Manajemen Kemitraan

4.2.1 Manajemen Kemitraan

A. Bentuk Kemitraan

1.) Bentuk Kepemilikan Berdasarkan hasil benchmarking, bentuk kepemilikan dalam usaha waralaba ada dua, yaitu waralaba toko baru dan waralaba take over. Kedua cara tersebut dapat dilakukan tetapi harus melihat dari kesiapan akan sumber daya yang dimiliki pewaralaba yang dalam hal ini adalah modal usaha.

a. Waralaba Toko Baru

Jika usaha waralaba baru berjalan, maka sistem yang tepat digunakan adalah waralaba toko baru. Sistem ini memberikan kemudahan bagi calon mitra untuk menjadi terwaralaba dengan cara membangun bisnis waralaba dari awal yang dimulai dengan penentuan lokasi, pembangunan toko hingga pembukaan toko. Sistem ini tidak membutuhkan modal yang besar bagi pewaralaba. Semua modal diserahkan kepada terwaralaba sebagai pembeli lisensi waralaba dari pewaralaba.

b. Waralaba Take Over

Jika usaha waralaba yang berjalan telah berkembang, maka sistem ini bisa dijalankan. Sistem ini membutuhkan modal pewaralaba yang besar. Pewaralaba membuka toko baru hingga toko tersebut beroperasi. Setelah toko tersebut beroperasi, pewaralaba bisa menjual toko tersebut kepada calon terwaralaba atau pihak yang sudah menjadi terwaralaba. Modal investasi yang dikeluarkan oleh terwaralaba lebih besar dibanding sistem waralaba toko baru karena investasi tersebut digunakan untuk mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh pewaralaba.

2.) Syarat dan Ketentuan Penerima Waralaba (Terwaralaba)

Bekerjasama dengan seseorang sebagai mitra bisnis tidak boleh sembarangan karena keberhasilan bisnis waralaba juga tergantung dari pihak penerima waralaba. Oleh karena itu dalam menerima permohonan seseorang untuk menjadi calon terwaralaba, seorang pewaralaba harus

commit to user

selektif dalam memilih. Syarat dan ketentuan untuk menjadi penerima waralaba atau terwaralaba antara lain:

a. Perorangan / Badan Usaha (Koperasi, CV, PT, dan lainnya);

b. Warga Negara Indonesia;

c. Sudah atau akan mempunyai lokasi tempat usaha;

d. Memenuhi persyaratan perijinan yang nantinya diperlukan;

e. Bersedia mengikuti sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh

pewaralaba;

f. Mengetahui tentang printer dan tinta;

g. Mempunyai komitmen untuk terjun langsung dalam bisnis;

h. Menyiapkan dana investasi;

i. Memiliki rekening di bank. Persyaratan tersebut wajib diperhatikan oleh pewaralaba dalam menerima calon terwaralaba karena perekrutan terwaralaba merupakan proses penting untuk menentukan keberhasilan bisnis waralaba. 3.) Alur Kemitraan

Seorang terwaralaba perlu melalui beberapa proses terlebih dahulu sebelum dia dapat membuka usahanya. Proses tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1. Alur Waralaba Bisnis Ritel Kategori Printer dan Tinta

commit to user

Keterangan Gambar :

a. Calon terwaralaba menerima informasi mengenai bisnis yang diwaralabakan.

b. Calon terwaralaba menghubungi pewaralaba untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

c. Pewaralaba melakukan presesentasi awal dengan menjelaskan secara singkat mengenai bisnis yang diwaralabakan, keuntungan menjadi terwaralaba serta alur kemitraan.

d. Calon terwaralaba yang tertarik dengan bisnis waralaba yang ditawarkan segera mencari alternatif lokasi tempat berdirinya usaha.

e. Pewaralaba melakukan presentasi lanjutan. Presentasi ini terfokus kepada prosedur operasional saat bisnisnya nanti telah beroperasi.

f. Calon terwaralaba yang setuju kemudian melakukan perjanjian dengan pewaralaba. Saat perjanjian, pewaralaba akan menyerahkan prospektus penawaran yang berisi gambaran tentang bisnis serta prosedur operasional dalam berbisnis waralaba.

g. Pewaralaba akan membimbing pihak terwaralaba sampai toko resmi dibuka.

h. Toko resmi dibuka. Alur bisnis waralaba tersebut menjelaskan gambaran mengenai

prosedur bagi calon terwaralaba jika ingin menjadi mitra waralaba. 4.) Tanggung Jawab Terwaralaba

waralaba wajib bertanggungjawab sepenuhnya atas keberlangsungan usaha yang dijalankannya. Pihak terwaralaba harus bertindak secara aktif dan tidak diperkenankan kepemilikan yang pasif. Keberhasilan suatu usaha tidak selamanya bergantung dari pewaralaba tetapi juga peran serta dari terwaralaba. Dalam perancangan sistem ini kepemilikan waralaba yang dikenakan merupakan kepemilikan aktif dengan tanggung jawab pihak terwaralaba yang besar.

commit to user

5.) Sistem Training Training merupakan pelatihan yang diberikan dari pewaralaba kepada pihak terwaralaba. Pelatihan dilakukan langsung oleh pihak pewaralaba sebagai pemilik dari waralaba yang mengetahui secara jelas bisnis yang dijalankan. Pelatihan diberikan kepada pihak terwaralaba langsung beserta karyawannya. Karena waralaba ini mensyaratkan kepemilikan yang aktif maka pihak terwaralaba juga mendapatkan pelatihan. Sistem training yang diberlakukan adalah sebagai berikut :

a. Pelatihan dilakukan selama kurang lebih 1-2 bulan di kantor pewaralaba.

b. Selama masa pelatihan tersebut, pewaralaba berkewajiban memantau performansi dari calon karyawan yang dilatih, jika tidak berkompeten maka akan langsung dipulangkan.

c. Setelah lebih dari 2 bulan maka peserta pelatihan akan dikembalikan ke toko yang menjadi tempat mereka bekerja.

d. Setelah mulai bekerja, pewaralaba berkewajiban memastikan bahwa karyawan yang lulus dari training merupakan karyawan yang telah lulus kompetensi. Jika ternyata masih belum berkompeten maka akan diberikan peringatan dan kemudian pihak terwaralaba akan mengirimkan karyawan tersebut untuk diberikan pelatihan lagi.

6.) Strategi Pembukaan Gerai Pewaralaba berkewajiban membantu pihak terwaralaba sampai toko tersebut dibuka. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah strategi pembukaan. Hal ini menjadi tugas langsung oleh pewaralaba. Berikut ini strategi pembukaan bisnis waralaba baru, yaitu :

a. Pembagian brosur/leaflet

b. Menyebar informasi sebulan sebelum pembukaan toko

c. Menawarkan diskon pembelian pada saat pembukaan toko.

d. Melakukan demonstrasi mengenai produk di kantor – kantor ataupun instansi pemerintah.

commit to user

7.) Konsultasi Konsultasi merupakan kegiatan memberikan nasihat atau masukan atas permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini pihak terwaralaba dapat melakukan konsultasi kepada pewaralaba jika menemui kesulitan dalam mengoperasikan bisnisnya. Sebuah konsultasi dapat dilakukan melalui telepon, email ataupun datang langsung ke tempat pewaralaba. Masa konsultasi sesuai dengan masa perjanjian waralaba. Umumnya setiap 5 tahun sekali perjanjian waralaba harus diperbaharui, maka waktu konsultasi berakhir pula pada saat masa berlaku dari perjanjian waralaba tersebut selesai. 8.) Monitoring

Monitoring merupakan kegiatan mengukur sekaligus memantau kemajuan dari usaha yang sedang berjalan. Dalam hal ini monitoring dilakukan oleh pewaralaba terhadap usaha yang dilakukan oleh terwaralaba. Hal ini penting dilakukan untuk melihat sejauhmana perkembangan dari usaha yang sedang berjalan. Monitoring dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :

a. Monitoring Harian

Monitoring harian dilakukan setiap hari dengan melihat pada laporan keuangan harian. Selain itu dapat juga dilakukan dengan bantuan rekaman CCTV yang terpasang di toko yang berhubungan langsung dengan kantor pusat. Monitoring secara harian cocok dilakukan jika usaha telah berkembang besar karena membutuhkan dukungan teknologi yang besar serta sumber daya yang handal.

b. Monitoring Berkala

Monitoring berkala dilakukan tidak setiap hari dan waktu yang ditentukan lebih fleksibel. Monitoring berkala dapat terjadi secara mendadak tanpa pemberitahun sebelumnya, dan bisa juga tergantung dari permintaan terwaralaba. Monitoring dilakukan dengan melihat laporan keuangan bulanan ataupun tahunan. Cara ini cocok digunakan untuk usaha yang baru diwaralabakan karena

commit to user

tidak membutuhkan teknologi yang handal dan cara ini lebih mudah diterapkan daripada monitoring harian.

B. Hukum dan Perizinan

1.) Legalitas Hukum Salah satu dari enam kriteria yang harus dimiliki sebuah usaha agar dapat digolongkan sebagai waralaba yang berdasarkan pada Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor:31/M-DAG/PER/8/2008 adalah harus memiliki HKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang telah terdaftar. Sebuah waralaba harus mempunyai HKI agar diakui keberadaannya sebagai waralaba. Di Indonesia Hukum yang mengatur HKI di Indonesia di antaranya adalah Paten, Merek, Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Perlindungan Varietas Tanaman. Bagi sebuah usaha yang akan mewaralabakan usahanya harus mempunyai merek terlebih dahulu karena hal ini menjadi salah satu keunikan usaha tersebut yang membedakan dengan usaha yang lain.

Adapun tata cara pendaftaran merek dagang dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2. Alur Pengajuan HKI

commit to user

Berikut ini merupakan kelengkapan yang harus dipenuhi bagi seorang pewaralaba untuk mengurus HKI antara lain:

a. Surat Pernyataan Pemilikan Merek

b. Etiket merek, dengan jumlah 20 puluh helai dengan ketentuan

1. Ukuran maksimal 9 X 9 Cm dan minimal 2 X 2 Cm.

2. Warna, jika etiket merek berwarna, harus disertai pula satu lembar etiket yang tidak berwarna (hitam putih).

3. Terjemahan, jika etiket merek yang menggunakan bahasa asing dan atau di dalamnya terdapat huruf selain huruf latin atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia wajib disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia, dalam huruf latin, dan dalam angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia.

c. Akta pendirian badan hukum

d. Surat Kuasa Khusus Penjelasan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran merek

dagang dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek.

2.) Izin Usaha Izin usaha yang diperlukan dalam bisnis waralaba ini antara lain:

a. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), TDP (Tanda Daftar Perusahaan) dan HO (Izin Gangguan) SIUP merupakan surat izin untuk dapat melaksanakan usaha

perdagangan. TDP merupakan bukti bahwa usaha tersebut telah melakukan wajib daftar perusahaan. Sedangkan HO merupakan pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadi atau badan dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan gangguan, dan atau kerugian atau bahaya.

SIUP, TDP, maupun HO wajib dimiliki setiap orang yang memiliki usaha, karena surat tersebut berfungsi sebagai alat atau bukti pengesahan dan legalitas dari usaha yang didirikan. Dalam

commit to user

pembuatannya antara SIUP, TDP, dan HO tidak dapat dipisahkan karena pendaftaran ketiganya berada dalam satu formulir yang sama. Berikut ini merupakan prosedur dalam pembuatan SIUP, TDP, dan HO menurut Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 289/MPP/KEP/10/2001 Tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP):

Gambar 4.3 Alur Pengajuan SIUP, TDP, dan HO

Berikut ini merupakan kelengkapan yang harus dipenuhi bagi seorang pewaralaba untuk mengurus permohonan SIUP, TDP, dan HO antara lain menurut Keputusan Menteri Perindustrian Dan

commit to user

Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 289/MPP/KEP/10/2001 Tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP):

 Fotokopi KTP pemilik/penanggungjawab perusahaan  Fotokopi NPWP perusahaan  Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) / HO dari Pemda

perdagangan yang

Gangguan (HO)  Neraca perusahaan.

Dalam mengajukan izin ini usaha pewaralaba harus berjalan terlebih dahulu karena nanti akan dilakukan survei oleh pemerintah mengenai usaha yang akan diurus perizinannya. Oleh karena itu sebelum membuat izin, lebih baik usaha tersebut telah berjalan.

Pihak terwaralaba dibebaskan untuk tidak mengurus SIUP, TDP, dan HO dengan menggunakan SIUP Pewaralaba, namun bisa juga dibuat jika diperlukan. Adapan kelengkapan yang harus dipenuhi bagi seorang terwaralaba untuk mengurus permohonan SIUP antara lain:

 Fotokopi SIUP pewaralaba yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP tersebut;

 Fotokopi akte notaris atau bukti lainnya tentang

pembukaan kantor terwaralaba  Fotokopi KTP pihak terwaralaba  Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (pewaralaba)  Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) / HO dari Pemda

setempat bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan

Gangguan (HO).

b. STPW Pemberi Waralaba STPW Pemberi Waralaba merupakan surat tanda pendaftaran

waralaba yang harus dimiliki oleh setiap pewaralaba jika ingin

commit to user

mewaralabakan usahanya. Berikut ini merupakan prosedur dalam pembuatan STPW Pemberi Waralaba berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:31/M-DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan Waralaba.

Gambar 4.4. Alur Pengajuan STPW Pemberi Waralaba

Berikut ini merupakan kelengkapan yang harus dipenuhi bagi seorang pewaralaba untuk mengurus permohonan STPW Pemberi Waralaba berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:31/M-DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan Waralaba :  Fotokopi Izin Teknis  Fotokopi Prospektus Penawaran Waralaba  Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP)  Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta Perubahan

yang telah mendapat Pengesahan dari Instansi Berwenang (khusus bagi yang berbadan hukum)

 Fotokopi Tanda Bukti Pendaftaran HKI  Fotokopi KTP Pemilik/Penanggungjawab Perusahaan

commit to user

c. STPW Penerima Waralaba STPW Penerima Waralaba merupakan surat tanda pendaftaran

waralaba yang harus dimiliki oleh setiap terwaralaba sebagai bukti bahwa dia memiliki lesensi sebagai penerima waralaba. Berikut ini merupakan prosedur dalam pembuatan STPW Penerima Waralaba berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:31/M-DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan Waralaba

Gambar 4.5. Alur Pengajuan STPW Penerima Waralaba

Berikut ini merupakan kelengkapan yang harus dipenuhi bagi seorang pewaralaba untuk mengurus permohonan STPW Pemberi Waralaba :

 Fotokopi Izin Teknis  Fotokopi Prospektus Penawaran Waralaba dari Pemberi

Waralaba  Fotokopi Perjanjian Waralaba  Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP)  Fotokopi STPW Pemberi Waralaba

commit to user

 Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta Perubahan yang telah mendapat Pengesahan dari Instansi Berwenang (khusus bagi yang berbadan hukum)

 Fotokopi Tanda Bukti Pendaftaran HKI  Fotokopi KTP Pemilik/Penanggungjawab Perusahaan.

C. Struktur Finansial

Struktur finansial berisi tentang biaya – biaya yang dikeluarkan dalam waralaba.

1) Franchise Fee Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba pada saat pihak terwaralaba bersepakat untuk menerima hak waralaba dari pewaralaba dan dibayarkan sekali selama masa perjanjian. Biaya ini dikeluarkan sebagai ganti izin pemakaian nama dan bisnis dari pihak pewaralaba. Komponen pembentuk biaya ini adalah biaya untuk penggunaan nama dan merk dagang perusahaan, biaya desain layout, biaya rekrutmen dan/atau seleksi pegawai, serta biaya launching outlet. Selain itu biaya ini juga dipengaruhi oleh kuatnya brand image perusahaan. Semakin baik dan kuat brand image perusahaan, maka semakin besar tingkat kepercayaan seseorang terhadap merek tersebut, sehingga semakin besar nilai franchise fee

2) Royalty Fee Biaya ini merupakan biaya yang dibayarkan oleh pemegang waralaba setiap bulan dari keuntungan yang diperolehnya. Banyak cara untuk menentukan besarnya biaya ini, diantaranya :  Dengan prosentase tetap yang diambil dari keuntungan per bulan  Dengan prosentase yang meningkat seperti pajak progresif yang

diambil dari keuntungan per bulan  Dengan prosentase yang tetap tiap bulannya namun prosentase tiap

produk berbeda. Sistem penentuan royalty fee yang baik untuk diterapkan pada ritel

kategori printer dan tinta ini diambil dari hasil penjualan produk dimana prosentase adalah tetap dan prosentase pengambilan produk printer dan tinta

commit to user

berbeda. Prosentase royalty fee untuk produk tinta dikenakan lebih besar daripada printer. Besarnya prosentase ditentukan oleh pewaralaba.

3) Advertising Fee Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba untuk membayar biaya iklan dari usaha yang dijalankan oleh terwaralaba. Biaya ini dibayarkan sekali di awal pada saat perjanjian dan sebelum toko dibuka. Biaya ini digunakan untuk membiayai segala bentuk promosi yang dilakukan sepanjang tahun selama masa perjanjian berlaku. Komponen pembentuk biaya ini tergantung dari cara promosi yang digunakan. Semakin besar cara yang digunakan, maka akan semakin besar pula biaya yang dikeluarkan.

4) Distribution Fee Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba untuk membayar biaya pengiriman barang dari pihak pewaralaba. Bagi waralaba yang menerapkan sistem keuangan terpusat, maka biaya ini langsung dipotong dari hasil penjualan tiap bulannya oleh pewaralaba. Jika menerapkan sistem keuangan oleh cabang maka besar biaya pengiriman ini menjadi beban dari pihak terwaralaba. Komponen pembentuk biaya ini tergantung dari jarak pengiriman, berat barang yang dikirim, dan banyaknya pengiriman yang dilakukan.

5) Administration Fee Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba untuk membiayai administrasi keuangan usahanya. Bagi waralaba yang menerapkan sistem keuangan terpusat, maka dikenakan biaya ini sebagai pengganti kegiatan administrasi yang ditangani oleh pewaralaba. Jika menerapkan sistem keuangan oleh cabang maka unsur biaya ini ditiadakan karena pengelolaan keuangan langsung ditangani oleh cabang. Besar biaya administrasi tergantung dari pihak pewaralaba. Komponen pembentuk biaya ini berasal dari pengeluaran untuk internet, transportasi, dan listrik.

6) Biaya Fixture Toko Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan renovasi bangunan serta untuk membeli peralatan yang dibutuhkan toko. Renovasi

commit to user

dilakukan sesuai dengan standar layout dan desain yang ditetapkan oleh pewaralaba. Oleh karena itu biaya ini wajib dikeluarkan oleh pihak terwaralaba dan dibayarkan di awal pada saat perjanjian. Komponen pembentuk biaya ini tergantung dari spesifikasi layout dan desain yang ditetapkan oleh pewaralaba.

7) Biaya Pembelian Peralatan Toko Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan toko yang nantinya digunakan sebagai peralatan toko. Peralatan toko akan disediakan oleh pihak pewaralaba dan pihak terwaralaba mengganti dengan sejumlah biaya. Biaya ini wajib dibayarkan oleh terwaralaba pada saat perjanjian usaha dan sebelum gerai dibuka. Komponen pembentuk biaya ini tergantung dari peralatan toko yang ditetapkan oleh pewaralaba.

8) Biaya Sewa Tempat Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa dari lokasi yang dijadikan toko. Biaya ini hanya dibayarkan bagi tempat yang disewa dan tidak untuk tempat yang menjadi milik pribadi terwaralaba. Jika lokasi yang dipilih merupakan pilihan dari terwaralaba maka biaya sewa tempat menjadi tanggung jawab terwaralaba untuk membayar kepada pemilik tempat. Jika lokasi yang dipilih merupakan pilihan dari pewaralaba, maka pihak terwaralaba wajib membayar sejumlah biaya untuk sewa tempat dan kemudian dibayarkan kepada pewaralaba pada saat perjanjian dilakukan atau sebelum gerai dibuka. Komponen pembentuk biaya sewa ini tergantung dari lokasi yang dipilih dan masa sewa lokasi tersebut.

9) Biaya Launching Biaya launching merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pembukaan gerai yang terkait dengan promosi. Biaya ini dikeluarkan oleh terwaralaba untuk selanjutnya dibayarkan kepada pewaralaba. Pewaralaba yang akan mengurusi segala bentuk promosi untuk pembukaan toko. Besar biaya launching tergantung dari materi promosi yang dilakukan. Semakin besar promosi yang dilakukan maka semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan. Komponen pembentuk biaya ini tergantung dari cara launching

commit to user

yang digunakan. Semakin besar cara yang digunakan, maka akan semakin besar pula biaya yang dikeluarkan.

10) Biaya Perijinan Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai perijinan dalam membuka usaha. Biaya ini dikeluarkan oleh terwaralaba untuk selanjutnya dibayarkan kepada pewaralaba. Pewaralaba yang akan mengurusi segala bentuk perijinan dalam pembukaan usaha baru. Komponen pembentuk biaya ini tergantung dari lokasi dimana usaha akan didirikan karena biaya perijinan di suatu wilayah tergantung dari pemerintah setempat.

11) Biaya Deposito Awal Biaya deposito awal merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak terwaralaba dan besarnya tergantung dari pewaralaba. Biaya ini bukan merupakan uang muka namun biaya ini digunakan sebagai jaminan atas usaha yang dilakukan oleh terwaralaba dan sekaligus untuk mengantisipasi akan hal buruk yang terjadi. Biaya ini merupakan pilihan bagi seorang pewaralaba. Komponen pembentuk biaya ini berasal dari total investasi awal. Jikapihak pewaralaba menginginkan adanya unsur biaya ini besarnya dapat ditentukan dari 25-30 % dari total investasi awal.

12) Persediaan Awal Persediaan awal merupakan persediaan barang yang dijadikan sebagai initial stock sebelum toko tersebut beroperasi. Persediaan inilah yang nantinya dijadikan sebagai stock awal dalam beroperasi. Stock awal ini berupa barang yang besarnya ditentukan oleh pewaralaba dan pihak terwaralaba berkewajiban mengganti stock awal tersebut dengan biaya setara total harga barang yang menjadi stock awal. Penentuan stock awal ini berdasarkan data permintaan produk yang terjadi untuk tiap bulannya.

13) Biaya Perpanjangan Kontrak Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh terwaralaba sebagai bentuk perpanjangan dari kontrak waralaba. Jika tidak ingin memperpanjang kontrak maka tidak wajib membayar biaya ini. Komponen pembentuk biaya perpanjangan kontrak ini adalah franchisee fee yang ditambah dengan biaya

commit to user

perizinan setelah kontrak sebelumnya dinyatakan habis. Waktu pembayaran dari biaya ini adalah setiap 5 tahun sekali karena izin STPW hanya berlaku selama 5 tahun dan selanjutnya harus diperpanjang.