Kebutuhan Udara Panas Unit Pengolahan Limbah

= 11.223.478,3406 Btujam 0,75 = 12.470.531,4896 Btujam Nilai bahan bakar solar = 45.000 kJkg = 19346,51763 Btulb Perry, 1999 Jadi jumlah bahan bakar = 12.470.531,4896 Btujam 19346,5176 Btulbm Jadi jumlah bahan bakar = 644,5879 lbm = 196,4728 kg. Keperluan Bahan Bakar Generator Nilai bahan bakar solar = 45.000 kJkg = 19346,51763 Btulb Densitas bahan bakar solar = 0,89 kgL Daya output generator = 1579,8017 kW Daya generator yang dihasilkan = 1579,8017 kW 0,9478 BtukW s 3600 sjam = 5.390.409,6203 Btujam Jumlah bahan bakar = 5.390.409,6203 19346,51763 = 278,6243 lbmjam = 84,9257 kgjam Kebutuhan solar = 84,9257 kgjam 0,89 kgL = 95,4222 Ljam

7.7 Kebutuhan Udara Panas

Udara yang diambil dari sekitar pabrik bersuhu 30 o C dipanaskan sampai suhu 110 o C yang akan digunakan sebagai media pengering pada proses pengeringan di unit rotary dryer DD-101 dan di unit dessicant DS-101. Dari lampiran B, diperoleh bahwa jumlah udara panas yang dibutuhkan adalah: No Unit F udara panas kgjam 1 Rotary Dryer DD-101 13.949,4162 2 Dessicant DS-101 1608,4440 Total 15.557,8602 Berikut skema proses untuk menghasilkan udara panas: Universitas Sumatera Utara Saturated steam 124,7 o C ; 2,25 atm Kondensat 124,7 o C ; 2,25 atm Udara 30 o C Udara 110 o C Blower B-301 Heater E-301 Panas yang dilepas oleh steam ke udara : Q = F udara × cp udara × ∆T Q = 15.557,8602 kgjam × 1,007 × 110-30 Q = 1.253.341,2177 kJjam Maka massa saturated steam 124,7 o C yang diperlukan adalah : m = 7 , 124 C dt dQ m = 2189 2177 , 341 . 253 . 1 = 572,5634 kgjam dari Fig 9.3-2 Humidity Chart Geankoplis, 2003 diperoleh humiditi udara panas yang dihasilkan sebesar 0,005 kg uap air kg udara kering.

7.8 Unit Pengolahan Limbah

Limbah dari suatu pabrik harus diolah sebelum dibuang ke badan air atau atmosfe karena limbah tersebut mengandung bermacam-macam zat yang dapat membahayakan alam sekitar maupun manusia itu sendiri. Demi kelestarian lingkungan hidup, maka setiap pabrik harus mempunyai unit pengolahan limbah. Sumber-sumber limbah pabrik pembuatan polibisfenol-a karbonat ini meliputi: 1. Limbah proses yaitu senyawa organik yang terakumulasi pada akhir proses yang tidak dapat digunakan kembali seperti pelarut metilen klorida dan piridin katalis yang tidak dapat di-recycle secara sempurna yang tergabung bersama kondensat bekas dari Evaporator II FE-102. Pengolahan limbah yang mengandung metilen klorida telah diteliti oleh Moura et al, 2004 dengan judul penelitian “Aerobic Universitas Sumatera Utara biological treatment of waste waters containing dichloromethane ” sedangkan untuk pengolahan limbah yang mengandung piridin telah diteliti oleh K.V. Padoley, A.S. Rajvaidya, T.V. Subbarao, R. A. Pandey pada tahun 2005 dengan judul penelitian “Biodegradation of pyridine in a completely mixed activated sludge process”. Skema pengolahan limbah metilen klorida digolongkan ke dalam pengolahan limbah gas karena metilen yang mudah menguap titik didih 40 o C tersebut seperti ditunjukkan dalam gambar 7.1 di bawah ini.

2. Limbah cair hasil pencucian peralatan pabrik.

Limbah ini diperkirakan mengandung kerak dan kotoran-kotoran yang melekat pada peralatan pabrik. 3. Limbah domestik dan kantor. Limbah ini mengandung bahan organik sisa pencernaan yang berasal dari kamar mandi di lokasi pabrik, serta limbah dari kantin berupa limbah padat dan cair.

4. Limbah laboratorium

Limbah yang berasal dari laboratorium ini mengandung bahan – bahan kimia yang digunakan untuk menganalisa mutu bahan baku yang dipergunakan dan mutu produk yang dihasilkan, serta yang dipergunakan untuk penelitian dan pengembangan proses. Limbah laboratorium termasuk kategori limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun sehingga dalam penanganannya harus dikumpulkan dalam bangunan dengan desain dan susunan sebagai berikut:

5. Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan oleh pabrik pembuatan polibisfenol-a karbonat adalah gas karbondioksida. Pengolahan limbah cair pabrik ini dilakukan dengan menggunakan activated sludge sistem lumpur aktif, mengingat cara ini dapat menghasilkan effluent dengan BOD yang lebih rendah dengan efisiensi mencapai 95 Metcalf, 1991 ; Perry, 1997. Universitas Sumatera Utara

7.9 Perhitungan untuk Sistem Pengolahan Limbah Cair