SISTEM INFORMASI KETERKAITAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN CEMARAN UDARA DI KOTA SEMARANG

(1)

i

SISTEM INFORMASI KETERKAITAN RUANG TERBUKA

HIJAU (RTH) DAN CEMARAN UDARA

DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains di Universitas Negeri Semarang

Oleh: Silvia Verdiana NIM. 3211411007

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

PERSETUJUAN BIMBINGAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes Pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si. NIP. 19620811 1988032 001

Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP. 196209041989011 001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang Pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji I Penguji II

Dr. Ir. Ananto Aji, M.S Dr. Tjaturrahono B.S, M.Si. NIP. 196305271 1998111 001 NIP. 196210191988031002

Penguji

Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si. NIP. 19620811 1988032 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dr. Subagyo, M.Pd. NIP. 19510808 1980031 003


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 17 Maret 2015

Silvia Verdiana NIM. 3211411007


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Dia yang mampu melakukan akan memiliki seluruh dunia dan dia yang tidak bisa akan berjalan dikesunyian. (Dale Carnegie)

 Adalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi itu membuatnya tanpa rasa, itu membuatnya tanpa arti, seperti jika anda menjelaskan Simfony Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara. (Albert Einstein)

 Salah satu alasan mengapa manusia cenderung berhenti adalah karena mereka menjadi semakin dan semakin tak mau mengambil resiko untuk gagal. (John W.Gardner)

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan kepada:

Ayahanda Mukhlis Hidayat & Ibunda Sulis Narwati yang selalu memberi doa, dan dukungan yang selalu memberi inspirasi serta semangat.

Mas Andri, dek Dicky, Cipluk dan Vidya Islamia P. sahabatku tersayang, yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi.

Sahabat-sahabatku Geografi 2011 yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi.


(6)

vi

PRAKATA

Segala puji dan Syukur senantiasa penulis menghaturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang” dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun sebagai peryaratan memperoleh gelar sarjana sains (S1) di Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Haryanto, M.Si., Ketua Program Prodi Studi Geografi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas yang memungkinkan penulis melakukan penelitian ini.

5. Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si., Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.


(7)

vii

6. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., dan Dr. Tjaturrahono Budi S, M.Si, dosen Penguji pertama dan kedua yang telah memberikan koreksi dan pengarahan dalam penyempurnaan skrispsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan serta bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

8. Keluarga Geografi UNNES angkatan 2011 terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.

9. Bapak Ibu dan keluargaku yang memberikan semangat, doa, dan kasih sayangnya untukku.

10.Semua pihak yang telah membantu dan menyelenggarakan skripsi ini, yang tidak dapat dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT, dan saya menyadari bahwa skripsi ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran sangat kami harapkan demi peningkatan manfaat skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 17 Maret 2015


(8)

viii

SARI

Silvia Verdiana. 2015. Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si.

Kata kunci: Sistem Informasi, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Cemaran Udara. Perkembangan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih maju menjadikan keseimbangan ekologi mulai terabaikan sehingga luasan terbangun pada suatu wilayah menjadi salah satu faktor penyempitan RTH. Tujuan dari penelitian ini: (1) Mengetahui kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang, (2) Mengkaji cemaran udara di Kota Semarang, (3) Menyusun sistem informasi prediksi keterkaitan RTH dengan cemaran udara di Kota Semarang, (4) Mengkaji keterkaitan RTH terhadap cemaran udara dengan memanfaatkan fungsi sistem informasi RTH sehingga mampu memberikan informasi dan arahan kebutuhan RTH maupun vegetasi untuk meredam cemaran udara di Kota Semarang.

Objek dalam penelitian ini adalah lahan potensial, RTH aktual, dan cemaran udara yang berasal dari kegiatan transportasi. Variabel penelitian ini meliputi kondisi sebaran RTH, cemaran udara, dan Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, dokumentasi, pengukuran lapangan, dan interpretasi sistem informasi RTH dan cemaran udara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis spasial, analisis deskriptif, dan analisis komparatif.

Hasil penelitian menunjukkan pada lokasi penelitian terdapat beberapa sebaran lahan hijau. Sekitar 15%-25% sebagai potensi taman, 24%-41% sebagai potensi lapangan olah raga, 19%-32% sebagai potensi koridor jalur hijau, dan 41% sebagai potensi pemakaman. Cemaran udara berupa CO2 pada lokasi

penelitian yang dihitung dengan mengsitkan hasil pengukuran BLH dan Konversi CO2 hasil perhitungan lapangan. Berdasarkan klasifikasi cemaran udara, keempat

lokasi penelitian tersebut tercemar gas CO2 terutama dari proses transportasi.

Berdasarkan perhitungan sistem informasi, Semarang Timur dan Semarang Selatan merupakan kecamatan yang memiliki RTH optimal yang cukup ideal karena selisih lahan potensial dan RTH aktual relatif sedikit sehingga pemanfaatan lahan potensial cukup intensif. Sedangkan Semarang Tengah dan Semarang Utara perlu diadakan peningkatan optimalisasi RTH lebih intensif.

Pemkot Semarang diharapkan mengeluarkan kebijakan penghijauan perkarangan rumah atau lahan kosong yang belum dihijaukan secara intensif dan berkala. Serta memberikan sosialisasi terkait pentingnya RTH dalam meminimalisir pencemaran udara. Instansi/dinas terkait yang menangani kondisi tanaman yang ada di taman kota perlu melakukan monitoring secara intensif periodik terhadap vegetasi RTH di Kota Semarang.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN BIMBINGAN ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Istilah ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Informasi ... 11

B. Ruang Terbuka Hijau ... 21

C. Cemaran Udara ... 33

D. Penelitian Terdahulu ... 55


(10)

x BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 59

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 59

C. Variabel Penelitian ... 60

D. Bahan dan Peralatan Penelitian ... 61

E. Teknik Pengumpulan Data ... 62

F. Tahap Penelitian ... 65

G. Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian ... 68

B. Hasil Penelitian ... 81

1. Keberadaan RTH di Kota Semarang ... 81

a. Sebaran Taman ... 81

b. Sebaran Lapangan Olahraga Outdoor ... 84

c. Sebaran Pemakaman ... 86

d. Sebaran Penghijauan Koridor Jalan ... 87

2. Cemaran Udara Kota Semarang ... 88

3. Sistem Informasi RTH Kota Semarang ... 112

4. Peluang Pengembangan RTH Kota Semarang ... 138

C. Pembahasan ... 149

1. Potensi RTH di Kota Semarang ... 149

2. Kondisi Cemaran Udara di Kota Semarang ... 153

3. Prospek Pengembangan RTH di Kota Semarang ... 161

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 164

B. Saran ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 167 LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Definisi Sistem Informasi ... 12

Tabel 2.2 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 24

Tabel 2.3 Komposisi Udara Kering dan Bersih ... 36

Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien Nasional ... 37

Tabel 2.5 Pengaruh Konsentrasi COHb dalam Kesehatan... 42

Tabel 2.6 Pengaruh SO2 Terhadap Manusia ... 43

Tabel 2.7 Pengaruh Konsentrasi Pencemaran ... 48

Tabel 2.8 Nama-nama ilmiah dan Famili Pohon ... 52

Tabel 4.1 Luas Wilayah Lokasi Penelitian Tahun 2014 ... 70

Tabel 4.2 Jenis Tanah Lokasi dan Potensi Vegetasi Kota Semarang ... 74

Tabel 4.3 Luas Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian ... 79

Tabel 4.4 Karakteristik Sebaran Taman di Lokasi Penelitian ... 82

Tabel 4.5 Karakteristik Lapangan Olahraga Lokasi Penelitian ... 84

Tabel 4.6 Karakteristik Lapangan Olahraga yang dikelola Pemerintah Kota Semarang ... 85

Tabel 4.7 Karakteristik TPU yang dikelola Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang ... 86

Tabel 4.8 Karakteristik Pengelolahan Koridor Jalan yang dikelola Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang ... 88

Tabel 4.9 Tabulasi Hasil Pengukuran Emisi Gas CO2 ... 98

Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Tahun 2012 ... 102

Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Tahun 2013 ... 102

Tabel 4.12 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Kawasan Industri Tahun 2012 ... 105

Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Kawasan Industri Tahun2013 ... 105


(12)

xii

Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien

Roadside Kota Semarang Tahun 2012 ... 108

Tabel 4.15 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Roadside Kota Semarang Tahun 2013 ... 108

Tabel 4.16 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ... 111

Tabel 4.17 Hasil ORTH Kota Semarang... 126

Tabel 4.18 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ... 126

Tabel 4.19 Hasil ORTH Kondisi Eksisting Kota Semarang ... 128

Tabel 4.20 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ... 129

Tabel 4.21 Hasil ORTH RTHa Ditambah 20% ... 130

Tabel 4.22 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ... 131

Tabel 4.23 Hasil ORTH RTHa Ditambah 30% ... 131

Tabel 4.24 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ... 132

Tabel 4.25 Hasil ORTH RTHa Dikurangi 10% ... 133

Tabel 4.26 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ... 134

Tabel 4.27 Hasil ORTH RTHa Dikurangi 5% ... 135

Tabel 4.28 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ... 136

Tabel 4.29 Rekapitulasi Simulasi RTHa ... 137

Tabel 4.30 ORTH Kota Semarang ... 140

Tabel 4.31 Rencana Luasan RTH tiap Kecamatan di Kota Semarang ... 145


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pengelompokan Sistem Informasi ... 17

Gambar 2.2 Siklus Komponen Sistem Informasi ... 19

Gambar 2.3 Asal Pencemaran Udara ... 38

Gambar 2.4 Bagan Alir Kerangka Berfikir Penelitian ... 58

Gambar 4.1 Peta Administrasi Lokasi Penelitian Tahun 2014 ... 69

Gambar 4.2 Peta Geologi Lokasi Penelitian Tahun 2014 ... 73

Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian Tahun 2014 ... 75

Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian Tahun 2014 ... 80

Gambar 4.5 Peta Sebaran RTHa Lokasi Penelitian Tahun 2014 ... 83

Gambar 4.6 Kepadatan Lalu Lintas Jl. Pattimura Kota Semarang ... 90

Gambar 4.7 Perhitungan Lalu Lintas di Roadside Semarang Tengah .. 95

Gambar 4.8 Perhitungan Lalu Lintas di Roadside Semarang Timur .... 95

Gambar 4.9 Peta Lokasi Pengukuran Cemaran Udara ... 96

Gambar 4.10 Peta Cemaran Udara Lokasi Penelitian Tahun 2014 ... 97

Gambar 4.11 Grafik Parameter CO2 Kota Semarang Th 2012 ... 104

Gambar 4.12 Grafik Parameter CO2 Kota Semarang Th 2013 ... 104

Gambar 4.13 Grafik Parameter CO2 Kawasan Industri Kota Semarang Th 2012 ... 107

Gambar 4.14 Grafik Parameter CO2 Kawasan Industri Kota Semarang Th 2013 ... 107

Gambar 4.15 Grafik Parameter CO2 Roadside Kota Semarang Th 2012 110 Gambar 4.16 Grafik Parameter CO2 Roadside Kota Semarang Th 2013 110 Gambar 4.17 Grafik CO2 Tansportasi dan BLH ... 111

Gambar 4.18 Tampilan Awal Sistem Informasi ... 114

Gambar 4.19 Menu Kondisi Kota Semarang Sistem Informasi ... 114

Gambar 4.20 Menu RTH Kota Semarang Sistem Informasi ... 116


(14)

xiv

Gambar 4.22 Tampilan Hasil Perhitungan ORTH ... 118

Gambar 4.23 Menu Cemaran Udara Pada Sistem Informasi ... 118

Gambar 4.24 Menu Arahan Vegetasi ... 120

Gambar 4.25 Menu Peta Pada Sistem Informasi ... 120

Gambar 4.26 Menu Galeri Sistem Informasi ... 122

Gambar 4.27 Menu Profil Pengelolahan Tutupan Lahan ... 122

Gambar 4.28 Menu Profil Emisi GRK Kota Semarang ... 123

Gambar 4.29 Menu Profil Resiko Perubahan Iklim Kota Semarang ... 123

Gambar 4.30 Peta KKRTH Kota Semarang Tahun 2014 ... 142


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Validasi Sistem

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Cemaran Udara Lampiran 3. Surat Terkait Penelitian


(16)

1

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya teknologi di era zaman modern, semakin beragam pula kebutuhan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Saat ini fungsi teknologi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di masyarakat. Terkait kebutuhan informasi keadaan sekitar dalam berbagai bidang baik sosial, ekonomi maupun lingkungan menjadi sangat penting sehingga penerapan teknologi semakin meraba kearah permintaan yang lebih tinggi. Sistem informasi merupakan salah satu penerapan teknologi yang mampu merangkum keadaan berbagai bidang kehidupan secara sederhana. Berbagai fakta menunjukkan bahwa dengan adanya sistem informasi dalam kehidupan, dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan memahami keadaan sekitar di berbagai bidang.

Terdapat beragam sistem dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak hanya memuat sebuah informasi namun sebagai perangkat analisis dalam memahami dan mengkaji berbagai bidang kehidupan. Berbagai sistem tersebut dimanfaatkan sesuai fungsi dan bidangnya, misalnya sistem yang berbasis informatika, kependidikan, ekonomi, sosial, lingkungan, spasial dan sebagainya. Seiring berkembangnya teknologi pendidikan di masyarakat sistem informasi merupakan sebuah media pembelajaran yang terbilang penting, segala informasi yang bersifat sangat luas mampu disederhanakan


(17)

dengan adanya sistem informasi. Saat ini di lembaga pendidikan dalam menerapkan dan mengajarkan ilmu pengetahuan mulai memanfaatkan fungsi sistem informasi misalnya sejak kalangan sekolah dasar sudah mempelajari tentang internet, bahkan di perguruan tinggi segala fasilitas dipermudah dengan penerapan sistem sehingga mahasiswa dapat lebih mudah mengakses kebutuhan akademis.

Permasalahan lingkungan yang hingga saat ini tidak kunjung usai terkadang mulai terabaikan dengan kesibukan masyarakat, bahkan kesadaran pentingnya kelestarian lingkungan masih kurang. Melalui pendidikan lingkungan, sistem informasi menjadi salah satu media pembelajaran yang cukup relevan dalam mengkaji keseimbangan ekologi. Selain itu, adanya sistem informasi RTH merupakan salah satu upaya dalam menerapkan kesadaran dan pengetahuan terkait kelestarian lingkungan sekitar sehingga bermanfaat dalam membangkitkan kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan sejak dini.

Fungsi ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting dalam keseimbangan ekologi wilayah terutama di wilayah perkotaan. Dapat diamati bahwa kota merupakan pusat perkembangan dan pertumbuhan masyarakat dalam sebuah wilayah. Wilayah perkotaan dicirikan dengan berbagai keberagaman aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat, mulai dari kegiatan ekonomi, industri, pendidikan, kebudayaan, perdagangan, pelayanan dan sebagainya. Kenampakan lain ditunjukkan dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi yang menitik beratkan terhadap pembangunan sarana prasarana kota.


(18)

Akibatnya keadaan lingkungan perkotaan berkembang secara ekonomi, namun menurun secara ekologi.

Taman kota atau taman hijau merupakan komponen sebagian dari RTH di dalam kota yang dibuat untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman kota atau taman hijau dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi. Selain itu, taman kota atau taman hijau difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna (Triyono & Soemarno, 2012: 53).

RTH yang di abstraksikan taman hijau lahan hijau juga memiliki fungsi arsitektural yaitu menambah keindahan. Selain itu, memberikan rasa yang berbeda melalui penataan bentuk warna dan jenis vegetasi RTH, sebagai fungsi sosial yaitu tempat berinteraksi masyarakat sekitar dimana RTH tersebut memberikan kesejukan, kenyamanan sehingga masyarakat terwadahi dalam melakukan interaksi berbagai kegiatan, sebagai pencegah bencana seperti erosi tanah yang di timbulkan baik dari udara maupun pengikisan air, akar tanaman berfungsi untuk mengikat tanah agar kuat dari serangan air (Zoeraini, 1994).

Berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, disebutkan bahwa proporsi RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari jumlah lahan didaerah perkotaan. Faktanya taman kota di Kota Semarang pada tahun 2006 yang aktif hanya 36 buah taman kota seluas 46.524 m2 atau 13% dari luas wilayah Kota Semarang, yang sebelumnya 41 buah taman kota atau


(19)

18% dari luas Kota Semarang pada tahun 2002 yang mengalami penurunan sekitar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa RTH di Kota Semarang dari hari ke hari semakin menyempit, artinya RTH semakin berkurang dan berada di bawah ketentuan UU Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 (BPS, 2007). Kemudian pada tahun 2009 jumlah taman yang aktif hanya 33 buah taman kota atau 11% dari luas wilayah Kota Semarang (BPS, 2012).

Pencemaran udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang sampai saat ini belum ada penyelesaian secara optimal. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara kebijakan maupun persebaran keberadaan lahan hijau diperkotaan. Padahal kita sadari bahwa keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi sama pentingnya dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan. Kondisi demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologi wilayah perkotaan, yang berupa meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (seperti meningkatnya kadar debu, belerang, ozon, kanbondioksida, karbonmonoksida, dan nitrogen-oksida), menurunnya air tanah, banjir dan meningkatnya kandungan logam berat dalam air tanah.

Keberadaan RTH dan cemaran udara merupakan suatu kenampakan spasial yang saling berkaitan. Keadaan cemaran udara yang semakin meningkat mulai mengganggu keadaan kualitas udara yang berdampak tidak hanya terhadap kesehatan masyarakat namun juga keseimbangan ekologi. Saat ini penyempitan pemanfaatan lahan untuk RTH semakin meluas, dengan melihat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan kondisi wilayah yang kapasitasnya mulai berkurang. Tentu hal ini berdampak terhadap


(20)

kapasitas udara segar di Kota Semarang yang sulit diperoleh masyarakat. Ditambah lagi dengan adanya industri dan perdagangan serta transportasi kota yang semakin padat menyebabkan tejadinya thermal polution yang kemudian membentuk pulau panas atau heat island.

Permintaan terkait pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan atau bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan lahan lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Sedangkan pada dasarnya keberadaan RTH di suatu wilayah bukan salah satu hal yang dapat diabaikan mengingat fungsi RTH yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari baik diperuntukkan lingkungan maupun masyarakat.

Penelitian ini akan menyusun dan menerapkan sebuah sistem informasi yang berbasis lingkungan spasial terkait dengan keberadaan RTH dan cemaran udara pada beberapa kecamatan sebagai lokasi penelitian di Kota Semarang. Keberadaan RTH dan cemaran udara dikaitkan dengan kualitas udara ambien pada beberapa kecamatan lokasi penelitian di Kota Semarang pada periode tertentu. RTH dalam penelitian ini membahas tentang keberadaan persebaran lahan hijau yang berada pada lokasi penelitian di Kota Semarang. Sedangkan cemaran udara yang dibahas dalam penelitian ini adalah cemaran udara yang


(21)

berasal dari hasil pembakaran bahan bakar minyak kendaraan bermotor yang berupa gas CO2 (karbondioksida).

Sistem ini didesain dengan harapan mampu mempermudah para pengguna data dan informan yang berkepentingan tertentu baik secara akademis maupun umum terkait dengan lingkungan yang meliputi keberadaan RTH dan cemaran udara khususnya di Kota Semarang. Selain itu dengan adanya sistem informasi tersebut diharapkan mampu memonitoring keberadaan RTH dan cemaran udara secara berkelanjutan dan dalam periode tertentu (continue periodic). Disisi lain dalam penerapan sistem informasi tersebut diharapkan mampu menjadi media baik secara akademik maupun informatif terkait pentingnya keseimbangan ekologi sehingga mampu membangkitkan kesadaran masyarakat tentang kelestarian lingkungan.

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran udara di perkotaan. Seperti, mempertahankan dan meningkatnya kualitas lingkungan maupun menyusun alogaritma RTH dengan penataan vegetasi. Dengan adanya sistem informasi ini sebagai salah satu upaya pengurangan cemaran udara melalui kajian keberadaan RTH dan cemaran udara pada lokasi penelitian di Kota Semarang, maka peneliti ingin meneliti dengan judul Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang.


(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah dapat ditarik beberapa rumusan masalah diantaranya adalah:

1. Bagaimana kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang. 2. Bagaimana cemaran udara di Kota Semarang.

3. Bagaimana fungsi keterkaitan RTH terhadap cemaran udara di Kota Semarang.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang. 2. Mengkaji cemaran udara di Kota Semarang.

3. Menyusun Sistem Informasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang.

4. Mengkaji keterkaitan RTH terhadap cemaran udara dengan memanfaatkan fungsi sistem informasi RTH sehingga mampu memberikan informasi dan arahan kebutuhan RTH maupun vegetasi untuk meredam cemaran udara di Kota Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah:


(23)

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baik berupa perbendaharaan konsep, pemikiran metode, teori, maupun sebagai media pembelajaran dalam khasanah studi geografi pada umumnya terutama studi geografi lingkungan. Khususnya Sistem Informasi Ruang terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang beserta pemanfaatannya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi bagi pemerintah Kota Semarang khususnya Badan Lingkungan Hidup (BLH), BAPPEDA, Dinas Kebersihan dan Pertanaman, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dalam mengatasi permasalahan mengenai lingkungan khususnya mengenai optimalisasi RTH di Kota Semarang serta mampu memberikan tambahan pengetahuan kepada masyarakat khususnya pengguna jalan mengenai pentingnya lingkungan hidup dan dampak dari pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara.

E. Batasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk: (1) membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti sehingga jelas batas-batasnya, (2) menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, (3) memudahkan dalam menangkap isi dan makna serta sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian.


(24)

1. Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (Jogiyanto, 2005: 11).

2. Ruang Terbuka Hijau

Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa RTH sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun berkelompok, serta wadah makluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Makluk hidup lainnya dimaksudkan sebagai vegetasi (tumbuhan) dan kehidupan berbagai jenis fauna seperti ikan, binatang, serangga, burung dan jenis fauna lainnya yang juga dibutuhkan oleh manusia (Triyono dan Soemarno, 2012: 53).

3. Cemaran Udara

Cemaran udara adalah bahan yang mengakibatkan polusi udara. Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara seperti CO, NOx, SOx, H2S (Alwi, 2005: 46). Perubahan lingkungan udara pada

umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah maupun akibat aktivitas manusia (Soedomo 1999: 3).


(25)

10

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam suatu kegiatan yang bertujuan dan saling berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Komponen-komponen sistem informasi antara lain: teknologi informasi, proses dan prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier, rekanan dan lain lain. Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu. Dalam hal ini teknologi dapat mencakup produk-produk seperti komputer, sistem operasi, modem, router, oracle, SAP, printer, multimedia, cabling system, VSAT, dan lain sebagainya. Lebih dari sebuah teknologi informasi, sistem informasi mencakup bagian yang lebih luas dan lebih banyak berhubungan dengan karakteristik dari sebuah kegiatan yang bertujuan. (Indrajit, 2003).

Sistem informasi memiliki berbagai pengertian dan definisi. Dengan adanya sebuah sistem dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan sehari-hari, terutama dengan adanya sistem informasi yang mampu merangkum ruang menjadi lebih sederhana dan menyajikan informasi yang tidak perlu diperoleh secara observatif namun cukup dengan p enggunaan teknologi yang sederhana sehingga mempermudah dalam memperkaya sebuah informasi spasial.


(26)

Beberapa definisi mengenai sistem informasi terlihat di Tabel 2.1 berikut (Jogiyanto, 2005:11).

Tabel 2.1 Definisi Sistem Informasi

Sumber Definisi / Pengertian

Alter

Kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan suatu organisasi

Bodnad dan Hopwood

Kumpulan HW dan SW yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna

Budi Sutedjo

Kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi

Sumber: Analisis dan Desain Sistem Informasi, Jogiyanto, 2005:11

Menurut Jerry Fith Gerald (1998) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Karakteristik Sistem a. Memiliki komponen

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja bersama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya


(27)

suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya.

b. Batas sistem (boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

c. Lingkungan luar sistem (environment)

Lingkungan luar sistem adalah apapun yang berada di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem dalam memenuhi tujuan tertentu atau sasaran.

d. Penghubung sistem (interface)

Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya dalam memenuhi tujuan tertentu atau sasaran.

e. Masukan sistem (input)

Masuknya sistem merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance


(28)

input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program merupakan maintanance input yang digunakan dalam mengoperasikan komputer dan data adalah signal input yang diolah menjadi informasi.

f. Keluaran sistem (Output)

Keluaran sistem atau output merupakan suatu hasil dari energi yang diolah oleh sistem yang diharapkam mampu menjadi tujuan tertentu atau sasaran.

g. Pengolah sistem (Process)

Pengolah sistem merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran output yang diinginkan.

h. Sasaran sistem

Sistem yang tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak ada gunanya.

2. Klasifikasi Jenis-Jenis Sistem

a. Sistem abstrak; sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik (sistem teologia).

b. Sistem fisik; merupakan sistem yang ada secara fisik (sistem komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dll.).

c. Sistem alamiah; sistem yang terjadi melalui proses alam (sistem matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dll.).


(29)

d. Sistem buatan manusia; sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin disebut humanmachine system (contoh; sistem informasi).

e. Sistem Tertentu (deterministic system); beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan (contoh; sistem komputer).

f. Sistem tak tentu (probabilistic system); sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

g. Sistem tertutup (close system); sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan sistem luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara teoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatif tertutup, tidak benar-benar tertutup).

h. Sistem terbuka (open system); sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Lebih spesifik dikenal juga yang disebut dengan sistem terotomasi, yang merupakan bagian dari sistem buatan manusia dan berineraksi dengan kontrol oleh satu atau lebih komputer sebagai bagian dari sistem yang digunakan dalam masyarakat modern.


(30)

Menurut Robert A. Leitch (2001) sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sistem informasi memiliki komponen dan kemampuan sebagai berikut:

1. Komponen Sistem Informasi a. Hardware (perangkat keras). b. Software (perangkat lunak).

c. Prosedur: sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan proses data untuk menghasilkan output.

d. Basisdata: suatu pengorganisasian sekumpulan data yang saling terkait sehingga memudahkan proses pencarian informasi.

e. Jaringan komputer dan komunikasi data. f. Brainware (sumber daya manusia). 2. Kemampuan Sistem Informasi

a. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar dengan kecepatan tinggi.

b. Menyimpan informasi dalam jumlah besar ke dalam ruang yang kecil dan mudah diakses.

c. Menyajikan informasi dengan jelas.


(31)

e. Menyediakan komunikasi dalam dan antarorganisasi yang murah, akurat, dan cepat.

Secara garis besar sistem informasi dikelompokkan menjadi 2 (Jogiyanto: 2005), yaitu sistem informasi digunakan untuk mendukung operasional dan sistem informasi yang mendukung manajemen. Secara lebih jelas dapat terlihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Pengelompokan Sistem Informasi (Jogiyanto, 2005)

Sistem informasi yang digunakan untuk mendukung operasional terkait dengan opersional sehari-hari yang berlangsung di dalam suatu organisasi: pemrosesan transaksi, pengendalian proses, dan kerjasama antar tim/bagian di dalam suatu organisasi. Sistem pemrosesan transaksi misalnya saja memproses data hasil transaksi bisnis, memperbaharui basis data opersional, menghasilkan dokumen bisnis. Sistem pengendalian proses terkait dengan proses mengawasi dan mengendalikan proses industri, misalnya: sistem produksi baja, penyulingan minyak dengan sensor yang terhubung komputer. Sistem kerjasama perusahaan mendukung komunikasi dan kerjasama tim/bagian/kelompok kerja disuatu organisasi/perusahaan dengan

SISTEM

Sistem Pendukung Manajemen Sistem Pendukung


(32)

memanfaatkan piranti elektronik dan teknologinya, misalnya e-mail, fax, teleconference. Sistem ini mengarah pada otomatisasi perkantoran. Keluaran/output/hasil dari sistem informasi adalah informasi. Pengguna informasi dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu manajer/pimpinan, non manajer, dan orang-orang atau organisasi di luar organisasi.

Informasi merupakan sumber daya konsepsual dan menduduki level yang memiliki kepentingan dengan sumber daya fisik yang lain yaitu manusia, material, mesin, dan uang. Mengingat informasi merupakan sumber daya yang sangat penting maka perlu dikelola sebaik-baiknya. Untuk dapat mengelola informasi dengan baik semestinya dipahami dulu yang dimaksud dengan informasi dan hal-hal yang terkait di dalamnya. Menurut Gordon Davis (1979: 59), definisi informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan saat ini atau di masa mendatang. Sedangkan menurut Mc.Fadden dan kawan-kawan, informasi dinyatakan sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang mengunakannya. Data dan informasi saling terkait dan membentuk suatu siklus yang disebut siklus informasi. Siklus informasi menurut Burch and Grudnitski terlihat dalam Gambar 2.2 berikut.


(33)

Gambar 2.2 Siklus Komponen Sistem Informasi (Jogiyanto, 2005)

Informasi merupakan sumber daya yang mahal terutama terkait dengan kualitas informasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas informasi adalah aksesibilitas, kelengkapan, ketelitian, relevansi, ketepatan waktu, kejelasan, dan fleksibilitas. Untuk mendapatkan informasi yang berkualitas tidak terlepas dengan bagaimana mengelola informasi tersebut, hal ini tidak terlepas dari yang disebut manajemen informasi, yaitu segala aktivitas untuk memperoleh informasi, menggunakannya seefektif mungkin, dan membuangnya di saat yang tepat.

Perancangan sistem informasi merupakan pengembangan sistem baru dari sistem lama yang ada, dimana masalah-masalah yang terjadi pada sistem lama diharapkan sudah teratasi pada sistem yang baru. Secara konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi (System Development Life Cycle – SDLC) adalah sebagai berikut:

Input (Data)

decision Result and

Evaluation

Informan Data

(Ditangkap )

Proses (Model)

Output (Informasi)

BASIS

DATA


(34)

1. Analisis Sistem: menganalisis dan mendefinisikan masalah dan kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan proses organisasi. 2. Perancangan Sistem: merancang output, input, struktur file, program,

prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi.

3. Pembangunan dan Testing Sistem: membangun perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing secara akurat. Melakukan instalasi dan testing terhadap perangkat keras dan mengoperasikan perangkat lunak.

4. Implementasi Sistem: beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan pelatihan dan panduan seperlunya.

5. Operasi dan Perawatan: mendukung operasi sistem informasi dan melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.

6. Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauh mana sistem telah dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan.

Berdasarkan berbagai pengertian diatas sistem informasi dalam penelitian ini merupakan satu kesatuan komponen sistem yang mengolah data masukan berupa luasan RTH aktual, lahan potensial, dan cemaran udara yang menghasilkan informasi tentang Optimal RTH dan beberapa informasi pendukung seperti gambaran umum lokasi penelitian, beberapa parameter peta, kualitas udara Kota Semarang Tahun 2012 dan 2013, arahan vegetasi penyerap CO2, dan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RADGRK).


(35)

F. Ruang Terbuka Hijau

RTH yang diabstraksikan sebagai taman hijau atau lahan hijau merupakan ruang di dalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman hijau atau lahan hijau dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat perkotaan sebagai tempat rekreasi. Selain itu, taman hijau atau lahan hijau difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna (Triyono & Soemarno, 2012: 53).

Keberadaan taman hijau atau lahan hijau tentu berhubungan dengan ruang dan ruang terbuka. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, baik secara psikologis mupun secara dimensional, karena manusia berada dalam ruang bergerak serta berpikir dan juga menciptakan untuk menyatakan dunianya (Budihardjo. 1999). Ruang pada dasarnya terjadi oleh adanya obyek dan manusia yang melihatnya dan ruang ini terjadi bukan secara alamiah melainkan terbentuk oleh lingkungan luar yang dibuat oleh manusia.

Ruang umum pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas atau kegiatan tertentu dari masyarakat, baik secara individu maupun kelompok (Hakim, 1993). Budihardjo, 1999, membagi ruang menurut sifatnya menjadi dua yaitu:

1. Ruang Umum Terutup, yaitu ruang umum yang terdapat di dalam suatu bangunan.


(36)

Ruang Terbuka secara umum mempunyai arti bermacam-macam, setiap aktor cendrung menterjemahkan sesuai dengan visi dan pandangan mereka masing-masing, sebagai profesi mereka masing-masing (Kaiser, Godschalk and Chapin, 1905).

Simmond (1994) membedakan ruang terbuka dalam bentuk kantong dan linier. Yang termasuk ruang terbuka dalam bentuk kantor (lot) adalah lapangan olah raga, pusat-pusat rekreasi, taman-taman pada riverfront, halaman sekolah dan insitusi, taman parkir serta pekarangan rumah. Beberapa ahli membedakan ruang terbuka yang berupa kantong menjadi beberapa jenis penggunaan. Penggunaan tersebut adalah hutan, lapangan, lahan produktif, taman kota dan tempat pemakaman umum.

Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa ruang terbuka sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik sebagi individu maupun berkelompok, serta wadah makluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Makluk hidup lainnya dimaksudkan sebagai vegetasi (tumbuhan) dan kehidupan berbagai jenis fauna seperti ikan, binatang, serangga, burung dan jenis fauna lainnya yang juga dibutuhkan oleh manusia.

Ketersediaan RTH dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan ekologis yang berdasarkan pada kemampuan tanaman dalam menyerap CO2

yang dihasilkan oleh manusia sebanyak 2000 orang atau dengan kata lain bahwa setiap orang memerlukan 5 m2 RTH (Rizal, 2008: 68).


(37)

RTH berfungsi secara tidak langsung untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat. Tumbuhan hijau sebagai salah satu unsur RTH memiliki kemampuan untuk mereduksi karbon dan beberapa zat pencemar udara, dalam setiap jam, 10.000 daun-daun mampu menyerap 8 kg , jumlah ini sama dengan jumlah yang dihembuskan oleh kurang lebih 200 orang manusia dalam waktu yang bersamaan. RTH dalam bentuk hutan kota dengan luas 250.000 dalam satu tahun mampu menghasilkan 1 ton oksigen ( ) yang dilepas ke udara untuk membantu memberikan udara yang bersih bagi pernafasan manusia (Soenaryo, 1994) (dalam Slamet, 2009: 29).

Prediksi optimalisasi RTH berdasarkan kemampuan tanaman menghasilkan oksigen berdasarkan penelitian Wahyuni, 1995 (dalam Fandeli 2004) bahwa tiap 1 Ha lahan yang tumbuhi tanaman hijau dapat menghasilkan oksigen ke udara sebanyak 240 kg/200 pohon atau ekuivalen dengan 1,2 kg oksigen/pohon. Dalam sehari 1 Ha tanaman dapat menghasilkan 240 kg oksigen dari proses fotosintesis (Pusponingroum, 2011: 88).

Terdapat berbagai klasifikasi penyediaan RTH menurut para ahli berdasarkan parameter tertentu. Tabel 2.2 merupakan salah satu klasifikasi ketentuan penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk yang mengarah pada tipe RTH dan luasan lahan baik minimal/unit maupun minimal/kapita pada indikator per unit lingkungan.


(38)

Tabel 2.2 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah Penduduk

No Unit

Lingkungan

Tipe RTH Luas

minimal/ unit ( )

Luasan minimal/kapita

( )

1. 250 jiwa Taman RT 250 1,0

2. 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5

3. 30.000 jiwa Taman Kelurahan 9.000 0,3

Taman Kecamatan 24.000 0,2

4. 120.000 jiwa Pemakaman Disesuaikan 1,2

5. 480.000 jiwa RTH Taman 144.000 0,3

Hutan Kota Disesuaikan 4,0

Untuk fungsi-fungsi tertentu

Disesuaikan 12,5 Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008

Taman dalam konsep RTH merupakan gabungan dari bentuk interaksi antara tanaman dengan fasilitas sosial. Penempatan lokasi RTH Taman disesuaikan dengan bentuk dan kebutuhan yang ada di lingkungan tersebut, seperti jenis vegetasi maupun kebutuhan fasilitas yang dapat mendukung aktifitas warga masyarakat daerah tersebut. Dalam keterkaitan antara sistem informasi RTH dan cemaran udara maka disusunlah formula yang terdiri atas:

a. Formula Kawasan RTH

Formula kawasan RTH digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan potensi RTH diproses dengan bantuan SIG (Sistem Informasi Geografis). Pada awalnya dilakukan pengelompokan RTH berupa RTH kawasan hutan dan RTH non kawasan hutan (berupa RTH pertamanan dan RTH kebun campuran serta area pemakaman). Selanjutnya dilakukan analisis RTH yang meliputi:

1) Analisis sebaran dan luas RTH berdasarkan klasifikasi RTH

2) Menghitung rata-rata indeks tahanan permukaan berdasarkan sifat morfologis setiap agregat komunitas vegetasi RTH


(39)

3) Pada setiap komunitas vegetasi di hitung berdasarkan pendugaan luas daun (LAI-leaf area indeks, dalam Sitompul, S.M dan B. Guritno; 1995)

LAI = CT [Ls -0,27 * EXP {0.035 Cs 0.15 / π ( Cs/1,25)2)}]

Keterangan:

Ls = koefisien bentuk daun rata-rata untuk masing-masing kelompok tumbuhan pembentuk RTH, merupakan lebar daun dan panjang daun rata-rata

Cs = koefisien bentuk tajuk rata-rata untuk masing-masing kelompok tumbuhan pembentuk RTH, merupakan nisbah antara lebar tajuk dan tinggi tajuk rata-rata

Ct = koefisien model arsitektur tumbuhan, nilai diperkirakan berkisar antara 10-25, dengan rata-rata sebesar 19,27, nilai ini dianalisis berdasarkan model arsitektur pohon yang diperkenalkan oleh Halle & Oldeman (1975).

Parameter yang digunakan untuk menghitung kawasan RTH meliputi indeks luas daun (LAI), sumber pencemaran udara dan kebisingan (SCUB), indeks kenyamanan (IK), kebutuhan oksigen perkategori pemanfaaatan lahan (KO). Tiga parameter pertama memiliki peran yang lebih besar dari pada parameter akhir sehingga diperlukan pembobotan atau skoring berjenjang pada setiap kategori penyusun. Pendekatan ini


(40)

dikenal dengan pendekatan overlay berjenjang tertimbang (Setyowati, 2014). Formula sebagai berikut:

Keterangan :

KRTH : skor satuan pemetaan kebutuhan RTH LAI : skor satuan pemetaan indeks luas daun IK : skor satuan indeks kenyamanan

SCUB : skor satuan pemetaan sumber pencemaran udara dan bising KO : skor satuan pemetaan kebutuhan oksigen penduduk kualitatif

b. Formula Cemaran Udara

Formula cemaran udara digunakan untuk memprediksi dispersi emisi dan peredaman cemaran. Analisis yang digunakan untuk mengetahui emisi cemaran udara pada empat sumber cemaran (industri, transportasi, jalan, rumah tangga, dan perdagangan) diuraikan sebagai berikut, Pendugaan total dispersi emisi cemaran (TEC) dari setiap sumber cemaran dinyatakan dalam ton emisi/tahun dihitung berdasarkan:

1) Cacah kendaraan bermotor, cacah industri, cacah keluarga mengkonsumsi bahan bakar, dan cacah pusat perdagangan

2) Total konsumsi BBM setiap jenis kendaraan, volume konsumsi bahan bakar setiap industri, volume konsumsi bahan bakar per-rumahtangga


(41)

QA-tn = ᶴ QA-to + {(QE + QIMPOR) – (QR + QEKSPOR)}dt

QA-tn = ᶴ QA-to + (QE –QR)dt

3) Faktor emisi cemaran pada kendaraan bermotor, setiap kelompok industri, pengguna rumah tangga dan pusat perdagangan.

Analisis peredaman cemaran (PC) oleh lingkungan dihitung berdasarkan asumsi bahwa ekspor cemaran keluar sistem sama dengan impor cemaran dari luar sistem, dalam hubungan antara konsentrasi ambien,disperse emisi dan kemampuan lingkungan meredam cemaran (Pentury, 2003), rumus sebagai berikut.

Keterangan:

QA-t = total konsentrasi ambien cemaran udara pada suatu waktu tertentu

(tn)

QA-to =total konsentrasi ambien cemaran udara pada suatu waktu awal (to)

QE =total konsentrasi dispersi emisi cemaran selama kurun waktu tn–to

QR = total kemampuan lingkungan meretensi cemaran selama kurun

waktu tn–to

QIMPOR = total impor CU selama kurun waktu tn–to

QEKSPOR = total ekspor CU selama kurun waktu tn-to


(42)

Sumber pencemaran dikota-kota besar 75% dihasilkan oleh kegiatan transportasi, sementara yang 25% dihasilkan oleh aktifitas pemanfaatan lahan terutama komponen pencemaran CO (karbon monoksida) dan HC (hidro karbon). Rumus sebagai berikut (Setyowati, 2014).

Keterangan:

SCUB : sumber pencemaran udara dan bising TEC : total emisi cemaran

PC : peredam cemaran

LHR : kepadatan lalu lintas harian rerata PL : kategori pemanfaatan lahan

c. RTH Optimal untuk Meredam Cemaran Udara

Pada tahap ini dilakukan kombinasi RTH optimal untuk pengendalian kualitas udara, mengetahui kawasan yang memerlukan RTH karena kualitas udara rendah, agihan dan luas RTH aktual dan lahan potensial daerah tersebut masih memungkinkan untuk ditanami atau dibuat RTH agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka parameter penentu untuk menghasilkan RTH optimal untuk pengendalian kualitas udara berupa overlay join spasial (Setyowati, 2014). Formula dirumuskan sebagai berikut.


(43)

ORTH = Join Spasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa )

Keterangan :

ORTH : Optimal RTH KRTH : Kebutuhan RTH

SCUB : Sumber cemaran udara dan bising POT : Lahan potensial bagi RTH

RTHa : Kawasan RTH aktual

Optimal RTH (ORTH) merupakan formula yang dibentuk berdasarkan korelasi (join spasial) beberapa formula yakni KRTH, SCUB, POT, dan RTHa yang dapan dihubungkan seperti Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3. Optimal RTH untuk Meredam Cemaran Udara

Dalam memperhitungkan ORTH tentu tidak terlepas dari berbagai elemen yang terdiri atas Ruang Terbuka Hijau Aktual (RTHa), Lahan Potensial RTH (POT), Kebutuhan RTH (KRTH) dan Cemaran Udara. Dari ketiga sub model diatas dapat disederhanakan sebagai berikut (Setyowati, 2014) :

KRTH SCUB POT RTHa


(44)

Keterangan :

>< : Proses Keterkaitan Alogaritma ORTH : Optimal RTH

KRTH : Kebutuhan RTH

RTHa : Ruang Terbuka Hijau Aktual

SCUB : Sumber Cemaran Udara dan Bising (dalam penelitian ini dibatasi hanya mempertimbangkan C)

Fungsi KRTH untuk mempertimbangkan keberadaan lahan potensial untuk RTH yang diakumulasi dengan jumlah RTHa yang berada pada wilayah penelitian, kemudian hasil ORTH akan dikorelasikan dengan adanya SCUB yang dalam penelitian ini dibatasi hanya mempertimbangan kadar C yang tersebar di beberapa wilayah penelitian yaitu Semarang Timur, Semaramg Tengah, Semarang Selatan dan Semarang Utara. Korelasi antara ORTH dan SCUB dapat dimanfaatkan untuk mengetahui fungsi keberadaan vegetasi khususnya pada RTHa. Ketika fungsi keberadaan vegetasi kurang memadai maka dapat dimungkinkan terdapat beberapa arahan hingga fungsi keberadaan vegertasi dibeberapa kawasan RTHa mampu bermanfaat secara optimal.

ORTH = Joinspasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa)


(45)

Perhitungan cemaran udara berdasarkan moda transportasi dapat digunakan alogaritma sebagai berikut (Setyowati, 2014):

Berdasarkan alogaritma diatas maka dapat disimpulkan bahwa, untuk mengetahui CO2 transportasi yang dihasilkan oleh setiap moda

transportasi dihitung dengan jumlah kendaraan dikali konsumsi bbm dan waktu pengamatan. Untuk mengetahui CO2 harian dihitung dengan CO2

transportasi dikali 24 jam. Sedangkan untuk mengetahui CO2 wilayah

dihitung dengan CO2 harian dikali luas wilayah.

Vegetasi mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi jika diamati, pembangunan yang meningkat di perkotaan yang sering kali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Djamal (1992), vegetasi ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri (Djamal, 2005: 51).

Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup menurunkan tingkat polusi dengan mengabsorbsi, akumulasi dan atau mengatur metabolisme di udara sehingga kualitas udara meningkat dengan pelepasan oksigen di udara (Shannigrahi et al. 2003). Robinatte (1972) dalam Grey dan Deneke (1978)

CO2 transp. = Jumlah Kendaraan x Asumsi Konsumsi bbm x Waktu Pengamatan

CO2 harian = CO2 transp. x 24 jam


(46)

mengemukakan, berbagai sifat tumbuhan yang khas dan pengaruhnya yang dapat memecahkan masalah teknik yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu daging daun yang mengurangi bunyi; ranting-ranting yang bergerak dan bergetar untuk menyerap dan menutupi bunyi-bunyian; pubesen atau bulu-bulu daun yang dapat menahan partikel-partikel air; stomata untuk mengganti gas (Djamal, 2005: 51).

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2012, Pohon adalah tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Dengan demikian, pisang bukanlah pohon sejati karena tidak memiliki batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak dari pada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitusnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah.

Tanaman yang digunakan sebagai elemen RTH efektif menyerap pencemaran udara, mampu meyesuaikan diri, dan toleran dengan kondisi pencemaran udara disekitanya. Kemampuan tanaman menyerap pencemaran udara bervariasi, dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi pencemar, sensitivitas tanaman terhadap pencemar, dan faktor pertumbuhan tanaman (Wilmer, 1986; Mc Kersie & Leshem, 1994; Larcher, 1995) (dalam Sulistijorini, 2009: 24). Tanaman hijau juga berperan dalam penyerapan kandungan logam dan zat pencemar udara dari


(47)

hasil aktivitas manusia, sebagian dapat kita ambil dari hasil aktivitas kendaraan bermotor, baik mengenal timbal (Pb) dan karbon (C) sebagai zat berbahaya yang belum bisa dihilangkan dari hasil penguraian bahan bakar minyak.

G. Cemaran Udara

Cemaran udara adalah bahan yang mengakibatkan polusi udara. Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara seperti CO, NOx, SOx,

H2S (Alwi, 2005: 46). Dalam penelitian ini parameter cemaran udara yang

dibahas adalah karbondioksida atau CO2. Perubahan lingkungan udara pada

umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung merapi, dan debu meteorit; juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah dengan pembakaran dan kegiatan rumah tangga (Soedomo 1999: 3).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 1, pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Whardana (2001) dalam Tyas (2011: 5), pencemaran udara dapat


(48)

diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya. Menurut Soedomo, sumber pencemaran udara terbagi berdasarkan:

1. Kegiatan yang bersifat alami, contohnya: letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, dan spora tumbuhan.

2. Kegiatan antropogenik (akibat aktivitas manusia) terbagi dalam pencemaran akibat aktivitas transportasi, industri, persampahan, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembajakan dan rumah tangga.

Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang hampir setengahnya dari seluruh udara yang ada.

1. Udara Terpolusi

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap O dan karbon dioksida (CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara

bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Fardiaz, 1992: 91). Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah juga atmosfir yang berada di sekeliling bumi


(49)

yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara terdapat untuk bernafas, karbon dioksida untuk proses fotosintensis oleh khlorofil daun dan ozon ( ) untuk menahan sinar ultra violet.

Konsentrasi CO2 di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0,03%.

Konsentrasi CO2 mungkin naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per

seratus persen, misalnya di sekitar proses-proses yang menghasilkan CO2

seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau di sekitar kumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena pernafasan. Konsentrasi CO2 yang relatif rendah dijumpai di atas kebun

atau ladang tanaman yang sedang tumbuh atau di udara yang baru melalui lautan. Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh absorbsi CO2

oleh tanaman selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 di dalam air.

Tetapi pengaruh proses-proses tersebut terhadap konsentrasi total CO2 di

udara sangat kecil karena rendahnya konsentrasi CO2.

Komposisi udara kering dimana semua uap air telah dihilangkan relatif konstan. Komposisi udara kering yang bersih yang dikumpulkan di sekitar laut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Konsentrasi gas dinyatakan dalam persen atau per sejuta (ppm= part per million), tetapi untuk gas yang konsentrasinya sangat kecil biasanya dinyatakan dalam ppm. Selain gas-gas yang tercantum dalam tabel, masih ada lagi gas-gas-gas-gas lain yang mungkin terdapat di udara tetapi jumlahnya sangat kecil, yaitu kurang dari 1 ppm.


(50)

Tabel 2.3 Komposisi Udara Kering dan Bersih

Komponen Formula Persen volume Ppm

Nitrogen N2 78,08 780.800

Oksigen O2 20,95 209.500

Argon Ar 0,934 9.340

Karbon dioksida CO2 0,0314 314

Neon Ne 0,00182 18

Helium He 0,000524 5

Metana CH4 0,0002 2

Kripton Kr 0,000114 1

Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992: 92).

Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan normal seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan binatang maka berarti udara telah tercemar. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa pencemaran sama sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), dan

karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain itu partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia.

Pencemaran udara dapat dipantau berdasarkan nilai baku mutu udara ambien. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara pasal 1, mutu udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang ada di udara bebas. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, baku mutu


(51)

udara ambien adalah ukuran batas atau zat, energi dan komponen yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Adapun parameter baku mutu udara ambien nasional ditampilkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

No Parameter Waktu

Pengukuran Baku Mutu

1 SO2 (Sulfur dioksida) 1 Jam 900 ug/Nm

3

2 CO (Karbon

monoksida)

1 Jam 30.000

ug/Nm3

3 NO2 (Nitrogen dioksida) 1 Jam 400 ug/Nm3

4 O3 (Oksidan) 1 Jam 235 ug/Nm3

6 HC (Hidro karbon) 3 Jam 160 ug/Nm3

7 PM10 (Partikel <10 um) 24 Jam 150 ug/Nm3

PM2,5 (Partikel <2,5

um)

24 Jam 65 ug/Nm3

8 TSP (Debu) 24 Jam 230 ug/Nm3

9 Pb (Timah hitam) 24 Jam 2 ug/Nm3

10 Kebisingan - 70 dBA

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999.

2. Cemaran Udara

Cemaran udara yaitu bahan yang mengakibatkan pencemaran udara. Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara (Alwi, 2005: 46). Menurut Soedomo (2004) dalam Tyas (2011: 10), berdasarkan asal pembentukannya pencemar udara dapat terbagi menjadi dua yaitu: a. Pencemar primer

Pencemar primer adalah pencemar yang dalam bentuk asalnya dapat langsung terdispersi ke atmosfer, contohnya partikulat, CO2, CO,


(52)

b. Pencemar sekunder

Pencemar sekunder adalah pencemar yang keberadaannya di atmosfer adalah setelah melalui reaksi-reaksi kimia dengan polutan utama, contohnya NO2 yang terbentuk akibat oksidasi NO.

Gambar 2.3 Asal Pencemar Udara (Teknik Lingkungan, 2009: 5).

Kemudian bila ditinjau dari ciri fisiknya, bahan pencemar udara dapat berupa:

1) Partikel (debu, aerosol, timah hitam) 2) Gas (CO, NOx, SOx, H2S, hidrokarbon)

3) Energi (suhu dan kebisingan)

Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (lihat Gambar 2.1). Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara yang ada. Jika kadar dalam udara meningkat,


(53)

maka suhu bumi akan semakin meningkat. Oleh karena itu, di wilayah kota besar yang padat dengan kendaraan bermotor suhunya selalu tinggi alias panas.

Cemaran udara berupa materi padat dan cair bisa berupa titik air dari racun pestisida atau titik air berupa kabut dari hasil pembakaran senyawa kimia industri. Kabut ini bisa menyebabkan sesak nafas dan gatal-gatal pada kulit. Kendaraan bermotor juga bisa mengeluarkan senyawa timbal yang merugikan bagi kesehatan. Pemakaian timah hitam (timbal) pada bensin menimbulkan dampak negatif dari asap yang dikeluarkan dan timbal yang masuk kedalam tubuh manusia akan bersifat racun dan akan mengendap dalam tubuh sehingga merusak paru-paru.

Sumber pencemaran terhadap pengotoran udara di daerah perkotaan adalah transportasi dan industri. Pencemaran transportasi dan industri sebagian besar disebabkan oleh pembakaran energi minyak, yang terdiri dari atas gas Pb, Co, No, dan SO. Kondisi lingkungan sebagai recipiens sangat tergantung pada ada tidaknya vegetasi, kekuatan angin, kecepatan angin, dan arah angin (Fandeli et al, 2004). Sumber polusi dan dampak terhadap manusia dari gas pencemar yaitu:

1) Senyawa Nitrogen Oksida

a) Sumber Polusi Nitrogen Oksida

Seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah

yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Konsentrasi NOx di udara di daerah perkotaan


(54)

biasanya 10-100 kali lebih tinggi daripada di udara di daerah perdesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat

mencapai 0.5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran

disebabkan oleh kendaraan, produksi energi, pembuangan sampah, dan gas alam.

b)Pengaruh Nitrogen Oksida terhadap Manusia

Penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO.

Pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih beracun.

2) Senyawa Karbon Monoksida (CO) a) Sumber Polusi Karbon Monoksida

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, diproduksi oleh segala proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau oleh pembakaran di bawah tekanan dan temperatur tinggi seperti yang terjadi di dalam mesin (internal combustion engine). Transportasi menghasilkan CO paling banyak di antara sumber-sumber CO yang lain. Sumber CO yang kedua adalah pembakaran


(55)

hasil-hasil pertanian seperti sampah, sisa-sisa kayu di hutan, dan sisa-sisa tanaman di perkebunan. Sumber CO yang ketiga adalah proses-proses industri. Dua industri yang merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan baja.

b)Pengaruh CO terhadap Manusia

Diketahui bahwa kontak antara manusia dengan CO pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. Tetapi ternyata kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif rendah (100 ppm atau kurang) juga dapat mengganggu kesehatan. Pengaruh beracun CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Dengan adanya CO, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin. Jika reaksi demikian terjadi, maka kemampuan darah untuk mentranspor oksigen menjadi berkurang. Pengaruh konsentrasi (COHb) di dalam darah terhadap kesehatan manusia dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Pengaruh Konsentrasi (COHb) di Dalam Darah terhadap Kesehatan Manusia.

Konsentrasi COHb

dalam darah (%) Pengaruhnya terhadap kesehatan < 1.0

1.0 – 2.0 2.0 – 5.0

>5.0 10.0 – 80.0

Tidak ada pengaruh

Penampilan agak tidak normal

Pengaruhnya terhadap sistem syaraf sentral, reaksi panca indra tidak normal, benda terlihat agak kabur

Perubahan fungsi jantung dan pulmonari (peredaran darah kecil)

Kepala pening, mual, berkunang-kunang, pingsan, kesukaran bernafas, kematian. Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992:100).


(56)

3) Sulfur Oksida

a) Sumber Polusi Sulfur Oksida

Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Sebanyak dua pertiga dari jumlah sulfur di

atmosfer berasal dari sumber-sumber alam seperti volkano, dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida.

Transportasi bukan merupakan sumber utama polutan SOx,

tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber utama polutan SOx, misalnya pembakaran batu arang,

minyak bakar, gas, kayu, dan sebagainya. Sumber SOx yang kedua

adalah dari proses-proses industri seperti industri pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja, dan sebagainya.

Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan berbagai elemen yang

penting secara alami terdapat dalam bentuk logam sulfida, misalnya lembaga (CuFeS2), zink (ZnS), meskuri (HgS), dan

timbal (PbS).

b)Pengaruh Sulfur Oksida terhadap Manusia

Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan

hewan pada konsentrasi juah lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman


(57)

terjadi pada konsentrasi sebesar 0,5 ppm sedangkan konsentrasi yang berpengaruh terhadap manusia dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Pengaruh SO2 terhadap Manusia

Konsentrasi (ppm)

Pengaruh

3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya 8-12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi

tenggorokan.

20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi mata

20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan batuk 20 Maksimum yang diperolehkan untuk kontak

dalam waktu lama

50-100 Maksimum yang diperolehkan untuk kontak dalam waktu singkat (30 menit)

400-500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat. Sumber: Kirk dan Othmer (1969) dalam Fardiaz (1992:129). 4) Partikulat

a) Sumber polusi partikulat

Partikulat adalah zat padat/air yang halus dan tersuspensi di udara, misalnya embun, debu, asap, fumes, dan fog. Partikulat debu melayang (suspended particulate matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari <1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Sedangkan fumes adalah zat padat hasil kondensasi gas, yang biasanya terjadi setelah proses penguapan logam cair.

b)Pengaruh partikulat terhadap manusia

Debu merupakan problem yang serius, terutama setelah disadari bahwa beberapa jenis debu yang mengandung silikat


(58)

dapat menyebabkan kanker paru-paru (selikosis) serta dapat menurunkan estetika kota. Hal ini ditemukan di daerah yang memiliki tingkat pencemaran debu cukup tinggi. Konsentrasi dapat dikurangi oleh tanaman terutama pohon. Hal ini disebabkan karena pohon memiliki luas permukaan penyerapan (absorption) yang lebih luas dibandingkan dengan tanaman semak, perdu, dan penutup tanah. Permukaan batang, cabang, dan ranting pohon juga menjadi media penyerap yang cukup efektif.

Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang layang di udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara.

3. Faktor yang Mempengaruhi Cemaran Udara

Penentu utama kadar cemaran udara tentu saja adalah jumlah pencemar yang diemisikan ke dalam udara. Tetapi pengalaman menunjukkan bahwa walaupun sumber yang sama mengeluarkan pencemar dari hari ke hari, kadang kala udara bersih dan kadang kala tercemar. Kadar cemaran juga tergantung pada keadaan cuaca. Disamping itu, untuk jumlah emisi yang sama dan keadaan meteorologi yang sama, kadar cemaran udara dipengaruhi oleh bentuk dan susunan geometri sumbernya, termasuk ketinggian emisi di atas tanah dan luas daerah


(59)

tersebarnya sumber itu. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pencemaran udara adalah:

a. Jumlah total cemaran yang dikeluarkan atau diemisikan seperti jumlah cemaran yang dihasilkan kegiatan industri, kendaraan bermotor, rumah tangga dan pembakaran terbuka.

b. Keadaan meteorologi seperti kemantapan udara, arah dan kecepatan angin.

c. Bentuk susunan sumber seperti cerobong asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran hutan dan lain-lain.

4. Pengendalian Cemaran Udara

Pengendalian cemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan kegiatan sumber tidak bergerak, sumber bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi dan sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien. Cara yang nyata untuk mengendalikan pencemaran udara adalah dengan mencegah pencemar memasuki atmosfer, tidak ada cara untuk melakukan hal ini dengan sempurna. Semua kegiatan manusia menghasilkan limbah, sebagian dari limbah ini dengan sendirinya akan memasuki udara. Pengadaan dan penggunaan energi, berbagai cara pengangkutan, dan kegiatan yang umum dilakukan seperti pengecatan rumah dan cuci-kimia semuanya menggunakan udara sebagai sarana untuk menyingkirkan bahan kotoran. Karena meniadakan sama sekali semua kegiatan ini tidak masuk


(1)

0 Pekarangan/Taman 0.68082543584 Masih Ada 434460.923 9230191.325 0 Pekarangan/Taman 0.24172629483 Masih Ada 434478.217 9230036.924 0 Pekarangan/Taman 0.81483621269 Masih Ada 434605.255 9229862.472 0 Pekarangan/Taman 0.63076940102 Masih Ada 434751.230 9228993.915 0 Pekarangan/Taman 0.43244612374 Masih Ada 434167.130 9229018.540 0 Pekarangan/Taman 0.14288146654 Masih Ada 437932.868 9230564.142 0 Pekarangan/Taman 0.47331465854 Masih Ada 437867.686 9230367.527 0 Pekarangan/Taman 3.85463149284 Masih Ada 438095.436 9230197.710 0 Pekarangan/Taman 0.60193965943 Masih Ada 437206.402 9229507.308 0 Pekarangan/Taman 1.89737716862 Masih Ada 437717.825 9229086.997 0 Pekarangan/Taman 0.24077586377 Masih Ada 437657.227 9228544.981 0 Pekarangan/Taman 0.21955010374 Masih Ada 434591.407 9227762.221 0 Pekarangan/Taman 0.50535933267 Masih Ada 434760.113 9227655.154 0 Pekarangan/Taman 0.17142867052 Masih Ada 434596.725 9226968.451 0 Pekarangan/Taman 0.49151387151 Masih Ada 435593.043 9227424.642 0 Pekarangan/Taman 0.40461538494 Masih Ada 435525.296 9227064.702 0 Pekarangan/Taman 0.31789907554 Masih Ada 434727.866 9226703.534 0 Pekarangan/Taman 0.35816021920 Masih Ada 435291.722 9226816.915 0 Pekarangan/Taman 0.74234032861 Masih Ada 435227.428 9226717.794 0 Pekarangan/Taman 0.35287708269 Masih Ada 435784.822 9226861.967 0 Pekarangan/Taman 0.90086586161 Masih Ada 435902.066 9226767.813 0 Pekarangan/Taman 0.61211512538 Masih Ada 436379.705 9226779.070 0 Pekarangan/Taman 0.15321095846 Masih Ada 436248.118 9226842.221 0 Pekarangan/Taman 0.71340560446 Masih Ada 436306.962 9226637.876 0 Pekarangan/Taman 0.10967062663 Masih Ada 436456.491 9226786.100 0 Pekarangan/Taman 0.92691718984 Masih Ada 436540.045 9226741.874 0 Pekarangan/Taman 0.28656461077 Masih Ada 436474.439 9226628.409 0 Pekarangan/Taman 0.19602258182 Masih Ada 436698.811 9226838.885 0 Pekarangan/Taman 0.42246874277 Masih Ada 436916.474 9226482.629 0 Pekarangan/Taman 0.43285283865 Masih Ada 437003.682 9225939.564 0 Pekarangan/Taman 0.15211789574 Masih Ada 437884.530 9225333.479 0 Pekarangan/Taman 0.99086135921 Masih Ada 438381.872 9225634.971 0 Pekarangan/Taman 0.39495999757 Masih Ada 438555.242 9225931.060 0 Pekarangan/Taman 0.73344508771 Masih Ada 438836.355 9225683.609 0 Pekarangan/Taman 0.22990752626 Masih Ada 438870.009 9225576.839 0 Pekarangan/Taman 0.26543206478 Masih Ada 438782.154 9225429.280 0 Pekarangan/Taman 0.26160634526 Masih Ada 437592.228 9227548.203 0 Pekarangan/Taman 0.18490977746 Masih Ada 437456.498 9227542.851 0 Pekarangan/Taman 0.16632771116 Masih Ada 437450.273 9227726.834 0 Lahan Terbuka 9.73261114494 Masih Ada 433857.039 9231072.712 0 Lahan Terbuka 4.71284120549 Masih Ada 434693.619 9230846.954


(2)

0 Lahan Terbuka 55.16238967730 Masih Ada 435052.881 9231385.169 0 Lahan Terbuka 1.07177533717 Masih Ada 435350.478 9230229.340 0 Lahan Terbuka 1.76954854027 Masih Ada 434763.817 9229784.035 0 Lahan Terbuka 1.77597876306 Masih Ada 435517.705 9229120.678 0 Lahan Terbuka 0.16212767802 Masih Ada 435657.662 9229016.577 0 Lahan Terbuka 0.34405720985 Masih Ada 435328.018 9229075.602 0 Lahan Terbuka 0.67573826109 Masih Ada 435371.188 9228431.910 0 Lahan Terbuka 0.48019495476 Masih Ada 435719.338 9228759.413 0 Lahan Terbuka 0.68687680384 Masih Ada 436091.174 9228620.660 0 Lahan Terbuka 0.22772131877 Masih Ada 436004.886 9228483.981 0 Lahan Terbuka 0.09900926902 Masih Ada 435999.388 9228409.660 0 Lahan Terbuka 0.93059996489 Masih Ada 436927.271 9229816.136 0 Lahan Terbuka 0.23563314421 Masih Ada 437125.224 9229752.563 0 Lahan Terbuka 0.40182711290 Masih Ada 436681.973 9229535.077 0 Lahan Terbuka 0.91751722168 Masih Ada 436205.188 9229691.411 0 Lahan Terbuka 0.34317041806 Masih Ada 436429.065 9229579.209 0 Lahan Terbuka 0.08280945152 Masih Ada 436382.982 9229478.306 0 Lahan Terbuka 3.08519715562 Masih Ada 435660.298 9232423.496 0 Lahan Terbuka 3.05529188824 Masih Ada 436981.502 9232338.983 0 Lahan Terbuka 1.96316161248 Masih Ada 437131.360 9232268.972 0 Lahan Terbuka 0.12551687526 Masih Ada 437803.353 9231495.635 0 Lahan Terbuka 0.19410684913 Masih Ada 437446.170 9231165.230 0 Lahan Terbuka 1.22989876220 Masih Ada 436737.490 9231204.928 0 Lahan Terbuka 1.00996653831 Masih Ada 438126.659 9231118.715 0 Lahan Terbuka 0.11079918857 Masih Ada 434940.469 9227715.721 0 Lahan Terbuka 0.10385688351 Masih Ada 436191.196 9227599.041 0 Lahan Terbuka 0.26241913080 Masih Ada 436161.764 9227728.396 0 Lahan Terbuka 0.76726355386 Masih Ada 436091.972 9226530.671 0 Lahan Terbuka 0.70589357724 Masih Ada 437905.150 9230690.756 0 Lahan Terbuka 0.97136732224 Masih Ada 437803.731 9230467.539 0 Lahan Terbuka 2.05823687880 Masih Ada 437644.030 9230328.136 0 Lahan Terbuka 0.21733970233 Masih Ada 437815.088 9230354.115 0 Lahan Terbuka 0.27074989684 Masih Ada 437638.545 9230098.050 0 Lahan Terbuka 0.60731284556 Masih Ada 436994.831 9230023.213 0 Lahan Terbuka 0.25242221151 Masih Ada 437556.254 9229912.054 0 Lahan Terbuka 0.27713681749 Masih Ada 437669.433 9229668.291 0 Lahan Terbuka 0.10663380553 Masih Ada 437676.562 9229397.151 0 Lahan Terbuka 0.19299608033 Masih Ada 437218.399 9229321.053 0 Lahan Terbuka 0.10941072756 Masih Ada 437241.107 9228810.957 0 Lahan Terbuka 0.26547374502 Masih Ada 437531.249 9228661.364 0 Lahan Terbuka 0.09330457984 Masih Ada 437694.985 9227978.661


(3)

0 Lahan Terbuka 0.23631606381 Masih Ada 437644.918 9228326.659 0 Lahan Terbuka 0.37821677899 Masih Ada 437526.979 9228395.331 0 Lahan Terbuka 0.25962587394 Masih Ada 437247.048 9228425.431 0 Lahan Terbuka 0.07164458808 Masih Ada 437983.005 9225863.646 0 Lahan Terbuka 0.12190687664 Masih Ada 437647.311 9225492.293 0 Lahan Terbuka 0.36627601431 Masih Ada 438860.203 9225382.308 0 Lahan Terbuka 0.33656294870 Masih Ada 438922.420 9225633.572 0 Lahan Terbuka 0.61425515060 Masih Ada 438918.416 9225782.170 0 Lahan Terbuka 0.24797913629 Masih Ada 437391.278 9226675.805 0 Lahan Terbuka 0.49762442580 Masih Ada 437838.028 9226753.190 0 Lahan Terbuka 0.04220921469 Masih Ada 437405.731 9227169.219 0 Lahan Terbuka 0.10968841975 Masih Ada 437435.183 9227315.220 0 Lahan Terbuka 0.15578532526 Masih Ada 437895.024 9227047.504 0 Lahan Terbuka 0.25936451658 Masih Ada 437074.861 9227965.227 0 Lahan Terbuka 0.08913919681 Masih Ada 436766.666 9228544.086 0 Taman Kota/Hutan Kota 7.23356256084 Masih Ada 434454.809 9231566.911 0 Taman Kota/Hutan Kota 0.65466213021 Masih Ada 435406.573 9230974.360 0 Taman Kota/Hutan Kota 0.15440393722 Masih Ada 435459.740 9230646.594 0 Taman Kota/Hutan Kota 0.20012870831 Masih Ada 437537.787 9231388.580 0 Taman Kota/Hutan Kota 0.22796117768 Masih Ada 437795.663 9231374.323 0 Taman Kota/Hutan Kota 2.36841060771 Masih Ada 436251.022 9227272.965 0 Taman Kota/Hutan Kota 0.35784603473 Masih Ada 437841.102 9225993.926 0 Taman Kota/Hutan Kota 0.73424704906 Masih Ada 435934.651 9227045.816 0 Taman Kota/Hutan Kota 0.35850871257 Masih Ada 434770.220 9227970.832 0 Lapangan 2.49962082048 Masih Ada 433986.614 9229892.428 0 Lapangan 0.77997182016 Masih Ada 434229.895 9229477.485 0 Lapangan 1.98670817064 Masih Ada 435195.377 9229377.716 0 Lapangan 1.68518975250 Masih Ada 436555.635 9230235.929 0 Lapangan 0.27302327095 Masih Ada 435062.132 9228341.076 0 Lapangan 1.84423243461 Masih Ada 434377.065 9227268.847 0 Lapangan 0.63815876195 Masih Ada 434400.105 9226953.620 0 Lapangan 1.26902806765 Masih Ada 435783.566 9227287.683 0 Lapangan 1.11345553722 Masih Ada 435728.633 9227026.619 0 Lapangan 0.53190853977 Masih Ada 435886.795 9227121.500 0 Lapangan 0.37139520994 Masih Ada 436005.698 9227121.918 0 Lapangan 0.19615264127 Masih Ada 435822.009 9226569.682 0 Lapangan 0.24850419080 Masih Ada 436704.462 9226690.683 0 Lapangan 0.77798378666 Masih Ada 436838.057 9226764.928 0 Lapangan 0.63948411761 Masih Ada 436946.127 9226306.306 0 Lapangan 0.27302327094 Masih Ada 437677.220 9226426.710 0 Lapangan 1.49235050043 Masih Ada 437868.315 9227296.509


(4)

0 Lapangan 0.70972796890 Masih Ada 437077.931 9227355.828 0 Lapangan 1.10004521794 Masih Ada 438046.110 9229404.845 0 Lapangan 0.24651615727 Masih Ada 436271.929 9228230.124 0 Lapangan 1.02222291457 Masih Ada 438968.195 9225513.549 0 Lahan Pertanian 4.87380322740 Masih Ada 435582.839 9231356.370 0 Lahan Pertanian 1.68794004556 Masih Ada 435180.863 9231328.582 0 Jalur Hijau 1.55738386852 Masih Ada 436763.836 9231108.360 0 Jalur Hijau 1.76653832606 Masih Ada 436844.486 9230290.781 0 Jalur Hijau 0.77223152802 Masih Ada 436383.367 9229810.584 0 Jalur Hijau 0.08587805003 Masih Ada 437784.887 9229566.840 0 Jalur Hijau 0.51728106701 Masih Ada 435687.869 9229451.835 0 Jalur Hijau 1.52970276619 Masih Ada 436969.255 9227826.038 0 Jalur Hijau 0.38175476928 Masih Ada 436495.282 9227436.322 0 Jalur Hijau 0.25964691690 Masih Ada 437982.815 9225592.745 0 Jalur Hijau 0.72074574679 Masih Ada 435957.565 9226608.117 0 Jalur Hijau 1.39082185713 Masih Ada 435433.752 9229328.729 0 Jalur Hijau 0.88226277964 Masih Ada 435078.992 9228733.776 0 Jalur Hijau 2.75145221234 Masih Ada 434880.667 9228313.976 0 Jalur Hijau 0.65146863401 Masih Ada 435091.512 9228284.834 0 Jalur Hijau 1.24321895863 Masih Ada 434555.344 9227153.640 0 Jalur Hijau 1.01237628275 Masih Ada 435660.605 9226543.843 0 Pemakaman 0.33747389973 Masih Ada 436702.459 9229631.791 0 Pemakaman 0.20127667977 Masih Ada 436139.412 9229386.209 0 Pemakaman 1.52903184395 Masih Ada 435634.414 9228819.125 0 Pemakaman 0.11875324106 Masih Ada 435891.192 9228749.370 0 Pemakaman 0.17578163365 Masih Ada 435744.014 9228577.207 0 Pemakaman 0.31935899855 Masih Ada 438362.651 9226045.598 0 Pemakaman 0.52935766777 Masih Ada 437757.013 9225738.941 0 Pemakaman 0.36363986811 Masih Ada 436557.558 9225989.486 0 Pemakaman 0.10198018442 Masih Ada 437181.870 9226907.367 0 Pemakaman 0.22408803680 Masih Ada 437059.335 9227053.699 0 Pemakaman 0.63804707486 Masih Ada 434730.877 9227069.274 0 Pemakaman 24.11558697820 Masih Ada 435029.061 9227319.742 0 Pemakaman 0.27306536221 Masih Ada 434687.107 9228033.139 0 Pemakaman 0.32070084309 Masih Ada 434526.791 9228088.876 0 Pemakaman 0.61724848460 Masih Ada 434960.358 9228036.731 0 Pemakaman 0.44951791815 Masih Ada 436185.962 9227430.250 0 Pemakaman 0.18517454538 Masih Ada 435850.395 9228562.603 0 Pemakaman 0.45488529627 Masih Ada 435436.066 9228756.036 0 Pemakaman 0.17779440046 Masih Ada 435334.619 9228900.258 0 Pemakaman 0.14894474303 Masih Ada 437134.982 9228783.198


(5)

0 Pemakaman 0.44683422908 Masih Ada 436891.836 9228649.694 0 Pemakaman 0.21939158094 Masih Ada 436607.059 9228148.029 0 Pemakaman 0.14827382077 Masih Ada 436643.002 9228035.216 0 Pemakaman 0.17175610007 Masih Ada 436882.758 9227948.380 0 Pemakaman 0.41328811578 Masih Ada 436189.097 9228034.381 0 Pemakaman 0.26300152822 Masih Ada 435854.750 9228024.209 0 Pemakaman 0.25964691689 Masih Ada 436195.812 9227860.917 0 Sempadan Sungai 0.14223552037 Masih Ada 438078.360 9231670.804 0 Sempadan Sungai 0.60315911702 Masih Ada 437915.200 9231199.421 0 Sempadan Sungai 0.34753773373 Masih Ada 437494.019 9230979.124 0 Sempadan Sungai 0.38980583645 Masih Ada 437368.669 9230983.081 0 Sempadan Sungai 0.08252343870 Masih Ada 437159.106 9231194.780 0 Sempadan Sungai 0.30057317512 Masih Ada 437225.193 9230900.357 0 Sempadan Sungai 0.71855774673 Masih Ada 437290.614 9230804.541 0 Sempadan Sungai 9.98399423854 Masih Ada 437281.879 9230437.313 0 Sempadan Sungai 2.93863952455 Masih Ada 436306.600 9229913.196 0 Sempadan Sungai 0.09795465081 Masih Ada 434768.030 9231122.050 0 Sempadan Sungai 0.63452248716 Masih Ada 435220.068 9230796.618 0 Sempadan Sungai 2.43481601042 Masih Ada 438882.415 9225860.937 0 Sempadan Sungai 32.76749315180 Masih Ada 438272.503 9228650.861 0 Sempadan Sungai 17.49026672500 Masih Ada 433798.065 9230104.911 0 Sempadan Sungai 4.68209200816 Masih Ada 434001.575 9227748.477


(6)