BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Monosodium glutamat MSG telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan. Penggunaanya bukan hanya ibu-ibu rumah tangga tetapi juga industri
makanan. Penambahan sedikit MSG ke dalam masakan, akan memberikan kelezatan yang setara dengan ekstrak daging sapi. Muncul efek tidak menyenangkan dari MSG
setelah bertahun-tahun digunakan, yaitu berupa rasa kebas dan jantung berdebar- debar, mual, sakit kepala yang kemudian dikenal dengan “Chinese restaurant
syndrome” Sand, 2005.
Pada sistem reproduksi mencit, MSG dapat menyebabkan infertil akibat timbulnya keadaan stres oksidatif yang ditandai pembentukan radikal bebas dalam
testis yang akan menurunkan kadar asam askorbat dalam testis sehingga menyebabkan berkurangnya berat testis, jumlah sperma dan peningkatan jumlah sperma abnormal
Megawati, 2008. Pada mencit betina dan jantan yang diberi MSG, terjadi penurunan berat kelenjar endokrin, yaitu pada kelenjar hipofisis, tiroid, ovarium, dan testis. Pada
mencit betina yang diberi MSG terjadi kelambatan kanalisasi vagina dan mempunyai siklus estrus yang lebih panjang dari pada kontrol. Pada mencit jantan yang diberi
MSG didapatkan tanda-tanda infertilitas, misalnya berkurangnya berat testis Pizzi, 1977.
Pemberian MSG dengan dosis 4 gkg BB akan menimbulkan terjadinya stres oksidatif pada mencit yang ditandai dengan terbentuknya radikal bebas yang akan
dilawan oleh tubuh mencit dengan cara meningkatkan aktivitas enzim glutathione reductase GR, glutathione-S-transferase GST, glutathione peroxidase GPX yang
Universitas Sumatera Utara
berfungsi untuk meningkatkan produksi gluthation yang merupakan antioksidan Siregar, 2009.
Antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan olehnya. Vitamin C dan E
sebagai antioksidan dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas. Penelitian terhadap kualitas semen pada kelinci jantan yang diberikan vitamin C dan E
menunjukkan penurunan produksi radikal bebas dan dapat memperbaiki kualitas cairan semen kelinci Yousef, et al, 2003.
Penelitian yang dilakukan Farombi 2006, untuk menguji efek antioksidan yaitu vitamin C dan E terhadap kerusakan oksidatif di hati,
ginjal dan otak akibat pemaparan MSG menunjukkan bahwa antioksidan memiliki potensi untuk melawan stres oksidatif yang diakibatkan oleh MSG.
Vitamin C adalah antioksidan yang bekerja pada sitosol dan secara ekstrasel, sedangkan vitamin E adalah antioksidan yang bekerja pada membran sel dan
memerlukan tekanan oksigen yang tinggi. Dengan mekanisme kerja yang berbeda tersebut, jika kedua vitamin ini digunakan diharapkan akan dapat menghambat
aktivitas radikal bebas. Vitamin E akan menangkap radikal bebas, namun vitamin E kemudian berubah menjadi vitamin E radikal. Vitamin C dapat menghambat reaksi
oksidasi dengan mengikat vitamin E radikal menjadi vitamin E bebas yang berfungsi kembali sebagai antioksidan. Sulistyowati, 2006.
1. 2 Perumusan Masalah Penelitian
Efek toksik yang ditimbulkan oleh MSG adalah rusaknya nukleus arkuata hipotalamus yang berdampak pada penurunan GnRH, FSH dan LH. Menurunnya
kadar FSH dan LH akan menyebabkan gangguan perkembangan testis. MSG dapat menimbulkan keadaan stres oksidatif yang ditandai dengan terbentuknya radikal bebas
di dalam testis. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat mencegah terjadinya keadaan stres oksidatif sehingga hal tersebut tidak terjadi. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk melakukan penelitian ”Pengaruh Pemberian Vitamin C dan
Universitas Sumatera Utara
E terhadap Gambaran Histologis Testis Mencit Mus musculus L. yang Dipajankan
Monosodium Glutamat MSG”.
1.3 Tujuan Penelitian