Analisis semiotika acara provocative proactive di metro episode Indonesia S.O.S (save our selves) s

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Kurnia Fajrianti NIM : 107051102455

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Maret 2011


(3)

(4)

(5)

i

Analisis Semiotika Program Acara Provocative Proactive Di Metro Tv “Episode Indonesia S.O.S” (Save Our Selves)

Lahirnya media massa merupakan salah satu kemajuan dari dunia informasi dan komunikasi. Media massa menyebarkan pesan-pesan yang mampu mempengaruhi khalayak yang mengonsumsinya dan mencerminkan kebudayaan masyarakat, dan mampu menyediakan informasi secara simultan ke khalayak yang luas dan membuat media menjadi bagian dari kekuatan institusional dalam masyarakat. Metro Tv misalnya, dengan salah satu program newsnya, Provocative Proactive, adalah salah satu program acara talkshow yang membicarakan tentang kehidupan perpolitikan, yang sangat berani mengangkat atau mengungkap isu-isu sensitif yang terjadi di Indonesia dalam menginformasikan dari keempat host dengan gaya bahasa yang berani untuk menyampaikannya kepada masyarakat, terutama pada pemirsanya.

Kemudian, pertanyaan yang terbersit adalah: bagaimana representasi makna dari 4 (empat) pembawa acara (host) dan gaya bahasa yang ditampilkan dari masing-masing host? sign atau tanda-tanda apa yang terdapat dalam program acara Provocative Proactive? serta bagaimanakah analisis interpretant peneliti terhadap tanda-tanda tersebut?

Teori semiotika menurut Pierce merupakan sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda, tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri, sejauh yang terkait dengan pikiran manusia.

Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

Dengan melakukan analisis dan pencarian data melalui pengamatan dan dokumentasi, maka dapat disimpulkan bahwa Provocative Proactive memberikan kritik dalam bentuk peran-peran yang dimainkan oleh host yang mewakili keadaan di masyarakat dengan memasukkan bagian lain dari penyampaian pendapat melalui sebuah pesan dengan penambahan unsur karakter, sehingga pemirsa dapat menginterpretasikan suatu masalah.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan saran dari berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, penulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya, yang secara khusus kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Rubiyanah, MA. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan.

3. Bapak Rulli Nasrullah, M.Si. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis, saran serta motivasi selama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya Kang.

4. Dosen dan Karyawan di Lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya untuk Bapak Sudirman Tebba.


(7)

iii

5. Khusus untuk Almarhum Ayah H. Syarif Hidayat yang sekuat tenaga memberikan pendidikan kepada penulis hingga penulis bisa menyusun skripsi ini, tanpa ayah penulis tak berarti apa-apa. Terima kasih ayah kau penerang disetiap langkahku.

6. Mama tersayang Hj. Ida Fathiyah yang selalu memberikan semangat penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih mama untuk semangatnya, materi dan motivasi kepada penulis.

7. Ketiga kakaku: M. Idham Syahid, S.HI, Yeni Aulia Hildayati, M. Anshori, dan adikku M. Dimyati Syahid Amani. Kakak iparku Citra Syahrina dan M. Hadi Wibowo. Terima kasih untuk semangatnya kepada penulis. Ponakanku Ravan El-Firas Syahid. Terima kasih untuk keceriaannya. 8. Khusus untuk M. Irfan Hardiansyah, S.E.Sy. Terima kasih beb untuk

semangatnya, bantuannya, tenaga dan pikirannya untuk penulis dalam penelitian ini. “Because of you, I can did it fast.”

9. Keluarga besar H. Gesang Rahardjo dan Mama Tri. Terima kasih untuk motivasinya dan doanya untuk penulis.

10.Sahabat-sahabatku sedari MTs, MAN hingga sampai sekarang kita selalu bersama: Eva, Zie, Ania, Rizka, Uchay, Melani, Hana. Terima kasih sahabatku sayang untuk motivasinya.

11.Untuk Six Sense. Silvia, Lola, Tya, Nunu, Nana. Beribu ucapan terimakasih untuk semangat dan kebersamaan kalian selama masa perkuliahan. “Stay together, and still be the best for the people around us.”


(8)

iv

12.Jurnalistik angkatan 2006 kak Agnes, kak Jendral dan kak Novi, kak Mimi. Terima kasih untuk bantuannya kepada penulis pada saat detik-detik terakhir pendaftaran sidang dan wisuda. Terutama untuk kak Yiqi yang setia membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih banyak kak.

13.Kawan-kawan Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2007, Zahra, Zeto, Ririn, Cahya, Mauwa, Ditha, Zabrina, Yanti, Ika, Dodo, Alan, Anay, Ajat, Era, Miral, Kiki, Taufiq, Wahyu, Ibenk, Rezza, Ipunk, Fajar, Helmi. Terima kasih atas kebersamaannya, penulis bangga menjadi bagian dari kalian. Tetap berjuang dan tetap semangat.

Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat menambah keilmuan terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan perbaikan pada penelitian-penelitian dengan tema yang sama selanjutnya. Atas segala perhatian, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis


(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Semiotika ... 10

1. Pengertian Semiotika ... 10

2. Objek dan Ruang Lingkup Semiotika ... 17

3. Fungsi Semiotika ... 19

4. Kesimpulan Teori Semiotika Menurut Pierce. ... 20

B. Semiotika Televisi ... 22

1. Pengertian Semiotika Televisi... 22

C. Bahasa Media ... 27


(10)

vi

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Metro Tv ... 30

1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Metro Tv ... 30

2. Misi dan Visi Metro Tv ... 32

3. Sekilas Program Metro Tv ... 34

4. Kategori Program Metro Tv ... 34

B. Gambaran Umum Acara Provocative Proactive... 39

BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Semiotika 4 (Empat) Tokoh Host Acara Provocative Proactive ... 42

1. Pandji Pragiwaksono di Provocative Proactive ... 42

a. Biografi Pandji Pragiwaksono ... 55

2. Raditya Dika di Provocative Proactive... 58

b. Biografi Raditya Dika ... 62

3. Ronald Suraprada ... 65

c. Biografi Ronald Surapradja ... 68

4. Joshua Matulessy alias J Flow ... 70


(11)

vii

1. Gantyo ... 75

2. Berry Nahdian ... 80

3. Dik Doank ... 85

C. Analisis Hasil Penelitian... 91

D. Sisi Positif dan Negatif pada Acara Provocative Proactive Episode Indonesia S.O.S (Save Our Selves) ... 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(12)

1 A.Latar Belakang Masalah

Pada dekade ini, komunikasi telah sampai pada suatu tingkat di mana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak. Dalam bahasa Dovifat (1967), teknologi komunikasi mutakhir ini telah menciptakan apa yang disebut “Publik dunia”.1

Gerbner (1967) pun berusaha memberi pengertian komunikasi massa yang tidak lain adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.2 Dalam pengertian itulah kita bertemu dengan beberapa istilah popular, seperti banjir komunikasi, era informasi, masyarakat informasi atau era satelit.

Media massa merupakan pusat dari kajian komunikasi massa. Lahirnya media massa merupakan salah satu kemajuan dari dunia informasi dan komunikasi. Media massa menyebarkan pesan-pesan yang mampu mempengaruhi khalayak yang mengonsumsinya dan mencerminkan kebudayaan masyarakat, dan mampu menyediakan informasi secara simultan ke khalayak yang luas, dan membuat media menjadi bagian dari kekuatan institusional dalam masyarakat.3

1

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),

Cet.ke-21, h. 186. 2

Ibid., h. 188.

3

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-18, h. 22-26.


(13)

Media massa dalam hal ini disebut pula media jurnalistik, merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa itu sendiri, secara sederhana berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media). Menurut Bittner (1986:12), sebagaimana yang dikutip oleh Asep Saeful Muhtadi, menyatakan bahwa komunikasi massa dipahami sebagai “messages communicated through a mass medium to a large

number of people,” suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada

sejumlah orang yang tersebar di tempat-tempat yang tidak ditentukan. Jadi, media massa adalah suatu alat transmisi informasi, seperti koran, majalah, buku, radio, dan televisi, atau suatu kombinasi bentuk-bentuk media itu.4

Media televisi tampaknya telah diasosiasikan dengan pesan (yang berbeda dan selalu diingat), organisasi yang komplek dan besar, distribusi (sumber universal bagi semua), teknologi tinggi dengan profesi baru (pembuat berita/cerita televisi), bintang televisi serta pembawa acara televisi. Pendidikan masyarakat yang semakin baik, diharapkan sebagai penangkal masuknya unsur-unsur negatif dari media televisi (isi acara). Melihat kenyataannya banyaknya berbagai acara maka secara tidak langsung, masyarakat telah terpropaganda dengan media televisi.5

Istilah talkshow adalah aksen dari bahasa Inggris di Amerika. Di Inggris sendiri, istilah talkshow ini biasa disebut chatshow. Pengertian talkshow adalah sebuah program televisi atau radio dimana seseorang ataupun group berkumpul

4

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 73.

5

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa; Sebuah Analisis Media Televisi (Jakarta: PT


(14)

bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tetapi serius, yang dipandu oleh satu moderator bahkan bisa lebih. Kadangkala, talkshow menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Di lain hal juga, seorang tamu dihadirkan oleh moderator untuk berbagi pengalaman yang unik.

Talkshow dibuat dengan tujuan tertentu kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis. Bahkan bila dibandingkan dengan jenis komunikasi massa bersifat menyampaikan berita yang aktual, talkshow dianggap jenis yang paling efektif dalam menyampaikan informasi kepada khalayak.

Provocative Proactive adalah salah satu program acara talkshow yang ada di stasiun Metro Tv. Program acara tersebut membicarakan tentang kehidupan perpolitikan, yang sangat berani mengangkat atau mengungkap isu-isu sensitif yang terjadi di Indonesia dalam menginformasikan dan menyampaikannya kepada masyarakat.

Acara Provocative Proactive pada episode “Indonesia S.O.S” (Save Our Salves) membicarakan tentang suatu kejadian alam atau bencana yang sedang terjadi di Negara kita pada penghujung akhir tahun 2010, dan penanganan bencara yang kurang tanggap dari pemerintah. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisis program acara Provocative Proactive episode ”Indonesia S.O.S” (Save Our Selves).

Penulis menilai bahwa program acara talkshow Provocative Proactive di Metro Tv sangat cocok ditonton oleh para mahasiswa yang memiliki sikap kritis


(15)

dalam masalah-masalah sensitive di negeri ini. Mengingat bahwa mahasiswa dituntut untuk memiliki sifat kritis, daya nalar dan intelektual tinggi, memiliki kreatifitas, yang diimbangi akhlak dan moral yang baik, menerima, meresap, menyaring dan memanfaatkan segala bentuk informasi yang didapat.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis bermaksud menyusun skripsi dengan judul “ANALISIS SEMIOTIKA PROGRAM ACARA PROVOCATIVE PROACTIVE DI METRO TV “EPISODE INDONESIA S.O.S” (SAVE OUR SELVES).

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

a. Repesentasi makna dari 4 (Empat) pembawa acara (Host) di program acara Provocative Proactive?

b. Sign atau tanda-tanda dalam program acara Provocative Proactive? c. Apa makna (Interpretasi) program acara Provocative Proactive? 2. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada kajian pada program acara Provocative Proactive di Metro Tv. Penelitian ini tidak menggunakan survei karena tidak meneliti efeknya terhadap pemirsa setia Provocative Proactive. Makna simbolik dalam acara Provocative Proactive yang terdapat pada penelitian ini adalah hasil dari analisa peneliti. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana makna tanda-tanda dalam acara Provocative Proactive dilihat dari perspektif analisis


(16)

semiotika, dengan membatasi pembahasan terhadap posisi pro-kontra host maupun narasumber terhadap isu yang diangkat.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui repesentasi makna dari 4 (Empat) pembawa acara (Host), dan gaya bahasa yang ditampilkan dari masing-masing host dalam program acara Provocative Proactive.

b. Untuk mengetahui sign atau tanda-tanda pada makna dari 4 (empat) pembawa acara (Host), setting tempat, dan gaya bahasa yang ditampilkan dari masing-masing host dalam program acara Provocative Proactive.

c. Untuk mengetahui hasil analisis interpetant pada tanda-tanda dalam makna dari 4 (empat) host, dan gaya bahasa yang ditampilkan dari masing-masing host dalam program acara Provocative Proactive. 2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan kajian media, terutama kajian yang berhubungan dengan media dan komunikasi massa. Selain itu kajian ini diharapkan memberikan pandangan baru dalam kajian komunikasi khususnya pada konsep acara Provocative Proactive, terutama jika dilihat dari analisis semiotik.


(17)

b. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi

awal bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain itu juga memberi masukan akademis bagi para pecinta program acara Provocative Proactive dilihat dari analisis semiotika.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pembahasan dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Untuk memperjelas analisis, maka pendekatan semiotik akan sangat membantu. Pendekatan semiotik yang penulis lakukan memakai pendekatan semiotik teori Charles Sanders Pierce (representasi, sign dan interpretasi).

2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Menurut Indriantoro dan supomo, observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subjek (orang), objek (benda-benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengam individu-individu. Data yang dikumpulkan pada umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat atau rinci, serta bebas dari respon biasa.6 Karl Weick mendefinisikan observasi sebagai pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengkodean serangkain perilaku.7 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dengan melihat langsung serta mencermati setiap tanda-tanda pada objek penelitian yakni pada video program acara

6

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 34.

7

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h.


(18)

Provocative Proactive episode Indonesia S.O.S dan penelitian berlangsung selama 3 bulan lebih, terhitung pada tanggal 4 November 2010 hingga 22 Februari 2011.

b. Dokumentasi

Definisi dokumentasi menurut kamus bahasa Indonesia adalah sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Adapun definisi lain dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan.8 Pada dasarnya dokumentasi adalah penelitian berupa mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis, baik dari buku, majalah ataupun dari media lain.

c. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah empat host yang diteliti, dan objek penelitian adalah karakteristik dari masing-masing host tersebut. Berikut adalah program acara talkshow Provocative Proactive di Metro Tv episode Indonesia S.O.S.

3. Analisis Data

Teknik analisis data adalah dengan menggunakan semiotika model Charles Sander Peirce yaitu representasi, sign dan interpretasi. Representasi ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut obyek (denotatum).

8

http://www.google.co.id/search?q=definisi+dokumentasi&hl=id&biw=1024&bih=577& prmd=ivns&tbs=clir:1,clirtl:en,clirt:en+definition+documentation.


(19)

Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda.

E.Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat sistematika penulisan sesuai dengan masing-masing bab. Penulis membaginya menjadi lima bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : KERANGKA TEORITIS

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang teori-teori yang digunakan yang sesuai dengan permasalahan.

BAB III :Gambaran Umum Metro Tv dan Program Acara Provocative Proactive.

Menguraikan sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi, target audiens dari Metro Tv, struktur organisasi dan gambaran umum program acara Provocative Proactive.


(20)

BAB IV : ANALISIS PENELITIAN

Membahas hasil penelitian yang berisi tentang tanda-tanda yang terdapat pada 4 (empat) pembawa acara (host), dan gaya bahasa yang ditampilkan dari masing-masing host pada program acara Provocative Proactive.

BAB V : PENUTUP


(21)

10 A. Semiotika

1. Pengertian Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika.1

Semiotika menurut Charles S. Pierce adalah tidak lain dari pada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda, tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri, sejauh yang terkait dengan pikiran manusia.2 Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dengan demikian, bagi Pierce semiotika adalah suatu cabang dari filsafat yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsi sebagai tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain.3

Semiotika menurut Charles Sanders Pierce adalah merupakan tentang tanda sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari logika.4 Menurutnya, dalam pengertian yang paling luas logika adalah “Pemikiran yang berlangsung melalui

1

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 11.

2

Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Buku Baik, 2008), h. 3.

3

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),

h. 33.

4


(22)

tanda”, setara dengan semiotika umum, yang tidak hanya meninjau kebenaran, tetapi juga kondisi umum tanda yang menjadi sebuah tanda. Tanda terkait dengan logika karena tanda adalah sarana pikiran sebagai artikulasi bentuk-bentuk logika.5

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), objek, dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.6

Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.7 Contohnya ialah saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedang mengomunikasi mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika Nadia Saphira muncul di film Coklat

5

Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Buku Baik, 2008), h. 4.

6

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),

h. 34.

7


(23)

Strowberi dengan akting dan penampilan fisiknya yang memikat, para penonton bisa saja memaknainya sebagai ikon wanita muda cantik dan menggairahkan.

Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantara tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian semiotika dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.8

Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya adalah mengasumsikan adanya enam factor dalam komunikasi. Yaitu: pengirim, penerima kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.9 Dalam hal ini yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisisnya pada penerimaan tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasinya, karena tujuan berkomunikasi pada hal ini tidak dipersoalkan.

Menurut Rahayu Surtiati Hidayati dalam Chistomy dan Untung Yuwono bahwa semiotika dapat dimanfaatkan oleh berbagai ilmu: arsitektur, kedokteran, sinematografi, linguistic, kesusatraan, bahkan hukum dan antropologi untuk memahami tanda. Semiotika adalah teori dan analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Pada dasarnya para semiotikus melihat kehidupan sosial dan budaya sebagai pemaknaan, bukan sebagai hakikat esensial objek.10

8

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2006), h. 15.

9

Ibid, h. 16.

10

Chitomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), h. 77-78.


(24)

Semiotika mengkaji tanda, dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda. Kemudian, semua jelas dapat menjadi tanda sehingga tidak ada yang tidak dapat untuk dijadikan topik penelitian semiotika. Dengan kata lain, perangkat pengertian semiotika dapat diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan persyaratannya terpenuhi yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan, dan ada interpretasi.

Ada dua tokoh semiotika yang perlu kita ketahui. Penulis akan memaparkan secara singkat kaitan diantara para pakar semiotika tersebut. Yaitu: Ferdinand de Saussure (1857-1913) di Swiss, dia adalah orang yang pertama kali mencetuskan gagasan untuk melihat bahasa sebagai sistem tanda.11 Ada tiga aliran yang diturunkan dari teori tanda Saussure. Pertama, semiotika komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian dari proses komunikasi. Kedua, semiotika konotasi yaitu yang mempelajari makna konotatif dari tanda. Ketiga, yang sebenarnya merupakan aliran di dalam semiotic konotasi adalah semiotik ekspansif dengan tokohnya yang paling terkenal Julia Kristeva. Dalam semiotik jenis ini, pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya karena digantikan oleh pengertian produksi arti. Tujuan semiotik ekspansif adalah mengejar ilmu total dan bermimpi menggantikan filsafat.12

Charles Sanders Pierce (1834-1914) di Amerika Serikat. Pierce juga melakukan hal yang kurang lebih sama. Ia mendefinisikan tanda sebagai yang terdiri atas representamen (secara harfiah berarti „sesuatu yang melakukan

representasi‟) yang merujuk ke objek (yang menjadi perhatian representamen),

11

Marcel Danesi, Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, cetakan 1, 2010), h. 36.

12

Chitomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), h. 82-83.


(25)

membangkitkan arti yang disebut sebagai interpretant (apa pun artinya bagi seseorang dalam konteks tertentu). Hubungan antara ketiga dimensi ini tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Pierce juga membuat tipologi 66 jenis tanda, dan mengklasifikasikannya sesuai dengan fungsi yang dimilikinya.13

Pierce mengadakan kalsifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan ada hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia.14

Teori semiotika Peirce dapat juga dikatakan sebagai teori segitiga makna (triangle meaning) Peirce yang terdiri atas sign (tanda), object (objek), dan interpretant (interpretasi). Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda

13

Marcel Danesi, Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, cetakan 1, 2010), h. 36-37.

14

Chitomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), h. 83-84.


(26)

ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan sebagai tampak dalam gambar berikut:15

Berdasarakan objeknya, Pierce membagi tanda atas ikon, indeks, dan symbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau objeknya bersifat kemiripan. Misalnya, potret dan peta indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Misalnya, asap menandakan bahwa adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan ini berdasarkan perjanjian masyarakat.16

Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya seseorang yang merah matanya bisa

15

http://wikipedia.com/2008/10/27/semiotika/ Diakses pada 20 Desember 2010, Pukul 10:22.

16

http://google.com/gambar/2009/02/12/semiotika.pierce/ Diakses pada 20 Desember 2010, Pukul 11:10.


(27)

saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, marah, atau baru bangun tidur. Dicent sign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, apabila di satu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di jalan tersebut akan dipasang rambu lalu lintas yang menandakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.17

Dalam pandangan Stephen W. Littlejohn (1996) menyebut Umberto Eco sebagai ahli semiotika yang menghasilkan salah satu teori mengenai tanda yang paling komprehensif dan kontemporer. Menurut Littlejohn, teori Eco penting karena ia mengintegrasikan teori-teori semiotika sebelumnya dan membawa semiotika secara lebih mendalam (Sobur, 2006), berbagai definisi yang diberikan Peirce lebih luas dan secara semiotic lebih berhasil. Semiotik bagi Peirce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerjasama tiga subjek, yaitu tanda (sign). Objek (object), dan interpretan (interpretant). Yang dimaksud subjek pada semiotika Peirce bukan subjek manusia, tetapi tiga entitas semiotic yang sifatnya abstrak sebagaimana disebutkan diatas, yang tidak dipengaruhi oleh kebiasaan berkomunikasi secara konkret.

Menurut Peirce, seperti dikutip Eco (1976:15), “something which stands to

somebody for something in some respect or capacity” (tanda adalah segala

sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal untuk kapasitas). Tanda bisa berarti sesuatu bagi seseorang jika hubungan yang berarti” ini diperantarai oleh intrpretan. Eco sepakat dengan Peirce

17


(28)

dalam mengartikan interpretan sebagai suatu peristiwa psikologis dalam pikiran interpreter.

Definisi Peirce tidak menuntutkualitas keadaan yang secara sengaja diadakan dan secara artificial diupayakan. Lebih dari itu, definisi Peirce bisa juga dipakai untuk gejala yang tidak dihasilkan oleh manusia. Menurut Peirce, logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran itu, dilakukan melalui tanda-tanda yang memungkinkan kita untuk berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan member makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.

2. Objek dan Ruang Lingkup Semiotika

Sebagai suatu model, semiotika memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”. Dengan demikian semiotika mempelajari hakikat tentang kebenaran suatu tanda.

Pada dasarnya pusat utama pada pendekatan semiotika adalah pada tanda. Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotika, yakni: Pertama, tanda itu sendiri.Kedua, kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun. Ketiga, kebudayaan dimana kode dan lambang itu beroperasi.

Bagi Pierce, tanda dibentuk melalui hubungan segi tiga representament tanda, yaitu bagian tanda merujuk pada sesuatu menurut cara atau berdasarkan kapasitas tertentu. Struktur semiosis oleh Pierce dibagi melalui beberapa hubungan.18

18


(29)

1). Hubungan penalaran dengan jenis penandanya :

a). Qualism: penanda yang bertalian atau dibentuk dengan kualitas. Misalnya, warna putih.

b). Sinsigns: penanda yang bertalian dengan kenyatan. Misalnya, sebuah tangisan berarti hatinya sedang bersedih, dan sebagainya. c). Legisign: penanda yang bertalian dan berbentuk dari kaidah, hukum

atau aturan. Misalnya, norma agama. 2). Hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya

a). Icon: sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Terlihat pada gambar, lukisan, atau foto.

b). Index: sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya. Misalnya, banjir sebagai tanda adanya air.

c). Symbol: sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat.

3). Hubungan pikiran dengan jenis petandanya

a). Rheme or seme: penanda yang bertalian dengan terpahaminya objek, petanda bagi penafsir. Misalnya, sebuah konsep.

b). Dicent or decisign or pheme: penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya. Misalnya, pernyataan deskriptif.


(30)

c). Argument: penanda yang pertandanya akhir bukan suatu benda melainkan kaidah sebagai sebuah nalar. Misalnya, preposisi. Kesimpulan Pierce telah menjadi rujukan paling matang bagi perkembangan semiotika pada abad berikutnya. Meskipun demikian, Pierce tetap mewakili kelanjutan pemikiran masa lampau.

3. Fungsi Semiotika

Fungsi semiotika di sini bergantung pada macam stsu jenis dari semiotika yang ada.19

a. Semiotika analitik adalah berfungsi untuk menganalisis sistem tanda. b. Semiotika deskriptif adalah berfungsi untuk memperlihatkan sistem

tanda yang dapat kita alami saat ini, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang gelap menandakan bahwa akan turun hujan. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan berbagai seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

c. Semiotika faunal adalah berfungsi untuk memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Misalnya, seekor kucing yang mengeong-ngeong itu menandakan bahwa kucing tersbut ingin meminta makanan atau ada sesuatu yang terjadi.

d. Semiotika cultural adalah berfungsi untuk menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.

19


(31)

e. Semiotika naratif adalah berfungsi untuk menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan.

f. Semiotika natural adalah berfungsi untuk menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Misalnya, kejadian Tsunami di Aceh yang membuat ratusan rumah hancur, menandakan bahwa di pantai Aceh telah terjadi gelombang air laut yang cukup dahsyat.

g. Semiotika normatif adalah berfungsi untuk menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma. Misalnya, peraturan di lalu lintas, adanya rambu-rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh pemakai jalan.

h. Semiotika sosial adalah semiotic yang khusus menelaah sistem lambang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat.

i. Semiotika struktural adalah semiotic yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

4. Kesimpulan Mengenai Teori Semiotika Menurut Peirce

Prinsip dasar dari model tanda trikotomis yang dikemukakan oleh Peirce ialah bahwa tanda bersifat representatif. Dengan prinsip dasar seperti itu, tanda menjadi sesuatu yang menjelaskan sesuatu yang lain (something that represent something else). Karenanya, Peirce menjadikan proses pemaknaan tanda mengikuti hubungan antara tiga titik berikut: representamen (R) -- object (O) -- interpertant (I). R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi (secara fisik atau mental). Pada bagian inilah, seorang manusia mempersepsi dasar (ground).


(32)

Selanjutnya, tanda ini merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya (O). Bagian ini menuntun seseorang mengaitkan dasar (ground) dengan suatu pengalaman. I sendiri merupakan bagian dari proses yang menafsirkan hubungan R dengan O. Di sinilah, seseorang bisa menafsirkan persepsi atas dasar yang merujuk pada objek tertentu.

Dengan cara pandang demikian, Peirce menjadikan tanda tidak hanya sebagai representatif, tetapi juga interpretatif (Hoed, 2002:21). Maksudnya, tanda tidak hanya mewakili sesuatu, tetapi juga membuka peluang bagi penafsiran kepada yang memakai dan menerimanya. Jadi, setiap tanda diberi makna oleh manusia dengan mengikuti proses yang disebutnya semiosis. Teori Peirce tentang tanda memperlihatkan pemaknaan tanda menjadi suatu proses kognitif dan bukan sebuah struktur. Proses seperti inilah yang disebut semiosis, yaitu suatu proses pemaknan tanda yang bermula dari persepsi atas dasar, kemudian dasar merujuk pada objek, akhirnya terjadi proses interpertan.

Penerapan dari model trikotomis Peirce ini dapat dilihat dalam contoh berikut: apabila seseorang melihat plat nomer mobil berwarna merah, maka ia melihat sebuah R yang membuatnya merujuk pada suatu O, yakni plat mobil bersangkutan. Proses selanjutnya ialah ia menafsirkannya, misalnya, bahwa mobil itu adalah milik pegawai pemerintahan atau milik pejabat (I). Pada saat tanda (plat nomer berwarna merah) ini masih dalam tataran antara R dan O, maka tanda itu masih menunjukkan identitas (dasar: identitas). Inilah nanti yang disebut dengan ikon. Selanjutnya, bila dalam kognisi pemakai tanda itu, ia menafsirkan bahwa plat nomor itu adalah „mobil dinas' (I), maka tanda seperti itu disebut lambang,


(33)

yaitu hubungan antara R dan O bersifat konvensional (seseorang harus memahami konvensi tentang hubungan antara plat mobil warna merah dengan „mobil dinas').20

Peirce secara khusus memberi perhatian pada tanda dan objek yang diacunya. Bagi Peirce, makna tanda yang sebenarnya adalah mengemukakan sesuatu. Jadi, suatu tanda mengacu pada suatu acuan, dan representasi seperti itu menjadi fungsi utamanya. Representasi juga baru dapat berfungsi apabila ada bantuan dari sesuatu (ground). Sering kali ground suatu tanda merupakan kode, namun ini tidak berlaku mutlak. Kode sendiri merupakan suatu sistem peraturan yang bersifat transindividual (melampaui batas individu) (Zoest, 1992:9). Namun demikian, banyak tanda yang bertitik tolak dari ground yang bersifat sangat individual. Seperti dikemukakan di atas, tanda juga diinterpretasikan. Jadi, tanda selalu dihubungkan dengan acuan, dari tanda yang orisinal berkembang suatu tanda baru (interpertant). Jadi, tanda selalu terdapat hubungan segitiga (ground, object, interpertant) yang satu sama lain saling terikat.

B. Semiotika Televisi

1. Pengertian Semiotika Televisi

Semiotika televisi dicirikan sebagai teks sosial. Didefinisikan sebagai sesuatu yang menjadi representasi lagi mengarahkan dan memberikan informasi masyarakat luas mengenai masalah-masalah mutakhir.21

20

http://wikipedia.com/2008/10/27/semiotika/ Diakses pada 20 Desember 2010, Pukul 10:22.

21


(34)

Televisi adalah pedang bermata dua. Pada sisi positifnya, televisi berperan sangat besar dalam melakukan perubahan penting yang sangat berarti di dalam masyarakat. Kegiatan membaca atau menonton acara televisi memerlukan tingkat refleksi kritis tertentu pada petanda yang ditampilkan, maka hal ini tidak diperlukan saat kita menonton citra-citra televisi. Hal ini mengakibatkan, seperti yang sudah ditekankan Baudrillard (1988) tentang munculnya sikap pasif dan tidak reflektif yang berlangsung umum saat manusia menerima dan memahai pesan-pesan melalui televisi. Oleh sebab itu, secara diam-diam televisi telah mengakibatkan sejenis kemalasan intelektual di dalam masyarakat secara keseluruhan.

Dari keberadaannya televisi dihadirkan menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi di belahan dunia. Dalam hal ini massa yang menjadi objek utama dari liputan media televisi.22

Terdapat beberapa aspek bentuk manusia yang diperiksa ketika kita melakukan persepsi:23

1. Simetri lateral. Seperti makhluk, manusia dimulai sebagai telur dibuahi yang mulai membagi dan melipatduakan jumlah selnya pada masing-masing pembagian lebih lanjut yang selalu terjadi di sepanjang suatu sumbu.meskipun sisi sebelah kiri tubuh tidak secara persis

22

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Media Televisi), h. 21.

23


(35)

mencerminkan sisi sebelah kanan, kita mengambil sebagai pemahaman umum bahwa anggota badan kita, organ-organ eksternal, dan banyak organ internal memiliki pasangan dan terletak pada sumbu vertikal. Kita mengalami hal ini secara langsung melalui system keseimbangan rumit yang melibatkan otak, mata, dan telinga. Pola piker (mindset) kita yang berorientasi kepada kesimetrian lebih menyukai penutup, kelengkapan, dan keseimbangan fisik. Sebagai akibatnya, desai-desain tertentu hanya bias berhasil jika simetris, dan gagal jika asimetris secara radikal.

2. Vertikalitas. Cara berdiri kita yang tegak di atas dua kaki memberikan kita pelbagai kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lain, dan gerakan kita untuk sebagai besar itu vertical. Tentu saja, bentuk manusia dapat dikenali dalam posisi tengkurap dan duduk, tetapi model mantal kita adalah model sosok yang berdiri dengan wajah menghadap ke depan (frontal). Bahkan pandangan dari samping, menurut Rudolf Arnheim, tidak menawarkan kejutan dasar apa pun, karena tidak ada perkara esensial apa pun yang tersembunyi, dan penampilan umum dari pandangan ini mewujudkan “hukum tentang keseluruhan”.

3. Diferensiasi. Hanya anak yang masih sangat mudalah yang gagal menghasilkan gambar bentuk manusia dengan batangtubuh, tetapi dia bahkan akan menambahkan tangan dan kaki pada kepala. Jelas orang dewasa memahami manusia sebagai bentuk yang dibedakan menjadi


(36)

batang tubuh, kaki dan telapak kaki, lengan, dan tangan, bahu yang membulat, leher, dan kepala.

4. Rangka dan sumbu. Orang dewasa memahami tubuh sebagai sesuatu yang didukung oleh sistem rangka, rangka tersebut pada gilirannya dilihat tidak hanya sebagai organ pertahanan yang terhadapnya jaringan lembut digantungkan, tetapi merupakan skema, begitu dikatakan, yang menggambarkan kepala dan sumbu batang tubuh, leher, dan anggota badan. Secara individual, bagian-bagian komponen rangka tersebut memiliki karakter yang tidak menyerupai bentuk-bentuk organic yang lain, karena sifatnya linier, asimetris, keras dan memiliki ketebalan berbeda sepanjang dimensi panjangnya.

5. Kulit. Struktur yang merentang diatas sebuah kerangka bisa dilihat sebagai metafora bagi kulit, meskipun struktur tersebut mungkin hanya melaksanakan sebagai fungsi actual kulit manusia yang merupakan organ yang memperbarui diri sendiri. Karena itu, kain pelapis sofa mengandung kelembaban, dan kain paying yang melindungi.

6. Dengan menangkal kelembaban, sementara pakaian nilon mengaspirasikan kelembaban.

7. Bentuk organik. Bentuk-bentuk minimal yang disebutkan di atas mensyaratkan adanya garis luar dan garis bentuk yang konsisten dengan hakikat daging kita. Kita memberi tanggapan secara cepat terhadap bentuk yang lunak sebagai sesuatu yang cocok dengan bentuk-bentuk lunak yang ada pada diri kita sendiri.


(37)

8. Kepala dan wajah. Sekali lagi, sumbu vertikal dan simetri bilateral merupakan perangkat penataan frontal yang terlihat jelas. Profil seksama alis, hidung, bibir, dagu, dan leher sangat penting bagi pengenalan individu tertentu, yaitu pola dasarnya. Aspek-aspek yang sama harus dibedakan untuk membentuk pandangan samping dari bentuk manusia yang esensiala atau minimal. Banyak benda yang dikenakan di kepala atau dipasangkan ke kepala, seperti head phone dan kacamata, juga simetris. Sebuah radio stereo pasti mencerminkan indera pendengaran kita yang sterefonik, dan kita, pada gilirannya, mengenali simetri kita sendiri dalam pencerminan tersebut.

9. Tangan. Meskipun jarang digunakan dalam desain, citra representative tangan tampak pada pengekspresian ayunan seperti dalam kursi goyang, “Joe Sofa”. Dalam bentuk yan lebih abstrak, kedua tangan manusia direfleksikan dalam pelbagai budaya alat dan perkakas yang menggantikan kedua tangan: tang, kunci inggris, sekop, tongkat penunjuk, catok, pemukul lalat dan seterusnya.

10. Gerak-gerik dan ekspresi. Tidak ada makhluk lain yang memiliki begitu banyak bahasa visual seperti manusia atau memiliki bahasa tubuh yang ekspretif. Memang, rentang ekspresi fisik yang menggunakan wajah dan tubuh bervariasi sangat besar di antara pelbagai budaya dan subkultur, pekerjaan, kepribadian, dan hakikat pesan non-verbal.


(38)

11. Unsur-unsur yang erotis. Penggunaan citra pelbagai organ reproduksi tubuh bukan tidak lazim pada pelbagai peradaban kuno, dan bahkan dapat ditemukan dalam pelbagai tempat publik.

Peirce membedakan tanda-tanda yang digunakan sebagai simbol-simbol yang digunakan sebagai ikon atau indeks (index).24

C. Bahasa Media

1. Pengertian Bahasa

Secara terminologi bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri. Gorys Keraf (1994:1) memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal dan arti atau makna. Bahasa sebagai bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa bunyi yang merupakan getaran yang merangsang alat pendengar. Sedangkan bahasa sebagai arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan orang lain.25

24

Bronwen Martinand Felizitas Ringham,Dictionary of Semiotics, 2000 h. 128.

25


(39)

Gorys Keraf (2001:3-8) menyatakan bahwa ada empat fungsi bahasa, yaitu:

1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri. Bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita.

2. Sebagai alat komunikasi, saluran perumusan maksud yang melahirkan perasaan dan memungkinkan adanya kerjasama antarindividu.

3. Alat mengadakan intergrasi dan adaptasi sosial. bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang memungkinkan manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman tersebut, serta belajar berkenalan dengan orang lain.

4. Alat untuk mengadakan control sosial. bahasa merupakan alat yang dipergunakan dalam usaha mempengaruhi tingkah laku dan tindak orang lain. Bahasa juga mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat.

Adapun tanggapan lain menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.


(40)

2. Pengertian Media

Media sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.

3. Pengertian Bahasa Media

Media massa jelas sekali harus memperhatikan bahasa yang akan digunakan untuk menyampaikan semua informasinya kepada publiknya. Memperhatikan bahasa yang demikian itu dalam media massa dapat terpenuhinya dengan pemakaian kaidah-kaidah kebebasan yang benar. Jadi, bahasa di dalam media massa itu harus memperhatikan kedua-duanya setiap kali memerankan diri sebagai penyampai pesan atau informasi kepada publik.26

26

http://wikipedia.com/2008/09/25/bahasamedia/ Diakses pada 27 Januari 2011, Pukul 10:22.


(41)

30 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. METRO TV

1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Metro Tv

Metro Tv adalah televisi berita 24 jam pertama di Indonesia yang mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000. Metro Tv merupakan salah satu anak perusahaan dari Media Grup yang dimiliki oleh Surya Paloh. Surya Paloh merintis usahanya di bidang pers sejak mendirikan surat kabar harian Prioritas, yang ditutup oleh pemerintah pada tanggal 29 Juni 1987 karena dinilai terlalu vokal.1

Surya Paloh adalah anak perwira menengah polisi yang bertugas di Sumatera Utara pada dekade 1960-an yang terjun dalam dunia bisnis pada saat usianya baru 14 tahun sambil merintis karier politik. Ia menggalang anak-anak di lingkungan militer untuk mendirikan dan mengembangkan organisasi PP ABRI (Putra-Putri ABRI) tahun 1968 dan FKPPI (Forum Komunikasi Putra-Putri ABRI) tahun 1978, yang kemudian menjadi salah satu pilar kekuatan yang menopang pemerintahan Orde Baru. Terhitung sejak tahun 1984, Surya Paloh memangku 2 jabatan sekaligus, yaitu : sebagai Ketua Dewan Pimpinan AMPI (Angkatan Muda Pembaruan Indonesia), dan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Pimpinan Pusat FKPPI.

1


(42)

Menjelang usianya yang ke-19 tahun, Surya Paloh dicalonkan sebagai anggota DPRD Kotamadya Medan, dan ia terpilih dua kali menjadi anggota MPR yaitu periode : 1977-1982 pada umur 26 tahun dan periode 1982-1987. Selama masa jabatannya ia banyak melakukan perlawanan politik. Cita-citanya untuk mengembangkan budaya demokrasi disalurkan melalui sejumlah organisasi yang dipimpinnya serta surat kabar “Prioritas”, dan tabloid “Detik” miliknya.

Pada tahun 1989 ia mengambil alih Media Indonesia dan pada tahun 1993 Surya paloh meletakkan dasar perjuangan untuk kebebasan pers dengan mengajukan untuk Judicial Review atas pembredelan Prioritas. Kemerdekaan Pers di Indonesia terwujud pada tahun 1998. Pada tahun 2000 ia memperkokoh posisinya sebagai seorang publisher dengan mendirikan Metro Tv, stasiun televisi berita 24 jam pertama di Indonesia. Surya Paloh adalah juga pemilik dari: Indocater, Lampung Pos, Sheraton Media Hotel (Jakarta), Papandayan Hotel (Bandung) dan Intercon Jimbaran Hotel (Bali).

Pada tahun 1989, ia mengambil alih Media Indonesia yang kini tercatat sebagai surat kabar dengan oplah terbesar setelah Kompas di Indonesia. Oleh karena kemajuan teknologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun sebuah televisi berita mengikuti perkembangan teknologi dari media cetak ke media elektronik. Metro Tv bertujuan untuk menyebarkan berita dan informasi ke seluruh pelosok Indonesia. Selain bermuatan berita, Metro Tv juga menayangkan beragam program informasi mengenai kemajuan teknologi, kesehatan, pengetahuan umum, seni dan budaya, dan lainnya lagi guna mencerdaskan bangsa. Metro Tv terdiri dari 60% berita (news), yang ditayangkan dalam 3


(43)

bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, dan Mandarin, ditambah dengan 40% infotaiment maupun entertainment yang bersifat eduktif.

Metro Tv mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000 dengan 12 jam tayang dan sejak 1 April 2001 Metro Tv sudah mulai mengudara selama 24 jam. Metro Tv dapat ditangkap secara tereterial di 52 kota dan 100 kabupaten:

Melalui Cablevision di seluruh Indonesia, melalui Satelit Palapa 2 ke seluruh Negara-negara ASEAN, termasuk di Hongkong, Cina Selatan, India, Taiwan, Macao, Papua New Guinea dan sebagian Australia serta Jepang.

Dan secara live pada waktu-waktu tertentu di Negara lainnya di Asia melalui Channel News Asia (CNA) maupun diseluruh RRC melalui China Central Television (CCTV), Metro Tv berusaha untuk memberikan sumber berita mengenai keadaan dalam negeri yang dapat dipercaya dan komprehensif kepada dunia luar.

Untuk memberikan kualitas yang maksimal maka Metro Tv didesain secara khusus dengan menggunakan teknologi Digital System yang merupakan teknologi termutakhir dalam dunia pertelevisian.

2. Misi dan Visi Metro Tv Misi :

1. Menjadi Tv berita tercepat, akurat dan terpercaya dalam penyampaian beritanya.

2. Menjadi saluran yang dapat mengembalikan nama baik Negara Indonesia di mata dunia luar.


(44)

3. Membantu mengedukasi bangsa Indonesia melalui program-program yang informatif dan aktual, baik dalam bidang politik, budaya, hukum, intelektual dan moral.

4. Membantu negara untuk mensosialisasikan kebijakan-kebijakannya, membantu untuk menstabilkan keadaan dalam negeri, menambah kepercayaan dari luar negeri dan membantu memulihkan keadaan ekonomi pasca masa resesi.

Visi :

1. Menjadi Tv Berita Indonesia yang independen dan dapat ditangkap tayangnya secara internasional.

2. Menjadi referensi terpercaya untuk dunia internasional dalam mencari informasi yang akurat mengenai Indonesia.

3. Menjadi referensi terpercaya untuk penduduk di Indonesia dalam mencari informasi yang akurat mengenai kejadian-kejadian baik di luar negeri maupun di dalam negeri.

4. Menjadi acuan yang terpercaya yang dapat mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan para pengusaha dan pemerintah secara positif demi kemajuan bangsa dan negara.

5. Menjadi saluran promosi bagi Negara Indonesia dalam bidang pariwisata dan ekonomi.

6. Menjadi saluran edukatif yang dapat dinikmati bangsa Indonesia dari segala umur dan kalangan.


(45)

3. Sekilas Program Metro Tv

Perencanaan pola program Metro Tv didasari beberapa hasil riset. Kegunaannya adalah untuk mendapatkan audience sebanyak mungkin dan semajemuk mungkin pada setiap kurun waktu tertentu, agar dapat menarik pemasangan iklan.

Banyaknya audience per program setiap harinya dipantau oleh sebuah perusahaan konsultan Internasional yang khusus mengadakan pemantauan dalam bentuk rating untuk dunia pertelevisian. Dengan demikian dapat diketahui banyaknya pemirsa yang menonton pada setiap program di metro TV maupun di TV lainnya (kompetitor).

4. Kategori/Pembagian Program Metro Tv2 a. News (Berita)

 Metro Pagi  Metro Siang  Metro Hari Ini  Metro Xin Wen

 Indonesia This Morning  Editorial Media Indonesia  Top 9 News

 Metro Highlights  Indonesia Now  Newsmaker

2

1http://wikipedia.com/metrotvnews/2010/11/2// Diakses pada 3 Januari 2011, Pukul 12:05.


(46)

b. Talkshow  Kick Andy  Democrazy  Suara Anda

 Economic Challenges  Provocative Proactive  Mata Najwa

 Today's Dialogue  Face 2 Face  Talk Indonesia c. Documentary  Archipelago  Expedition  Oasis  Metro Files  Inside

 Genta Demokrasi  Metro 10

 Zero to Hero

d.Entertainment/Lifestyle  Healthy Life

 Zona Memori  Just Alvin


(47)

 Mario Teguh  E-life Style

5. Sinopsis Beberapa Program Headline News

Rangkuman berita utama yang ditayangkan setiap jam. Perkembangan berita mutakhir dari dalam dan luar negeri, disajikan secara padat dengan durasi 5 sampai 8 menit.

Breaking News

Metro Tv akan menayangkan berita mengenai suatu kejadian bersifat sangat urgent untuk diketahui masyarakat, setiap waktu.

Metro Pagi

Program yang menemani awal hari pemirsa dengan berita-berita hangat dan aktual yang terjadi kemarin malam sampai dini hari.

Metro Siang

Program yang menemani santap siang pemirsa dengan berita-berita hangat dan aktual, plus segmen Lunch Break (wawancara eksklusif dengan tokoh nasional).

Metro Hari Ini

Rangkuman berita-berita hangat dan aktual yang terjadi hari ini. Disajikan penuh selama satu setengah jam, termasuk berita tentang politik, hukum, pendidikan, lingkungan, olahraga, budaya dan hukum interest, olahraga, disertai wawancara eksklusif dengan narasumber terkait.


(48)

Metro Xin Wen

Informasi berita seputar kebudayaan Tiong Hoa, dengan bahasa Cinanya yang khas.

Indonesia This Morning

Program berita berbahasa Inggris informasi terbaru dari dalam dan luar negeri.

Top 9 News

Informasi Sembilan berita yang sedang hangat di dunia.  Indonesia Now

Informasi berita di Indonesia disajikan dengan bahasa Inggris.  Kick Andy

Talkshow mengenai publikyang mempunyai pengalaman aneh dan lain dengan yang lain dengan pembawa acara Andy. F. Noya.

Democrazy

Talkshow mengenai masalah yang terjadi di Negara Indonesia disajikan dengan meja rapat yang seolah-olah merekalah para pimpinan Negara.  Suara Anda

informasi berita yang dirangkum dengan beberapa berita penting dan pemirsalah yang akan memilih dan memberikan tanggapan atas berita tersebut.

Economic Challenges

Informasi berita berupa perkembangan ekonomi di Negara Indonesia maupun dari Negara luar.


(49)

Provocative Proactive

Program acara talkshow yang menggungkap permasalahan yang hangat dan tajam di Negara Indonesia, disajikan dengan setting warung kopinya yang khas dan pembawa acara yang muda-muda dengan memikiran yang realitis.

Today's Dialogue

Talkshow Live interaktif berdurasi 1 jam yang menyajikan bahasan politik, ekonomi, sosial budaya yang paling hangat dibicarakan. Iringan piano turut memeriahkan suasana dialog sekaligus mencairkan ketegangan.  Just Alvin

Membicarakan tentang makna kehidupan dari seorang public figure yang memiliki pengalaman hidup yang baik maupun pengalaman hidup yang buruk.

Mario Teguh

acara yang langsung di bawakan oleh Mario Teguh, yang dikenal sebagai penyemangat hidup dalam perkataannya yang dikeluarkan. Membantu memotivasi hidup untuk menjadi peribadi yang lebih baik lagi.

Editorial Media Indonesia

Dialog interaktif di pagi hari ini berisikan opini tokoh-tokoh penting mengenai topik Editorial Harian Media Indonesia.


(50)

E-Lifestyle

Informasi mengenai dunia teknologi informasi dan gaya hidup komunikasi virtual yang sedang melanda dunia saat ini, dipandu oleh pakar multimedia Roy Suryo.

B. Gambaran Umum Program Acara Provocative Proactive3

Provocative Proactive ini adalah sebuah program Tv yang akan tayang setiap kamis jam 22.00 di Metro Tv. Program ini akan membahas berita dan kabar terpanas dalam 1 minggu dalam gaya yang agak berbeda, serius tetapi santai. Akan ada dua bagian besar di Provocative Proactive. Pertama adalah berita, dimana Pandji akan memberitakan berita-berita selama seminggu yang panas dan hangat dibicarakan. Dengan gaya yang khas Pandji tentunya. Kedua adalah sebuah talkshow dengan nama “warung kopi”. Bermula dari seringnya Pandji berkeliling Indonesia membawanya kepada sebuah pengalaman menarik, dimana hampir setiap kota di Indonesia, ada sejenis “tongkrongan” entah itu warkop, seperti blandongan atau angkringan.

Lalu pada suatu hari, Pandji bersama rekan-rekannya Andi Bachtiar, Ronald, Iman, dan lain-lain ngopi sama-sama di Kopi Phoe Nam, disana mereka ngobrol panjang tentang sejarah Indonesia, tentang konspirasi dan politik.

Saat pulang dari Kopi Phoe Nam, beliau merandai-andai betapa kerennya kalau obrolan tadi bersama rekan-rekannya ada di sebuah acara Tv, dimana ada 4 (empat) tokoh yang mewakili karakter laki-laki.

3

http://www.dteepzilio.us/provocative-proactive-metro-tv. Diakses pada 24 Desember 2010. Pukul 13:02.


(51)

Maka lahirlah acara Provocative Proactive, 40% berita, 60% talkshow, 100% usaha untuk mengajak anak muda di Indonesia untuk lebih sadar keadaan bangsa lewat berita, dan edukasi politik yang lebih kritis.

Provocative Proactive merupakan karya terakhirnya Pandji Pragiwaksono, beliau buat proposal lalu diajukan ke Metro Tv dan setelah itu beliau presentasi. Tidak lama kemudian Pandji dipanggil dan dikabari bahwa Metro Tv setuju untuk ambil acara tersebut.

Di Provocative Proactive selalu menghadirkan bintang tamu yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas, terutama politikus, pejabat, dan orang-orang yang terkenal di Indonesia. Di Provocative Proactive juga terkonsep dengan obrolan yang resmi tetapi santai (obrolan warung kopi), di situ di suguhkan 4 (empat) host: Pandji Pragiwaksono (main host), Ronald Surapradja (si miskin), Raditya Dika (si mahasiswa), J Flow (si pengusaha sombong) dan Andhari (pemilik warung kopi). Provocative Proactive mulai tayang perdana pada 5 Agustus 2010 pukul 22.05.

Warung kopi adalah bagian dari budaya Indonesia. Orang Indonesia suka sekali bersosialisasi, berbincang-bincang, nongkrong, dan kemanapun di Indonesia kita bisa temui warung kopi. Dan filosofi warung kopi itu menarik: semua orang sama dan semua orang bisa membahas apa saja. Tidak jarang perbincangan mengenai politik, sejarah, konspirasi jadi bagian dari obrolan tersebut. Filosofi inilah yang akan dibawa ke talkshow “warung kopi”, akan jadi talkshow tapi dengan format seperti sitkom.


(52)

Para host tidak jadi diri sendiri, tapi jadi sebuah tokoh yang mewakili lapisan masyarakat yang berbeda. Tetapi tidak jauh dari sifat aslinya. Raditya dika menjadi mahasiswa bernama dika dengan segala karakteristik mahasiswa. Ronald disini berperan menjadi orang miskin atau rakyat jelata yang bernama Ronald yang kerjanya serabutan, dagang apapun, tetapi dia pandai dalam berargumen mengenai masalah yang tengah dihadapi oleh negaranya. (dari tayangan perdananya beliau senang ngutang ke warung kopi tersebut).

Pandji berperan menjadi perwakilan dari masyarakat kelas menengah, pekerja yang sangat mendalami tentang masalah yang akan diperbincangkan. J Flow disini berperan menjadi tokoh yang mewakili kalangan yang lebih mampu atau bisa dikatakan sebagai kalangan kelas atas yang sombong bernama J Flow yang tongkrongannya lebih tinggi tapi sesungguhnya peduli dengan Indonesia dan rakyatnya, dengan gayanya sendiri.

Dari keempat host tersebut, orang-orang ini disatukan oleh tongkrongan mereka, yang dinamakan “warung kopi”. Anak pemilik warung kopi tersebut adalah seorang anak gadis diperankan oleh Andhari. Keempat host program acara Provocative Proactive tersebut memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Masing-masing memiliki argumen atau pendapat yang kuat pada setiap segmen acara, ada yang pro dan kontra pada masalah yang dibicarakan.


(53)

42

A. Analisis Semiotika Tokoh Host Acara Provocative Proactive 1. Pandji Pragiwaksono di Provocative Proactive

Pandji Pragiwaksono adalah sosok sebagai Pandji yang berperan menjadi perwakilan dari masyarakat kelas menengah, beliau merupakan pekerja yang sangat mendalami tentang masalah yang akan diperbincangkan dan dialah pemimpin acara Provocative Proactive dari saat mulai acara hingga akhir acara.

1.1 Gambar Pandji pada Segmen 11

Keterangan Pandji di acara Provocative Proactive episode Indonesia S.O.S (Save Our Selves) adalah:

1

http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsprograms/2010/II/04/7382/kam is-4-november-2010. Diakses pada 23 Desember 2010. Pukul 20:00 WIB.


(54)

Tabel 1

SEGMEN DURASI NASKAH PANDJI

1 00:15-19:38 Opening:

Terima kasih kepada Andini Efendy untuk headline newsnya, sedikit titipan dari teman saya Ronal, katanya kapan-kapan bacain headline newsnya disini soalnya Ronald pengen ngobrol, sama Raditya Dika juga, memang kalau misalkan orang lagi naksir usahanya ada aja ya. Selamat datang di Provocative Proactive.

Lama-lama saya pikir kayanya kita musti bikin panggilan Provocative Proactive tive tive tive tive, gitu kali ya, udah kaya acara apa gitu. Ada ga! ya ga!. Wah, tapi nanti kalau kita panggil tive tive nanti ada yang gr lagi,

“saya ya”. Hari ini kita akan ngobrol

-ngobrol lagi seperti biasa dan hari ini live, banyak yg nanyain soal kemarin, tidak apa-apa kemarin juga kita banyak kerjaan. Dan hari ini kita kedatangan seseorang beliau begitu seringnya disini, orang pikir dia punya acara, tepuk tangan untuk mas Gantyo. Setiap hari semakin muda mas Gantyo. Silakan duduk kalo begitu, tepuk tangan sekali lagi yo. Mas Gantyo Redaktur Senior Media


(55)

Indonesia, seperti biasa kami membicarakan berita-berita banyak sekali yang lagi hangat untuk sekarang ini, salah satunya yang selalu hangat untuk dibicarakan adalah teman-teman kita yang ada di DPR.

Percakapan dengan mas Gantyo (Redaktur Senior Media Indonesia):

Saya pikir adegan “Panas”, itu terjadi panas beneran. Tapi ngomong-ngomong soal panas, nah kita juga gerah karna dewan yang terhormat ini ngotot untuk melakukan plisir, katanya mereka sih studi banding ya ke luar negeri, tanggal 23 Oktober, 13 orang anggota DPR dan 2 orang badan kehormatan DPR studi banding ke Yunani, banding untuk belajar soal etika. Satu hal ya, itu agak-agak aneh.

Kalau misalkan belajar etika di Yunani, semua anak SD belajar etikanya kesana, karena ada pelajaran kita dulu PMP.

Saya rasa si piknik ya, sekalian jalan-jalan. Dan ini juga tidak hanya dipusat pak, di wakil rakyat daerah juga tidak mau kalah, tanggal 25 Oktober 9 anggota DPRD Sumatra Barat melakukan kunjungan kerja ke Italia, menghadiri pameran kopi. Padahal ngopi disana aja tuh. Tidak


(56)

tau janjian atau tidak nih mas Gantyo, 15 anggota DPR juga melancong ke italia untuk studi banding tentang rumah susun, ga tau mereka buru-buru, mungkin takut hari senin harganya udah mulai naik kali. “Hari senin harga naik”, gimana tuh mas?

Itu Gubernur Sumatra Barat juga pergi ke Jerman kan?

Ga bisa nunggu apa ya?

Ini kan orang jadi mikir dua kali kan, ini skala prioritasnya dimana? karena lagi seperti itu tetap memaksakan, kan sensitifitasnya jadi dipertanyakan, padahal menurut pengamat parlemen Sebastian Salang, mengatakan metode studi banding itu sudah ketinggalan jaman, menurut beliau studi banding yang dilakukan DPR sejak dulu adalah cara yang paling primitif, klasik, kuno. Dan juga sebenarnya kalau misalkan ditunda studi bandingnya itu kan uangnya juga ga hangus donk, itu kan masih ada pos-posnya ya ga rugi juga Negara. Betul ga si saya?

Artinya sebenarnya tidak perlu dipaksakan donk?

Punya kepekaan kali ya.

Ya itulah mungkin DPR merasa kita masih bisa dibodoh-bodohi, walaupun sebenarnya kita cukup


(57)

cerdas untuk tau mereka tidak bisa membodohi kita. Betul?

Ada satu lagi yang juga menarik sebenarnya tentang ada sebuah kabar baik atau buruk dari Kejaksaan Agung ini tentang kasusnya Bapak Candra dan Bapak Bibit yang deponeering. Sebelumnya mungkin bisa dijelasin apa itu deponeering untuk teman-teman juga.

Karena kan dari menurut pelaksana tugas Kejaksaan Agung Darmono mengatakan ini bukannya mau melindungi orang atau lembaga tetapi upaya pemberantasan korupsi harus dilindungi dan karena itulah deponeering, Cuma menurut Anggodo dan Bonaran katanya ini adalah memalukan dan membawa aib bagi Bonaran kuasa hukumnya dan mencoreng hukum. Kalau melihat targetnya sendiri seperti apa?

Jadi menurut ketua DPP Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsudin, menyatakan bahwa deponeering itu adalah kekalahan bagi para koruptor dan mafia hukum. Dan dengan deponeering ini yang katanya untuk menyelamatkan fungsi mereka diupayakan pemberantasan korupsi dapat diminimalisir.


(58)

Baiklah pemirsa seperti tadi yang anda liat, sekarang waktunya kita membahas tentang pernyataan dari seorang tokoh yang nampaknya adem sebenarnya mukanya agak mirip ya sama mas Gantyo, cuma versinya agak sedikit berbeda, kita masuk ke segmen

„MARZUKI BILANG APA‟, yang

saya maksud adalah bapak Marzuki Ali ketua DPR, pak Marzuki Ali itu kan sebagai ketua DPR ya, pimpinan hitungannya kan ya harusnya menginspirasi banyak hal, menginspirasi suara rakyat juga dan suara teman-teman dewan, banyak sekali pernyatan-pernyataan beliau yang agak-agak kontroversial, karna itu kami menyimpulkan 5 (lima) pernyataan bapak Marzuki Ali yang Kontroversial dimulai dari: no. 5 (lima) paling bawah tentang polemik pembangunan gedung DPR, jadi ditengah pembangunan gedung DPR ini, bapak Marzuki Ali bilang proyek tersebut harus berjalan, pembangunan gedung baru itu harus dibangun, mau tidak mau, suka tidak suka, harus dilanjutkan kalau ada yang kritik kita terima saja. Pada akhirnya sebenarnya ditunda kan kita banyak protes, tetapi ada kata dia juga mengenai adanya


(59)

kolam renang digedung DPR, kata Marzuki Ali itu kolam renang untuk penampungan air apabila terjadi kebakaran katanya. Dari pada jadi penampungan air mendingan jadi kolam renang. Malu, malu kenapa jadi begitu ya ketua DPR kita. Oke, kita lanjutkan lagi diposisi ke 4 (empat), sebelum kita liat diposisi ke 4 (empat), kita liat dulu adegan berikut ini. Saya pikir ini kisruh di pertandingan sepak bola, ternyata di DPR, insiden di DPR, liat senyuman bapak Marzuki Ali manis bener, tetap wibawa, disaat yang lain rame-rame beliau dengan santainya seakan tidak ada masalah disekitarnya. Disini berkaitaan dengan pansus Angket Century , bapak Marzuki Ali secara sepihak menghentikan rapat Paripurna DRP yang membicarakan rekomendasi panitia khusus Angket Bank Century, pernyataan beliau saya sudah mendengarkan beberapa orang yang melakukan intrupsi konteknya diluar agenda, mereka meminta langsung memutuskan kata bapak Marzuki Ali. Bapak Marzuki Ali tidak mengajak berbicara pimpinan lain, tidak diajak koordinasi dulu, karna menggangkap agenda sudah selesai. Dia menolak


(60)

dikatakan otoriter, saya bicara atas dasar tata tertib DPR, apa yang salah dari saya apa yang salah, dan tidak ada tindakan ketua DPR sendiri agar tidak menimbulkan kericuhan digedung DPR dan menyebabkan bapak Marzuki Ali harus dievakuasi dari ruang Paripurna.

Diposisi ke 3 (tiga) adalah pernyataan bapak Marzuki Ali tentang maraknya studi banding DPR ke luar negeri, ditengah penolakan rakyat yang merupakan pemborosan belaka, betul, beliau punya statement mengatakan jangan melihat studi banding keluar negeri sebagai sebuah pemborosan, karena ini kita melakukan tugas. Kenapa tugas, mereka harus banyak referensi untuk memperbaiki peraturan undang-undang, kata bapak Marzuki Ali, kita harus banyak referensi untuk menyelesaikan perancangan undang-undang. Satu kata untuk bapak, Internet. Pak, tidak usah jalan-jalan ke luar negeri.

Diposisi ke 2 (dua), nah ini parah nih. Mengenai remisi untuk koruptor, bapak Marzuki Ali menilai bahwa remisi yang diberikan oleh pemerintah pada mantan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia itu telah memenuhi


(61)

aturan, bapak Marzuki Ali memandang Aulia yang notabandnya merupakan „besan‟ Bapak SBY itu tidak lain disebut koruptor, Aulia bukan koruptor, tapi koruptor itu kan makan uang Negara sementara itu dia cuma ikut membuat kebijakan. Sepertinya bapak Marzuki Ali berpendapat “apapun yang terbaik untuk bos, yang terbaik untuk kita juga.”

Dan yang terakhir, merupakan posisi paling puncak apakah statement atau pernyataan dari bapak Marzuki Ali yang sangat kontroversial. Marilah kita saksikan tayangan berikut:

Pernyataan dari bapak Marzuki Ali, Metawai itu kan pulau, pulau sangat berpengaruh dengan Tsunami, konsekuensi kitalah tinggal dipulau, Indonesia itu Negara kepulauan, gimana sih. Dan menurut beliau sebaiknya mereka direlokasi ke daratan. Ya sebenarnya tidak salah juga, tetapi cara penulisannya dan cara pembawaannya saja yang kurang tepat. Sebagai pejabat publik seharusnya kita pandai memilih kata untuk berhati-hati berbicara. Tapi memang bapak Marzuki Ali betul bahwa kalau pengen mau hidup santai,


(62)

berleha-leha, ongkang-ongkang kaki bukan dikepulauan kecil. Kalau mau hidup santai, berleha-leha, ongkang-ongkang kaki lakukan itu digedung MPR-DPR.

1.2Gambar Pandji pada Segmen 22

2

http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsprograms/2010/II/04/7382/kam is-4-november-2010. Diakses pada 23 Desember 2010. Pukul 20:00 WIB.


(63)

2 20:10-42:56 Percakapan dengan host lainnya:

Coba kita perhatikan sepertinya pemerintah tuh salah mulu, padahal sebenarnya tuh kemarin ada konverensi se-Asia masalah tentang penanggulangan bencana, manfaatnya se-Asia, Indonesia tuh adalah salah satu yang terbaik. Salah satunya Indonesia tergolong cepat dalam recovery.

Tetapi pemerintah sudah mengeluarkan banyak biaya kepada Departemen-departemen terkait yang membawahi berbagai daerah yang dinaungi.


(64)

1.3Gambar Pandji pada Segmen 33

3 43:27-51:28 Percakapan dengan host yang lainnya dan dengan Berry Nahdian (Direktur Eksekutif Nasional Walhi):

Sebenarnya pemerintah sudah menganggarkan dana, kalau boleh tau nih diprakteknya untuk apa saja sih uang tersebut. Kita ngomong spesipik untuk Mentawai dulu deh.

Pemerintah pasti melakukan itu, bahkan sudah melakukannya.

Korban itu terjadi saat evakuasi?

3

http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsprograms/2010/II/04/7382/kam is-4-november-2010. Diakses pada 23 Desember 2010. Pukul 20:00 WIB.


(65)

Percakapan dengan host yang lain dan Berry Nahdian Direktur Eksekutif Nasional Walhi) lalu Dik Doank:

Kita harus lebih bijak menyikapi bencana, tapi kan kita juga harus melihat korban, kita mulai berpikir apakah sebenarnya dilapangan pemerintah melakukan usaha yang cukup baik, kalau dari sudut pandang kita si pemerintah sudah melakukan secara maksimal yang mereka bisa lakukan, dengan dana yang besar banget.

Saya lagi coba untuk mikir, faktanya adalah memang banyak korban, bahkan itu pindah dari tempat tinggal, bahkan korban luka jiwa dan segala macamnya. Tidakkah menurut mas Dik Doank itu pemerintah juga bertanggung jawab untuk menjamin supaya bumi bereaksilah bagaimana semestinya tapi bagaimana pemerintah supaya masyarakatnya tidak sampai memakan korban sebesar itu. Tidakkah pemerintah ada tanggung jawabnya ke arah situ?


(66)

Dik Doank, bagamana sih sikap kita sebagai warga Negara Indonesia menyikapi bencana?

Kesimpulannya kita harus belajar dari hikmahnya, hikmah dari setiap bencana.

a. Biografi Pandji Pragiwaksono4

Gambar 1. Pandji Pragiwaksono Sumber: www.google.com/biografi-pandji.

Lahir di Singapura, 18 Juni 1979. Dia adalah seorang penyiar radio, presenter televisi, dan aktor Indonesia. Ia juga tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB angkatan 1997 dan merupakan salah satu alumni SMA Kolese Gonzaga angkatan ke 8. Pandji menikah dengan seorang

4


(67)

wanita yang bernama Gamila pada tahun 2006. Karir Pandji Pragiwaksono ialah tercatat sebagai :

 Penyiar radio / Program Director Hard Rock FM Bandung (2001-2003) berpartner dengan Tike Priatnakusumah.

 Penyiar radio Hard Rock FM Jakarta (2004-sekarang).

 Pemandu acara Reality Show “Kena Deh” yang ditayangkan Tv7, pada (2006-2007). Acara ini ditayangkan kembali di ANTV sejak 2008 hingga kini. Dan menjadi puncak kepopulerannya walaupun dengan acara ulangan.

 Pemain “Ngelenong Nyok” yang ditayangkan Trans Tv pada (2006).

 Pemandu acara siaran pertandingan NBA di Jak Tv pada (2006-2007).

 Pemandu acara “backstreet” yang ditayangkan SCTV (2006-2007)

 Pembawa acara “good news” yang ditayangkan Trans Tv (2007)  Pembawa acara "Hole in The Wall" yang ditayangkan di RCTI (2007)  Pembawa acara "CasCisCus" yang ditayangkan di ANTV (2008)  Pembawa acara "Boombastis" yang ditayangkan di RCTI (2009)

 Penulis buku "How I Sold 1000 CDs in 30 Days" yang diterbitkan Gramedia (2009)

Provocative Proactive (2008)

You'll Never Know When Someone Comes In And Press Play On Your Paused Life (2009)


(1)

94

Segmen Pandji Dika Ronald J Flow

Gantyo Berry Nahdian

Dik Doank

1 - -

2 + - - -

3 + + + - + +

Keterangan:

(-) = Negatif/Kontra pada obrolan yang didiskusikan persegmen. (+) = Positif/Pro pada obrolan yang didiskusikan persegmen.


(2)

95 A. Kesimpulan

Sebagai salah satu bentuk komunikasi massa, talkshow merupakan sebuah program televisi atau radio dimana seseorang ataupun grup berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tetapi serius, yang dipandu oleh satu moderator bahkan bisa lebih. Kadangkala, talkshow menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Di lain hal juga, seorang tamu dihadirkan oleh moderator untuk berbagi pengalaman yang unik.

Talkshow dibuat dengan tujuan tertentu kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis. Bahkan bila dibandingkan dengan jenis komunikasi massa bersifat menyampaikan berita yang aktual, talkshow dianggap jenis yang paling efektif dalam menyampaikan informasi kepada khalayak.

Acara Provocative Proactive pada episode “Indonesia S.O.S” (Save Our Salves) membicarakan tentang suatu kejadian alam atau bencana yang sedang terjadi di Negara kita pada penghujung akhir tahun 2010, dan penanganan bencara yang kurang tanggap dari pemerintah. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisis program acara Provocative Proactive episode ”Indonesia S.O.S” (Save Our Selves).

Penulis menganalisis dua belas gambar yang dijadikan sampel seperti yang disebut diatas. Dari dua belas gambar tersebut, penulis merepresentasikan kemudian sign setelah itu menginterpretasikan. Jumlah gambar tersebut terbagi dalam tiga


(3)

96

segmen, segmen satu membahas tentang permasalahan yang terjadi di DPR, segmen dua membahas tentang sikap pemerintah terhadap bencana dan segmen tiga memberikan solusi atas penanggulangan bencana di Indonesia.

Memberikan kritik dalam bentuk peran-peran yang dimainkan oleh host yang mewakili keadaan di masyarakat adalah bagian lain dari penyampaian pendapat melalui sebuah pesan dengan penambahan unsur karakter, sehingga pemirsa dapat menginterpretasikan suatu masalah.

B. SARAN

1. Provocative Proactive merupakan talkshow yang sangat inspiratif yang dapat memberikan suatu pesan dan informasi mengenai peristiwa politik dan isu-isu sensitif yang ada di negara Indonesia. Diharapkan talkshow dan program sejenis ini bisa terus menjadi media kritis dan menghibur.

2. Diharapakan Provocative Proactive terus mengeluarkan episode-episode baru yang tetap tajam mengkritik namun juga menarik dan inovatif serta edukatif. 3. Mudah-mudahan muncul program-program baru sejenis yang kritis juga peduli


(4)

97

Budiman, Kris, Semiotika Visual, Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004.

Danesi, Marcel, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

---, Pesan, Tanda, dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

---, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Kriyanto, Rahmat, Teknik Praktis Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2007.

Kuswandi, Wawan, Komunikasi Massa; Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.

Muhtadi, Asep Saeful, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.

Nasrullah, Rulli & Suhaemi, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Rahardi, Kunjana, Bahasa Media, Depok: Gramata Publshing, 2010.

Rakhmat, Jalaludidin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remadja Karya, 1989. ---, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Rosdakarya,


(5)

98

Ruslan, Rosady, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

Sumadiria, Haris, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita Dan Featur, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.

Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Penerbit Jalasutra, 2008.

Vihma, Susann & Seppo Vakeva, Semiotika Visual Dan Semiotika Produk, Yogyakarta: Jalasutra, 2009.

Yuwono, Untung dan Christomy. T, Semiotika Budaya, Depok: Universitas Indonesia 2004.

Internet:

“Semiotika”, artikel diakses pada 20 Desember 2010 dari http://islamicgraphicdesign.blogdetik.com/2008/09/25/se miotika/.

”Video”, video ini diakses pada 23 Desember 2010 dari http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/news programs/2010/II/04/7382/kamis-4-november-2010, dan http://www,youtube.com/provocative-proactive-metrotv.

“Gambar Semiotika Pierce” gambar diakses pada 20 Desember 2010 dari


(6)

“Bahasa dan Media” artikel bahasa media diakses pada 27 Januari 2011 dari http://wikipedia.com/2008/09/25/bahasamedia/Diakses pada 27 Januari 2011.

“Biografi” http://www.dteepzilio.us/provocative-proactive-metro-tv/Diakses pada 24 Desember 2010.