilihat orang lain seperti berfikir, memberi tanggapan, dll. 2. Bentuk aktif adalah bila perilaku itu dapat di observasi secara langsung seperti

kebiasaan penduduk membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebulum makan, dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).

2.5.1. Komponen Perilaku 1. Pengetahuan (Knowledge)

Hasil pengetahuan setelah dilakukan penginderaan pada suatu obyek yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Ada 6 tingkat pengetahuan: a. Tahu (Know) berarti ingat materi sebelumnya secara benar

b. Memahami (comprehension) artinya mampu menjelaskan objek yang diketahui dan bisa menginterpretasikan materi dengan benar

c. Aplikasi (apliction) berarti mampu memakai materi yang dipelajari dari situasi sebenarnya

d. Analisis (Analysis) berarti mampu menjabarkan materi pada komponen, tetapi dalam struktur organisasi yang masih berkaitan

e. Sintesis (synthesis) berarti mampu menghubungkan bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru


(43)

f. Evaluasi (evaluation) berarti mampu menilai materi. (Notoadmojo, 2003) 2. Sikap (attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Berdasarkan penelitian Junaidi (2002) ada hubungan antara sikap dengan kepemilikan

jamban keluarga. 2.6. Diare

2.6.1. Pengertian Diare

Menurut World Health Organization (1999), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.

Diare ( inggris = diarrhea) atau dalam bahasa sehari-hari disebut menceret adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus menerus dan tinja atau feses nya memiliki kandungan air berlebihan. Diare dapat pula didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam (Zulkoni,2011).

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, dan frekuensinya lebih dari 3 kali sehari. Kemudian menurut syafruddin dkk (2011) diare adalah penyakit yang ditandai dengan tinja yang lembek dan cair, seringkali disertai kejang perut.


(44)

Menurut Hossain dan Gupta (2002) diare merupakan gangguan usus akut atau kronis yang ditandai oleh peningkatan frekuensi, keenceran atau volume gerakan usus. Secara umum, diare dapat berkembang akibat infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit, perubahan flora usus atau transit usus, gangguan penyerapan atau malabsorpsi, alergi makanan, makan buah segar berlebihan, keracunan makanan non bakteri, ketidakmampuan mentolerir laktosa dan gula lainya, konsusmsi obat tertentu atau logam berat, dan gangguan pembedahan seperti vagotomi, gastroileostomi. Demikian juga diare adalah memperlihatkan keadaan dari beberapa kelainan seperti penyakit Chrons, sindrome usus meradang, penyakit pankreas penyakit atau gangguan metabolisme.

2.6.2. Klasifikasi Diare

Menurut Suraatmaja (2010), penyakit diare dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu diare akut dan diare kronik

a. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Biasanya diare ini berlangsung selama kurang dari 14 hari. b. Diare Kronik

Diare kronik adalah diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih (>14 hari), dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.

Diare kronik kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain 1. Diare persisten , yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi.


(45)

2. Protracted diare, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (> 14 hari) dengan tinja cair dan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari.

3. Diare intraktabel, merupakan diare yang dalam waktu singkat (misalnya 1-3 bulan) dapat timbul berulang kali.

4. Prolonged diare, adalah diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.

5. Chronic non Spesific diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun malabsorpsi.

2.6.3. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila persitaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yanng selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.


(46)

Secara etiologi diare dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi, alergi, reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare berdasarkan proses patofisiologis enteric infection, yaitu membagi diare atas mekanisme inflammatory, non inflammatory dan penetrating (Zein, 2011).

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan: 1. Akibat bakteri

2. Akibat virus 3. Malabsorsi 4. Alergi 5. Keracunan

2.6.5. Gejala dan Tanda Diare

Menurut Hossain dan Gupta (2002) gambaran klinis pasien mengalami peningkatan frekuensi, keenceran atau volume tinja yang dikeluarkan dibandingkan dengan pola yang biasa. Tinja dapat bersifat terlalu encer atau mengandung darah, lendir, nanah atau kelebihan bahan berlemak. Kondisi ini tentu dapat mengakibatkan dehidrasi, hilangnya elektrolit, shock dan kolaps sebagai komplikasi yang ditimbulkan.

Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai mual dan muntah. Tetapi gejala lainya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung, dan perut berbunyi (Zulkoni,2011)

Menurut Widoyono (2008) beberapa gejala dan tanda diare antara lain : 1. Gejala umum


(47)

a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis bahkan gelisah

2. Gejala spesifik

a. Vibrio Cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis b. Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan, 1. Dehidrasi

Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang, atau berat.

2. gangguan sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah.

3. Gangguan asam-basa

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan pH arteri. 4. Hipoglikemia( kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi. Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum


(48)

diketahu, kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk kedalam cairan intraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma. 5. Gangguan gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makana dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)

Menurut Zein (2011), penyakit diare dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi.

a. Diare akibat infeksi

Diare infeksi dapat disebabkan oleh : 1. Virus

Virus merupakan penyebab diare terbanyak pada anak ( 70 – 80% ). Beberapa virus penyebab diare adalah

a) Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia. Serotype 3 dan 4 terdapat pada hewan dan manusia. Dan serotype 5, 6 dan 7 hanya didapati pada hewan.

b) Norwalk virus ; dapat terdapat pada semua usia, umumnya akibat foodborne atau waterborne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan dari orang ke orang. c) Astrovirus, dapat dijumpai pada anak-anak dan dewasa

d) Adenovirus (tipe 40, 41) e) Small bowel structured virus f) Cytomegalovirus

2. Bakteri


(49)

a) Enterotoxigenic E.coli (ETEC)

Bakteri ini mempunyai dua virulensi yang penting, yaitu faktor kolonisasai yang menyebabkan bakteri ini melekat pada eritrosit pada usus halus, dan enterotoksin heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan eletrolit yang menghailkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan pada brush border atau menginvasi mukosa.

b) Enterophatogenic E.coli (EPEC)

Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan bakteri ini belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membran mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbs dan aktifitas disakaridase.

c) Enteroaggregative E.coli (EAggEC)

Sifat bakteri ini adalah melekat pada usus halus dan dapat menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Begaimana terjadinya diare oleh bakteri ini belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan.

d) Enteroinvasisve E.coli (EIEC)

Bakteri ini secara serologi dan biokimia mirip dengan shigella. Seperti shigella, bakteri EIEC dapat melakukan penetrasi dan multifikasi di dalam sel epitel kolon.

e) Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)

EHEC mampu memroduksi verocytoxin (VT) 1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang dapat menimbulkan edema dan pendarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolyticuremic syndrome.


(50)

f) Shigella spp.

Bakteri Shigella dapat menginvasi dan melakukan multifikasi di dalam sel epitel kolon, sehingga menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Kuman Shigella jarang masuk kedalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide sel wall antigen yang mempunyai aktivitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea. g) Campylobacter jajuni (helicobacter jejuni)

Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan melalui kontak makanan yang terkontaminasi seperi daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person. C.jejuni mungkin dapat menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang dihasilkannya, yiatu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.

h) Vibrio cholera 01 dan V.cholerae 0139

Apabila air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri ini akan dapat menularkan kolera. Penularan melalui orang ke orang jarang terjadi. V. cholera melekat dan berkembangbiak pada mukosa usus halus dan menghasilkan enteroktoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Terkahir ditemukan bahwa adanya enterotoksin yang lain yang memunyai karakterik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin


(51)

(ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.

i) Salmonella ( non thypoi )

Bakteri salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotksin yang dihasilkan dapat menyebabkan diare bila terjadi kerusakan pada mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea.

3. Protozoa

Ada beberapa jenis protozoa yang dapat menyebabkan diare, yaitu : a) Gradia lamblia

Parasit ini dapat menginfeksi usus halus. Mekanisme patogenasisnya belum jelas, tapi dipercayai memengaruhi absorbs dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host- parasit dipengaruhi oleh umur, status nutrisi, endemisitas dan status imun. Di daerah dengan endemisitas yang tinggi, gradiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas yang rendah dapat terjadi wabah dalam 5-8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mula, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan fatty stools, nyeri perut dan gembung.

b) Entamoeba histolytica

Prevalensi disentri amoeba ini bervariasi, namun penyebarannya dapat terjadi di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur ,dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90 % infeksi asimtomatik yang disebabkan


(52)

E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten samapai disentri yang fulminant.

c) Cryptosporidium

Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis terjadi 5-15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan pada anakyang lebih besar serta dewasa gejalanya bersifat asimtomatik. Gejala klinis berupa diare akut dengantipe watery diarrhea ringan dan biasanya self-llimited. Pada penderita dengan gangguan system kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis disease merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotic.

d) Microsporidium spp e) Isospora belli

f) Cyclospora cayatanensis 2.7. Pencegahan diare

Hindari zat yang mengganggu usus, perawatan yang tepat dan penanganan kondisi yang dapat menyebabkan diare, perbaikan kesehatan pribadi dan kesehatan makan harus terkontrol setidaknya membatasi terjadinya diare.

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain:

1. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah “3 tidak”, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa

2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk memastikan sebagian besar kuman penyakit.


(53)

3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar (BAB).

4. Memberikan ASI pada anak samapai berusia dua tahun 5. Menggunakan jamban yang sehat

6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar. 2.8. Pengobatan Diare

Untuk penanganan kondisi kasus yang sangat akut membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit sesegera mungkin. Semua jenis makanan melalui mulut dapat ditahan atau dibatasi selama 24 jam. Dalam kasus lain, pemberian larutan air garam rehidrasi oral akan sangat membantu. Bila hidrasi tidak cukup, maka pengganti cairan dan elektrolit melalui infus intravena harus dapat pertimbangan. Pasien diberikan antidiare oral.

Dasar pengobatan diare adalah :

a) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberianya. 1. Cairan per oral dengan diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa.

b) Pengobatan dietetik

untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:

a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh. b. Makanan setengah padat ( bubur atau makanan padat nasi tim).

c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan c) Obat-obatan


(54)

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lainya.

2.9. Kerangka Konsep

Gambar 2.5 : Kerangka konsep 2.10. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara pendidikan dengan kepemilikan jamban keluarga 2. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kepemilikan jamban keluarga 3. Ada hubungan antara pendapatan dengan kepemilikan jamban keluarga 4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga

Kejadian Diare Karakteristik kepala

keluarga : - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Kepemilikan jamban keluarga

Personal Hygiene Perilaku penggunaan

jamban : - Pengetahuan - Sikap


(55)

5. Ada hubungan antara sikap dengan kepemilikan jamban keluarga

6. Ada hubungan antara kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare 7. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian diare


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan rendahnya kepemilikan jamban keluarga dan personal hygiene dengan kejadian diare di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat dengan menggunakan desain cross sectional

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan dari survei pendahuluan dimana ditemukan rendahnya kepemilikan jamban keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, dari data puskesmas Bukit Lawang didapati bahwa diare merupakan penyakit kedua terbesar dari sepuluh penyakit utama di puskesmas tersebut dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.

3.2.2. Waktu Penelitian


(57)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat dengan jumlah populasi 457 KK.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh kepala keluarga yang ada di Desa Sei Musam Kendit.

a. Besar Sampel

Perhitungan besar sample dalam penelitian ini menggunakan rumus (Vincent gasperz)

Dimana : N = Populasi keseluruhan P = Proporsi populasi= 0.5 Gp = Galat pendugaan = 0.1

Zc = Nilai derajat kepercayaan 95% = 1.96 N = Sampel/Responden


(58)

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak sederhana atau simple random sampling, dimana setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil menjadi sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden yaitu Kepala Keluarga, Data ini dapat diperoleh dengan menggunakan metode :

a. Wawancara

Dilakukan dengan menanyakan secara langsung kepada Kepala Keluarga dengan menggunakan kuesioner

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara melihat atau mengamati mengenai kondisi jamban sehat serta personal hygiene.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari Kantor Kepala Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat yaitu data demografi dan sosidemografi dan dari Puskesmas Bukit Lawang, yaitu data mengenai kesehatan masyarakat dan data kesehatan lingkungan.


(59)

3.5. Defenisi Operasional

1. Karakteristik Kepala Keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing Kepala keluarga seperti pendidikan, pekerjaan dan pendapatan terhadap penyakit di Desa Sei Musam Kendit Kecamatn Bahorok Kabupaten Langkat.

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dicapai oleh Kepala Keluarga, yaitu (tidak sekolah/tamatSD, SMP, SMA/Akademis/PT) 3. Pekerjaan adalah mata pencarian Kepala Keluarga

4. Pendapatan adalah penghasilan Kepala Keluarga setiap bulan dari hasil pekerjaan utama atau tambahan (dalam Rupiah).

5. Pengetahuan adalah kemampuan intelektual kepala keluarga tentang aspek kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan jamban

6. Sikap adalah tanggapan atau persepsi kepala keluarga terhadap keadaan jamban dalam penggunaan jamban keluarga.

7. Personal hygiene adalah pemeliharaan diri untuk menjaga kebersihan dan kesehatan diri dari penyakit diare yang meliputi penyediaan air bersih untuk mandi, cuci dan air minum, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, kebiasaan memotong kuku, menggunakan alas kaki, dan penggunaan jamban yang sehat.

8. Kepemilikan jamban adalah kepala keluarga yang memiliki jamban keluarga. 9. Kasus diare adalah Kasus atau kejadian penyakit diare yang terjadi dalam 6 bulan

terakhir dengan diagnosa adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (minimal tiga kali atau lebih dalam sehari) atau adanya keterangan dari medis /


(60)

paramedis yang diperkirakan penyebabnya adalah karena, infeksi saluran pencernaan oleh bakteri penyebab penyakit diare.

3.6. Aspek Pengukuran

Adapun variabel yang akan dilakukan pengukuran adalah sebagai berikut: 1.Variabel Pendidikan.

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dicapai oleh Kepala Keluarga, yaitu (tidak sekolah/tamatSD, SMP, SMA/Akademis/PT). 2. Variabel Pekerjaan.

Pekerjaan adalah mata pencarian Kepala Keluarga yaitu, PETANI, PEDAGANG, dan lain-lain.

3. Variabel Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan Kepala Keluarga setiap bulan dari hasil pekerjaan utama atau tambahan (dalam Rupiah) Yaitu, (1. Rendah < Rp. 1.000.000,- 2). sedang ≥ Rp 1.000.000-Rp 2.000.000,- 3). tinggi ≥ Rp 2.000.000,-)

4. Variabel Pengetahuan

Pengetahuan ditentukan berdasarkan jumlah pertanyaan dalam instrumen kuisioner yang tersedia pada lampiran yaitu dengan memilih menjawab semua pertanyaan dengan pilihan jawaban a, b, dan c. “a” (diberi skor 2), jawaban “b” (diberi skor 1), “c” ( diberi skor 0 ). Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari pertanyaan maka total nilai maksimal adalah 30. Berdasarkan skala likert (Sugiono, 2007) pengetahuan responden dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal, sebagai berikut :


(61)

b. Kurang Baik, jika skor yang diperoleh responden < 65% 4. Variabel Sikap

Sikap responden diukur dengan menggunakan skala ordinal dari 15 pertanyaan dengan total skor 30, alternatif jawaban “setuju”diberi skor 2, “kurang setuju”diberi skor 1 “tidak setuju” diberi skor 0. Berdasarkan skala likert (Sugiono, 2007) sikap responden dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal, yaitu :

a. Baik, Jika skor yang dipersoleh responden > 65% b. Kurang Baik, jika skor yang diperoleh responden < 65% 5. Variabel Personal Hygiene

Untuk mengetahui personal hygiene responden diajukan 10 (sepuluh) pertanyaan dari nomor 1-10 dengan item jawaban selalu, kadang-kadang, dan tidak dengan skor tertinggi adalah 20. Jawaban selalu bernilai 2, jawaban kadang-kadang bernilai 1 dan jawaban tidak bernilai 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh kemudian diklarifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

1. Personal hygiene buruk apabila skor jawaban < 75% nilai keseluruhan atau memperoleh skor < 16

2. Personal hygiene baik apabila skor jawaban > 75% nilai keseluruhan atau memperoleh skor > 16 (Riduwan, 2007)

6. Variabel Kepemilikan Jamban Keluarga

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi dalam 2 kategori yaitu:

1. Ada 2. Tidak Ada


(62)

3.7. Tehnik analisa data 3.7.1. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan dilanjutkan dengan bantuan komputer. Jenis analisis yang dilakukan adalah :

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variable terikat. Untuk mengetahui ada tidaknya kemaknaan dilakukan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Sei Musam Kendit 4.1.1. Keadaan Geografis

Lokasi penelitian ini adalah Desa Sei Musam Kendit merupakan suatu Desa yang terdapat di Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Desa Sei Musam Kendit memiliki empat Dusun antara lain Dusun I Sei Musam Kendit, Dusun II Sei musam Kendit, Dusun III Mayang Serkat, dan Dusun IV Nambeling. Kondisi daerah berbukit, berbatu-batu, perkebunan karet, dan kelapa sawit.

Desa Sei Musam Kendit memiliki luas wilayah 968 Ha dengan batas-batas wilayah yaitu Sebelah utara berbatasan dengan Desa Musam Pembangunan, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tangkahan, Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bukit Lawang dan Sebelah barat berbatasan dengan Desa Air Tenang

4.1.2. Keadaan Demografi/ Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Sei Musam Kendit berdasarkan sensus penduduk adalah berjumlah 1,745 jiwa yag terdiri dari laki-laki 896 jiwa, dan perempuan 849 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 457 KK.

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap, kepemilikan jamban, personal hygiene dan kejadian diare.


(64)

4.2.1. Pendidikan Responden

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Kepala Keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

Pendidikan Jumlah %

Tidak Sekolah 3 3,4

SD SMP SMA AKADEMIS/PT 45 25 12 2 51,7 28,7 13,8 2,3

Jumlah 87 100

Berdasarkan Tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut pendidikan kepala keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat lebih banyak SD sebanyak (51,7%). Hal ini disebabkan karena di desa sei musam kendit kecamatan bahorok hanya ada sekolah dasar (SD), sulitnya akses keluar masuk desa seperti angkutan umum yang hanya ada sekali dalam sehari, kondisi jalan yang rusak sehingga warga desa Sei Musam Kendit malas atau enggan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi yang berada di luar Desa Sei Musam kendit. Selanjutnya faktor ekonomi yang tidak mendukung untuk membiayai pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

4.2.2. Pekerjaan Responden

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

Pekerjaan Jumlah %

Petani 74 85,1

Pedagang 13 14,9

Jumlah 87 100

Berdasarkan Tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut pekerjaan di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten


(65)

Langkat umumnya petani sebanyak (85,1%) hal ini dikarenakan di desa sei musam kendit pada umumnya perkebunan kelapa sawit dan karet dengan luas wilayah 968 Ha. Ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas untuk bertani kelapa sawit dan karet merupakan kegiatan yang bisa dilakukan di Desa Sei Musam Kendit pada saat ini, rata-rata ketersediaan lahan pertanian dari warisan keluarga sehingga mereka melakukan kegiatan bertani untuk kehidupan sehari-hari. Dengan tingkat pendidikan yang rendah kemungkinan untuk dapat pekerjaan lain yang memerlukan keahlian sangat kecil.

4.2.3. Pendapatan Responden

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

Pendapatan Jumlah %

1.Rp. < 1.000.000 22 25,3

2.Rp. 1.000.000-2.000.000 3.Rp. >2.000.000

60 5

69,0 5,7

Jumlah 87 100

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut pendapatan di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat sebagian besar Rp. 1.000.000-2.000.000 sebanyak (69,0%) hal ini dikarenakan di Desa Sei Musam Kendit pada umumnya bekerja sebagai petani kelapa sawit dan karet, hasil dari partanian mereka di jual dalam satu minggu sekali dengan harga yang tidak menentu dimana harga jual naik maka para petani mendapatkan untung yang lebih sebaliknya harga jual turun dari harga rata-rata maka pendapatan para petani menurun. para petani hanya menopang pendapatan untuk kehidupan sehari-hari hanya dari hasil pertanian mereka.


(66)

4.2.4. Pengetahuan Responden

Tabel 4.4. Distribusi Menurut Pengetahuan Responden di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

No Indikator dan jawaban aspek pengetahuan Jumlah % 1 Apa yang anda ketahui tentang jamban ?

a. Ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran

b. Tempat buang air besar c. Tidak tahu

38 49 0 43,7 56,3 0

Jumlah 87 100

2 Apakah manfaat jamban bagi keluarga?

a. Untuk melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

b. Mencegah penularan penyakit c. Tidak tahu

39 31 17 44,8 35,6 19,5

Jumlah 87 100

3 Apa yang anda ketahui tentang diare

a. Buang air besar dalam bentuk tinja cair lebih dari tiga kali dalam satu hari

b. Buang air besar dalam bentuk air c. Tidak tahu

49 32 6 56,3 36,8 6,9

Jumlah 87 100

4 Bagaimana jamban yang memenuhi syarat kesehatan? a. Mempunyai saptic tank dan tersedia air bersih b. Jenis jamban leher angsa

c. Tidak tahu

41 24 22 47,1 27,6 25,3

Jumlah 87 100

5 Apakah Bapak/Ibu tahu apa penyebab diare? a. Kuman

b. Tidak sering mencuci tangan sebelum makan c. Tidak tahu

45 24 18 51,7 27,6 20,7

Jumlah 87 100

6 Bagaimana Jamban yang sehat?

a. Mempunyai ruangan (kamar kakus), ventilasi, lampu, air, dan alat pembersih

b. Terbuat dari bahan keramik agar mudah dibersihkan

c. Tidak tahu

42 22 23 48,3 25,3 26,4

Jumlah 87 100

7 Penyakit apa yang timbul jika tidak menggunakan jamban ?


(1)

Gambar 5 : kondisi jamban keluarga di desa sei musam kendit


(2)

(3)

Gambar 9 : kondisi kandang ternak dibelakang rumah


(4)

Gambar 11 : kondisi jamban keluarga


(5)

(6)

Gambar 13 : kondisi jamban keluarga


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan dan Keadaan Jamban Keluarga Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2001

2 66 46

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengadaan Jamban Keluarga Di Desa Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Tahun 1999

1 35 108

Peningkatan Cakupan Kepemilikan Jamban Setelah Pemberian Stimulan Jamban Di Desa Kesehatan Keluarga Dan Gizi (KKG) Wilayah Kerja Puskesmas Pajar Bulan Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Bengkulu Selatan

2 70 97

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA REMBANG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2014

2 7 113

FUNGSI SEMBUR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOBATAN TRADISIONAL PADA MASYARAKAT KARO DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT.

0 2 24

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Jatisobo Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

0 3 16

III. PENDIDIKAN TERAKHIR - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan Jamban Keluarga di Desa Sipange Julu Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013

1 3 31

Lampiran I KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014 Karakteristik Responden

0 0 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sanitasi Dasar - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya Kepemilikan Jamban Keluarga Dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 33

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 15