C. Ketentuan Syarat Minimum yang Harus Dipenuhi Pada Setiap Penerbitan Bank Garansi
Syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi pada setiap penerbitan bank garansi dalam suatu BG, berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia
No.2388KEPDIR 18-3-1991 sekurang-kurangnya harus memuat: 1.
Judul ”Bank Garansi”. Akan tetapi dalam hal bank mengeluarkan BG dalam bahasa asing, maka dibawah judul bahasa asing tersebut harus
diberi judul dalam kurung ”Bank Garansi; 2.
Nama dan alamat bank pemberi; 3.
Tanggal penerbitan; 4.
Transaksi antara pihak yang dijamin nasabah dengan pihak penerima garansi, yaitu perjanjian pokok yang dijamin dengan perjanjian garansi,
misalnya tender, pemenuhan bea masuk, pembangunan suatu proyek, pengadaan barang, pemeliharaan proyek, perijinan perdangangan valuta
asing, dan lain-lain. Transaksi atau perjanjian pokok yang dijamin dengan bank garansi dengan jelas tanpa adanya salah persepsi dari masing-masing
pihak Bank, nasabah dan pihak penerima jaminan; 5.
Jumlah uang yang dijamin; 6.
Tanggal mulai berlaku dan berakhir. Jangka waktu BG adalah jangka waktu yang tertera dalam warkat BG. Jangka waktu bank garansi diperoleh
sampai dengan maksimal 12 biulan. Pemberian bank garansi dengan jangka waktu melampaui 12 bulan, dapat dipertimbangkan setelah
memperoleh izin prinsip Direktur Bisnis dan Direktur Pengadaian Kredit yang diajukan melalui Divisi Administrasi Kredit. Masa berlaku BG
Universitas Sumatera Utara
dimulai sejak tanggal penerbitan warkat BG dan berakhir sampai dengan tanggal yang ditetapkan dalam warkat BG tersebut. Dimungkinkan
penerbitan BG dengan jangka waktu berlaku mundur dari tanggal penerbitan warkat BG, dengan pertimbangan yang dapat diterima dan
dengan syarat tidak dimaksudkan untuk mengahlikan resiko yang sebenarnya telah terjadi dalam transaksi pokok antara nasabah dengan
pihak ketiga penerima jaminan. Berdasarkan hal tersebut khususnya untuk pemberian fasilitas Bg plafondline, agar difahami bahwa disamping
adanya jangka waktu BG warkat BG yang tertera dalam setiap warkat BG yang diterbitkan, harus diperhatikan jangka waktu plafond BG yang
tanggal jatuh temponya seperti jangka waktu fasilitas kredit lainnya yaitu dituangkan dalam perjanjian kredit;
7. Penegasan batas waktu pengajuan klaim. BG yang diterbitkan harus
dengan tegas mencantumkan ”Bahwa klaim dapat diajukan segera setelah timbul wanprestasi, dengan batas waktu pengajuan terakhir sekurang-
kurangnya 14 empat belas hari kalender dan selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari kalender setelah berakhirnya bank garansi tersebut;
8. Pernyataan bahwa penjamin pihak bank melepaskan hak istimewanya
sebagaiman dinyatakan dalam Pasal 1831 KUH Perdata. Dengan melepaskan hak istimewa tersebut, maka penjamin bank wajib
membayar BG tersebut segera setelah timbul wanprestasi. Bagi nasabah atau calon nasabah Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri
Hijau, berlaku ketentuan-ketentuan bank garansi tidak boleh diberikan kepada:
Universitas Sumatera Utara
a. Warga negara asing;
b. Badan hukum asing atau badan asing lain. Dalam hal ini tidak termasuk
dengan pengertian Badan Hukum Asing atau Badan Asing lainnya adalah Perusahaan Penanaman Modal Asing PMA dan Perusahaan patungan
Joint Venture yang terbadan hukum Indonesia; c.
Warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia;
d. Perwakilan negara asing dan lembaga Internasional di Indonesia; dan
e. Kantor BankBadan Hukum Indonesia di luar negeri.
Dalam hal mata uang currency sebagai fasilitas BG dapat diberikan dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam valuta asing valas. Khusus
pemberian BG dalam valas, baik BG plafond maupun transaksional, untuk jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Divisi Treasury, maka sebelum realisasi BG, Unit
kerjaKanca BRI harus melakukan konfirmasi tertulis terlebih dahulu kepada kanpus BRI Divisi Treasury mengenai jumlah BG yang akan diterbitkan serta
jangka waktunya. Pemberian BG dalam valuta asing dibatasi hanya terhadap valas yang
umum diperdagangkan saja, yaitu USD, EURO, HK, SGD, DEM, JPY, Poundsterling. Pemberian bank garansi dengan mata uang diluar yang tersebut
diatas, harus mendapatkan persetujuan dari Kanpus BRI Divisi Internasional. Untuk BG dalam valuta asing dijamin fully cash collateralized, dapat diputus
sesuai dengan kewenangan sebagaimana dengan ketentuan yang mengatur kredit dengan agunan kas.
Universitas Sumatera Utara
Selain ketentuan larangan pemberian fasilitas BG kepada nasabah atau calon nasabah yang tidak boleh menerima fasilitas BG dari Bank Rakyat
Indonesia sebagaimana telah disebutkan di atas, maka terdapat pula ketentuan- ketentuan yang membolehkan pemberian fasilitas BG. Fasilitas BG yang dapat
diberikan tersebut adalah: a.
Bank garansi dalam bentuk transaksional. Yaitu BG yang diberikan untuk nasabah baru atau nasabah lama dalam memenuhi kebutuhan nasabah yang
sifatnya transaksional. BG ini diberikan setiap kali adanya transaksi sesuai dengan kebutuhan tertentu atau diberikan per proyek; dan
b. Bank garansi dalam bentuk plafond. Yaitu BG yang diutamakan BRI
untuk diberikan kepada nasabah lama, dengan pola kebutuhan yang frekuensi transaksinya relatif tinggi dalam setiap periode, sehingga kurang
efisien apabila harus dilayani dengan pola transaksional. Penerbitan BG tetap bersifat transaksional yaitu berdasarkan setiap tarnsaksi nasabah
dengan pihak lain yang mensyaratkan jaminan bank. Sedangkan penggunaan plafond ini bersifat revolving sehingga sepanjang plafond
nasih tersedia dan masih belum jatuh tempo, dapat dipakai berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Fasilitas plafond atau line BG dapat
digunakan untuk penerbitan BG perusahaan anggota grup dari nasabah, sepanjang dinyatakan secara tertulis dalam analisis dan putusan kredit.
Khusus untuk nasabah baru take over dari bank lain yang sudah memperoleh fasilitas BG plafond dan atau nasabah baru dengan rating baik, dapat
diberikan fasilitas BG dalam bentuk plafond atau line.
Universitas Sumatera Utara
Dasar hukum pemberian Bank Garansi adalah perjanjian penanggungan borgtocht yang diatur dalam KUH Perdata yakni terdapat dalam Pasal 1820 sd
1850. Untuk menjamin kelangsungan Bank Garansi, maka penanggung mempunyai “hak istimewa“ yang diberikan berdasarkan undang-undang yaitu
untuk memilih salah satu, menggunakan Pasal 1831 KUH Perdata atau Pasal 1832 KUH Perdata.
49
Pasal 1831 KUH Perdata menyebutkan bahwa, ”Si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si berutang lalai,
sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. ”Sedangkan dalam Pasal 1832 KUH Perdata disebutkan
bahwa, ”Si penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-benda si berutang lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya”.
Perbedaan kedua pasal tersebut menyiaratkan bahwa, bahwa jika Bank menggunakan Pasal 1831 KUH Perdata, apabila timbul cidera janji, si penjamin
dapat meminta benda-benda si berhutang untuk disita dan dijual terlebih dahulu. Sedangkan jika menggunakan Pasal 1832 KUH Perdata, Bank wajib membayar
Garansi Bank yang bersangkutan segera setelah timbul cidera janji dan menerima tuntutan pemenuhan kewajiban klaim.
Dalam Bank Garansi, Bank wajib mencantumkan ketentuan yang dipilihnya dalam Bank Garansi yang bersangkutan, agar pihak yang dijamin
maupun pihak yang menerima garansi mengetahui dengan jelas ketentuan mana yang dipergunakan.
49
Subekti., dan Tjitrorosudibyo., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 1992, hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
Akta garansi yang hanya ditanda-tangani oleh salah satu pihak hanya merupakan pernyataan sepihak dan karenanya dapat pula dibatalkan secara
sepihak oleh pihak guarantor tersebut. Karena itu pula ketentuan tentang hukum perjanjian seperti yang terdapat dalam buku ke III KUH Perdata dalam hal ini
tidak bisa diterapkan. Hukum perjanjian tetap berlaku walaupun hanya ditanda-tangani oleh satu
pihak, karena pihak lain telah memberikan semacam persetujuan dengan akte tersebut sungguh pun pihak tersebut tidak membubuhkan tanda tangannya.
Namun, apabila keduanya menandatangi, maka tidak akan terjadi keragu-raguan. Ketentuan KUH Perdata tentang perjanjian penanggungan hutang sebagai
dasar hukum hanya saja berdasarkan asas kebebasan berkontrak maka pihak-pihak dapat mengaturnya sendiri dalam kontrak garansi berupa:
50
a. Mengulangi mempertegas ketentuan yang ada dalam KUH Perdata;
b. Menambahmemperinci ketentuan yang ada dalam KUH Perdata; dan
c. Mengenyampingkan ketentuan yang ada dalam KUH Perdata sejauh yang
bukan merupakan Mandatory Law. Peraturan Perbankan sebagai dasar hukum yakni Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 UU Perbankan dengan diberikannya dasar hukum kepada suatu garansi bank, menetapkan bahwa bank umum dapat membeli, menjual, atau
menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabah terhadap berbagai jenis surat-surat berharga, Pasal 6 d UU Perbankan
50
http:hernathesis.multiply.comreviewsitem8, diakses terakhir tanggal 28 Febriari 2010.
Universitas Sumatera Utara
dan Pasal 6 n yang menyatakan bahwa bank umum dapat melakukan kegiatan lain-lain yang lazim dilakukan oleh bank.
Berdasarkan paparan di atas, maka secara umum dalam Surat Perjanjian Bank Garansi memuat syarat minimal sebagai berkut:
1. Tujuan penggunaan garansi bank;
2. Jumlah tertinggi garansi bank;
3. Tanggal mulai berlaku serta jangka waktu garansi bank;
4. Tempat kedudukan domisili terjamin dan bank;
5. Macam jaminan lawan yang diserahkan oleh jaminan kepada bank serta
nilainya; 6.
Terjamin tunduk kepada ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan tentang pemberian garansi bank yang ditetapkan oleh bank;
7. Terjamin tunduk kepada intruksi-intruksi dan peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan bank indonesia serta kelaziman perbankan;
8. Biaya garansi bank yang harus dibayar oleh terjamin;
9. Terjamin memberi kuasa yang tak dapat dicabut kembali kepada bank
untuk sewaktu-waktu mencairkan jaminan lawan guna melunasi hutang terjamin sebagai akibat dilaksanakannya pembayaran garansi bank
maupun hutang lainnya yang timbul sehubungan dengan pemberian garansi bank tersebut.
SKBI No.11110 Tahun 1979 tidak memberikan definisi tentang perjanjian garansi bank. SKBI tersebut hanya menentukan hal-hal minimal yang harus
Universitas Sumatera Utara
dipenuhi dalam satu garansi bank. Dalam Pasal 2 butir 2 SKBI mengatur syarat minimal dalam garansi bank sebagai berikut:
1. Judul garansi bank atau bank garansi;
2. Nama dan alamat bank pemberi garansi;
3. Tanggal penerbitan garansi bank;
4. Transaksi antar pihak yang dijamin dengan penerimaan jaminan;
5. Jumlah uang yang dijamin oleh bank;
6. Tanggal mulai berlaku dan berakhirnya garansi bank;
7. Penegasan batasn waktu klaim;
8. Pernyataan bahwa penjamin bank akan memenuhi pembayaran dengan
terlebih dahulu menyita dan menjual benda-benda terjamin nasabah untuk melunasi hitungannya sesuai dengan Pasal 1831KUHPerdata, atau
pernyataan bahwa penjamin bank melepaskan bank istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda terjamin nasabah lebih dahulu disita dan
dijual untuk melunasi hutangnya vide Pasal 1832 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENYELESAIAN BANK GARANSI OLEH BANK RAKYAT INDONESIA