Nyeri Kronis Pasca Bedah

26

d. Nyeri Kronis Pasca Bedah

Nyeri kronis pasca bedah adalah nyeri yang menetap setidaknya selama tiga bulan setelah tindakan bedah berlangsung. Nyeri yang timbul akibat konsekuensi dari suatu keganasan atau infeksi kronis tidak termasuk dalam definisi ini. Nyeri kronis pasca bedah bisa terjadi pada operasi besar seperti amputasi, penggantian sendi, dan lain sebagainya, ataupun operasi- operasi kecil seperti operasi hernia dan vasektomi Akkaya Ozkan, 2009 Kebanyakan referensi menyebutkan kurang lebih 80 pasien mengalami nyeri pasca operasi yang pengobatannya tidak adekuat. Telah diamati bahwa 50 pasien mungkin menderita nyeri kronis pasca operasi termasuk depresi ringan dan katastropi akibat nyeri Harsoor, 2011. Nyeri kronis pasca bedah terjadi melalui mekanisme kompleks yang belum jelas. Berbagai mekanisme bertanggung jawab atas sindroma nyeri yang berbeda, bahkan setelah suatu tindakan operasi yang sama Akkaya Ozkan, 2009. Saat ini banyak data dari berbagai penelitian mengenai seberapa sering kejadian nyeri kronis pasca operasi. Tabel 2.1 menyajikan salah satu contoh dari penelitian tentang data kejadian nyeri kronis pasca operasi dari berbagai macam prosedur pembedahan. Tetapi, dari berbagai penelitian, estimasi seberapa sering kejadian nyeri kronis pasca operasi dari masing- masing prosedur sangat lebar, sebagai contoh, mastektomi 20-30, amputasi 50-85, histerektomi 5-30, bedah jantung 30-55, hernia 5- 35, dan torakotomi 5-65 Niraj Rowbotham, 2011 commit to user 27 Nyeri kronis pasca bedah dapat disebabkan oleh inflamasi yang sedang berlangsung maupun sebagai manifestasi nyeri neuropatik akibat cedera saraf perifer besar pada saat tindakan bedah. Pada nyeri yang disebabkan oleh inflamasi terjadi peningkatan kepekaan rasa sakit sebagai respon terhadap cedera jaringan dan inflamasi. Hal ini terjadi akibat pelepasan mediator inflamasi, yang kemudian menurunkan ambang nosiseptor penginervasi jaringan yang mengalami inflamasi tersebut sensitisasi perifer. Bila terjadi peningkatan rangsangan eksitabilitas neuron sistem saraf pusat sensitisasi sentral, nyeri inflamasi dapat timbul sebagai respon berlebihan terhadap input sensoris biasa. Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang timbul setelah cedera saraf dan sistem transmisi sensorik di sumsum tulang belakang dan otak Akkaya Ozkan, 2009. commit to user 28 Tabel 2.1. Perkiraan kejadian nyeri kronis pasca bedah Sumber : Niraj Rowbotham, 2011. Dalam praktek klinis, sebagian besar nyeri kronis pasca bedah merupakan nyeri neuropatik. Cedera saraf utama yang melewati lokasi operasi merupakan salah satu prasyarat terjadinya nyeri kronis pasca bedah. Pada sekelompok kecil pasien, respon peradangan kontinu dapat memberikan kontribusi terhadap timbulnya nyeri inflamasi persisten, misalnya nyeri yang terjadi setelah operasi hernia inguinalis mesh. Berdasarkan temuan elektromiografi setelah dilakukan torakotomi, terdapat cedera saraf interkostal di sekitar tempat insisi hingga 50-100. Selain itu, tingkat kerusakan saraf, yang dinilai berdasarkan adanya perubahan ambang sensorik dan respon somatosensori terhadap rangsangan listrik pada daerah commit to user 29 bekas operasi torakotomi, berkorelasi dengan intensitas nyeri kronis Akkaya Ozkan, 2009. Namun, terdapat penelitian klinis yang bertentangan dengan penelitian di atas. Maguire et al . dalam Taylan Derya 2009 melakukan uji elektrofisiologi terhadap pasien yang akan dilakukan torakotomi sebelum, segera setelah operasi, minggu ke enam pasca operasi dan bulan ketiga pasca operasi. Mereka tidak menemukan adanya hubungan antara cedera saraf interkostal dan nyeri kronis. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sistem saraf pusat dan perifer untuk mengetahui pada tingkat mana suatu lesi dapat menimbulkan neyri neuropatik melalui cedera saraf serta cedera jaringan selain saraf yang rawan menimbulkan nyeri neuropatik Akkaya Ozkan, 2009. Strategi yang bagus untuk mencegah terjadinya nyeri kronis pasca bedah adalah dengan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab meningkatnya kejadian nyeri kronis pasca bedah. Jika ini bisa dilakukan, maka intervensi yang spesifik bisa kita lakukan. Beberap faktor yang yang dilaporkan berhubungan dengan terjadinya nyeri kronis pasca bedah adalah : a. Nyeri praoperasi Beratnya nyeri sebelum operasi telah menunjukkan di beberapa penelitian berhubungan dengan timbulnya yeri kronis pasca bedah. Hal ini pertama kali dikemukakan sehubungan dengan phantom limb pain setelah amputasi. Disebutkan juga terdapat hubungan yang kuat pada perpustakaan.uns.ac.id commit to user 30 prosedur pembedahan hernia dan torakotomi Niraj Rowbotham, 2011. Dalam penelitian pada pasien yang menjalani operasi hernia, Page et al . menemukan bahwa sekitar seperempat dari seluruh jumlah pasien tidak merasakan sakit saat beristirahat sebelum operasi hernia, setengah jumlah pasien merasakan sakit ringan, dan sisanya merasakan nyeri ringan sampai sedang saat beristirahat sebelum operasi Akkaya Ozkan, 2009. b. Cedera syaraf Lesi pada syaraf perifer juga sering dikaitkan dengan kejadian nyeri kronis pasca bedah. Hal ini faktor yang paling penting pada beberapa penelitian pasca torakotomi, dan kejadian kerusakan syaraf telah memperlihatkan sebagai prediksi yang signifikan setelah hernia repair. Kerusakan syaraf sering berhubungan dengan tanda klasik dari nyeri neuropatik Niraj Rowbotham, 2011. c. Proses inflamasi yang menetap Trauma pembedahan menghasilkan pelepasan dari berbagai macam mediator inflamasi seperti prostaglandin, sitokin dan hal ini dapat mensensitisasi aferen sensoris dan menyebabkan nyeri. Biasanya proses ini berkurang seiring dengan penyembuhan luka. Dalam beberapa kasus, dikatakan bahwa proses inflamasi ini menetap contohnya proses inflamasi disekitar mesh yang dipasang pada herniarepair, menyebabkan perubahan plastisitas di medula spinalis. Mekanisme ini sebenarnya commit to user 31 bukan merupakan faktor penyebab pada kebanyakan pasien dengan nyeri kronis pasca bedah Niraj Rowbotham, 2011. d. Kuatnya nyeri pada awal pasca operasi Kuatnya nyeri pada awal pasca operasi menjadi hal yang sangat penting pada beberapa situasi. Efek yang diberikan juga bervariasi tergantung prosedur yang dijalani. Sebagai contoh, nyeri yang berlangsung selama 30 hari pasca operasi dilaporkan menjadi prediktor yang signifikan pada operasi hernia repair , tetapi penelitian lain pada torakotomi hal itu tidak terjadi Niraj Rowbotham, 2011. Banyak penelitian terhadap nyeri kronis pasca bedah mempublikasikan tentang pentingnya perawatan adekuat nyeri pasca operasi pada periode akut Akkaya Ozkan, 2009. e. Faktor genetik Dalam populasi umum, kepekaan terhadap nosiseptif fisiologis dan nyeri klinis dapat berbeda pada masing-masing individu. Dengan demikian, dalam generasi yang berbeda serta tingkat pengalaman merasakan nyeri yang berbeda, masing-masing individu dapat memperlihatkan respon yang berbeda pula Akkaya Ozkan, 2009. f. Faktor Pembedahan Beberapa faktor bedah penting yang mungkin berkaitan dengan terjadinya nyeri kronis pasca bedah, yaitu: durasi operasi, teknik bedah laparoskopi vs bedah terbuka, lokasi dan jenis sayatan, pengalaman ahli bedah, dan tempat di mana intervensi bedah dilakukan. Peters et al . perpustakaan.uns.ac.id commit to user 32 menemukan lebih banyak nyeri kronis yang terjadi setelah operasi lama yang berlangsung lebih dari 3 jam Akkaya Ozkan, 2009. g. Faktor Psikososial Terdapat banyak artikel yang berhubungan dengan efek faktor psikososial pada nyeri pasca operasi akut. Katz et al . menyimpulkan bahwa kecemasan pra operasi adalah faktor risiko dalam terbentuknya nyeri sampai 30 hari setelah operasi payudara. Insiden nyeri pasca operasi akut dipengaruhi oleh catastrophization Keyakinan negatif dan respon berlebihan Akkaya Ozkan, 2009.

e. Proses Penyembuhan Luka