Gambar 2.3. Perubahan fisik laki-laki menurut Marshall dan Tanner.
6,12
2.4. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pubertas
Di samping faktor genetik, faktor lingkungan seperti nutrisi dan stres juga berperan dalam awitan pubertas. Pada keadaan malnutrisi dapat
dijumpai pubertas yang terlambat.
7
Herman-Giddens, dkk di Amerika Serikat mendapatkan awitan pubertas yang lebih dini dibandingkan
data normal yang dibuat dua dekade sebelumnya. Hal ini dihubungkan dengan meningkatnya prevalensi  overweight  dan obesitas pada
remaja.
13
Universitas Sumatera Utara
Berbagai stres  seperti penyakit akut ataupun  kronis dapat menekan  HPA. Latihan fisik dan kompetisi olahraga yang intensif
seperti senam  dapat mengakibatkan stres fisik dan  psikologis yang berhubungan dengan keterlambatan pubertas.
7,11,14
Keadaan ini disebabkan oleh  faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap hipotalamus. Gambar 2.4.
15
Gambar 2.4. Pengaruh lingkungan terhadap batas usia pubertas.
15
Respon neuroendokrin terjadap berbagai faktor lingkungan menunjukkan pola yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor lingkungan tertentu menggunakan beberapa jalur spesifik dalam mempengaruhi pubertas. Berbagai faktor seperti siklus pajanan
Universitas Sumatera Utara
terhadap cahaya, musim, dan bahan kimia yang mengganggu sistem endokrin juga dikatakan dapat mempengaruhi awitan pubertas.
14,15
2.5. Hubungan IMT dan Waktu Pubertas
Beberapa penelitian pada remaja menunjukkan adanya hubungan IMT dengan waktu pubertas. Marshall menduga bahwa hubungan antara
komposisi tubuh dengan pubertas juga terjadi pada laki-laki.
16
Namun masih banyak yang belum diketahui bagaimana hubungan antara
komposisi tubuh dengan waktu pubertas. Ada peningkatan prevalensi obesitas dan pubertas dini pada remaja laki-laki dan perempuan
selama lima dekade terakhir di Amerika Serikat. Hal ini diduga adanya pengaruh hormon leptin terhadap HPA.
4
Pengaruh hormon leptin terhadap IMT diduga terjadi pada saat tahap 2 dari perkembangan pubertas. Pada perempuan kadar leptin
meningkat  r=0.47 dan P0.0001, sedangkan pada laki-laki terjadi penurunan kadar leptin r=-0.34 dan P0.0001. Hal ini mempengaruhi
IMT  remaja perempuan yang relatif  lebih tinggi daripada laki-laki terutama  pada  saat berusia 12  tahun.  Penurunan kadar leptin juga
berhubungan dengan peningkatan kadar testosteron pada laki-laki r=- 0.43 dan P0.0001.
17
Hal ini diperkuat dengan penelitian lainnya  yang  menyatakan adanya korelasi negatif kadar leptin dengan kadar testosteron  dan
Universitas Sumatera Utara
maturitas seksual pada remaja laki-laki.
18
Sedangkan hubungan antara IMT dengan usia tulang sebagai dasar menentukan usia pubertas
sangat lemah r=0.0225.
19
Studi  cross sectional  lainnya  menyatakan adanya korelasi negatif yang kurang bermakna antara IMT dengan
usia pubertas pada anak laki-laki r=-0.3 dan P=0.05.
20
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Konseptual