Khalayak Mempunyai Penafsiran Tersendiri Atas Berita. Khalayak
bukan dilihat sebagai subjek yang pasif.Ia juga subjek yang aktif dalam menafsirkan apa yang dia baca. Dalam bahasa Stuart Hall dalam Eriyanto,
2005:36, makna dari suatu teks bukan terdapat dalam pesanberita yang dibaca oleh pembaca.Makna selalu potensial mempunyai banyak arti polisemi.Makana
lebih tepat diapahami bukan sebagai transmisi penyebaran dari pembuat berita ke pembaca.Ia lebih tepat diapahami sebagai suatu praktik penandaan. Karenanya,
setiap orang bisa mempunyai pemaknaan yang berbeda atas teks yang sama. Kalau saja ada makna yang dominan atau tunggal, itu bukan berarti makna
terdapat dalam teks, tetapi begitulah praktik penandaan yang terjadi.
II.5. ANALISIS FRAMING
Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang
yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian
mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut Sobur,2004: 162.
Framing adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan
sedemikian rupa
untuk ditampilkan
kepada khalayak
pembaca.Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik khalayak pembaca. Frame media pada dasarnya tidak
berbeda jauh dengan frame dalam pengertian sehari-hari yang sering kita lakukan. Frame media adalah bentuk yang muncul dari pikiran kognisi, penafsiran dan
penyajian dari seleksi dan penekanan dengan menggunakan simbol-simbol yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan secara teratur dalam wacana yang terorganisir baik dalam bentuk verbal maupun visual.
Ada dua aspek penting dalam framing.Pertama, memilih faktarealitas. Proses memilih fakta ini didasarkan kepada asumsi, wartawan tidak mungkin
melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan, yaitu apa yang dipilih included dan apa yang dibuang excluded.
Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan
melupakan aspek lainnya. Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda kalau media
menekankan aspek atau peristiwa yang lain.Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak.
Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu penempatan yang menyolok, pengulangan, pemakaian grafis
untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol
budaya, generalisasi simplifikasi dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas. Prinsip analisis framing menyatakan
bahwa terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi-dimensi tertentu dari fakta yang terberitakan dalam media. Fakta tidak ditampilkan secara apa
adanya, namun diberi bingkai frame sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifik.
Jadi, analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses
Universitas Sumatera Utara
konstruksi yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi
penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media. Dalam penelitian ini model framing yang digunakan adalah model
”pisau analisis
” framing Robert Entman. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh
media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada
isu yang lain. Framing memberi tekanan pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan
dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks.Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan membuat informasi lebih terlihat jelas,
lebih bermakna atau lebih mudah diingat oleh khalayak. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu: seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta, sedangkan penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu
berkaitan dengan penulisan fakta. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain dan
menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan strategi wacana- penempatan yang mencolok menempatkan di headline depan atau bagian
belakang, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa
yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi dan lain-lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi
Universitas Sumatera Utara
berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih
diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi
khalayak dalam memahami suatu realitas. Frame berita timbul dalam dua level, yaitu:
1. Konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita.
2. Perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep,
simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra dan gambar tertentu yang memberikan makna tertentu
dari teks berita. Entman mengonsepsikan dua dimensi besar tersebut dalam sebuah
perangkat framing, yaitu, Eriyanto, 2002: 186-191: a. Defining Problems atau definisi masalah adalah elemen pertama kali dapat
kita lihat dalam analisis framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai paling utama. Di tahapan inilah awal berita dikonstruksi sehingga
dalam sebuah berita diteliti apakah yang menjadi pokok masalah terhadap sebuah isu, wacana atau peristiwa yang diliput, diberitakan dan peristiwa
dipahami oleh wartawan. b. Diagnose Causes atau memperkirakan sumber masalah adalah bagaimana
sebuah media membungkus siapakah aktor atau pelaku yang menyebabkan sebuah masalah timbul. Di sini penyebab bisa berarti apa what, tetapi
Universitas Sumatera Utara
bisa juga aspek siapa who. Bagaimana peristiwa dipahami tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena
itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.
c. Make Moral JudgementEvaluation atau keputusan moral adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argumen atas
pendefinisian masalah yang telah dibuat, ketika masalah dan penyebab masalah telah ditentukan, maka dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk
mendukung gagasan tersebut. d. Treatment Recommendation atau menekankan penyelesaian merupakan
elemen framing yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Sebuah pesan moral baik secara eksplisit atau implisit
bagaimana seharusnya sebuah masalah atau peristiwa itu diselesaikan, ditanggulangi, diantisipasi dan dihindari.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN III.1.1. SEJARAH DAN PROFIL SINGKAT METRO TV
Universitas Sumatera Utara