Teori dan Metode Penelitian

4. Teori dan Metode Penelitian

Pembahasan tentang “ Demitologisasi Ke- berasal dari diri sendiri untuk mengatur diri

kuasaan dalam novel Mantra Pejinak Ular karya sendiri dan dapat pula dari diri untuk meng-

Kuntowijoyo” akan memanfaatkan pandang- atur orang lain. Legitimasi moral kekuasaan

an sosiologi pengetahuan Peter Berger (1990: tergantung dari cara bagaimana kekuasaan itu

xiv-xx), yaitu melihat fenomena sosio-kultural

d ip ero leh d an bagaimana p emakaiannya yang berangkat dari kenyataan kehidupan se-

(Magnis-Suseno, 1991: 110). Dalam konteks hari-hari (lebenswelt) sebagai realitas utama

zaman Orde Baru, pembahasan tentang ke- gejala bermasyarakat. Fenomena sosial yang

kuasaan adalah pemakaiannya dalam hierarki dimaksudkan adalah sikap-sikap subjektif yang

p emerintahan yang d ikend alikan secara wajar dan alamiah dengan memperhatikan

sentralistik dan semua unsur di bawahnya di- faktor dialektika antara diri (the self) dengan

wajibkan loyal pada satu pimpinan tunggal, dunia sosio-kultural, yakni eksternalisasi diri,

yaitu presiden. Konsep pelaksanaan kekuasaan objektifikasi, dan internalisasi diri.

berdasar pada kedaulatan rakyat, semua ke- Dialektika yang dibangun dalam pem- putusan dan kepentingan berasal dari rakyat

bahasan adalah eksternalisasi (penyesuaian dan secara hierarkis pemimpin atau penguasa diri dengan dunia sosio-kultural sebagai pro- mengemban tugas menjalankan kehendak duk manusia), objektivasi (interaksi sosial dalam rakyat supaya berlangsung tertib, teratur, dan dunia intersubjektif yang dilembagakan atau adil. mengalami proses institusionalisasi), dan inter-

PROSIDING

Pembahasan tentang kekuasaan diawali kuasaan. Camat yang dianggap loyal dan “orang dari gambaran mesin politik Orde Baru yang baik” ad alah gambaran camat Kemuning menjalankan tugas dengan model infiltrasi ke terdahulu yang fungsi status kekuasaannya agen-agen kekuasaan d i tingkat d aerah. hanya sebagai simbol belaka, seperti sapi yang Strategi dan suksesi kepemimpinan zaman dicocok hidungnya. Seorang camat dalam Orde Baru adalah dengan mengoptimalkan melaksanakan jabatannya harus mempunyai setiap lini pendukung pemerintahan. Meka- sifat people oriented atau berpihak kepada nisme pemilihan kepala pemerintahan menjadi rakyat, bukan berorientasi kepada atasan saja. salah satu indikator campur tangan kekuasaan

Kenyataan objektif berikutnya di Kecamat- pusat melalui tangan yang menggurita di setiap an Kemuning menunjukkan bahw a pad a

lini pemerintahan sampai ke tingkat yang waktu itu mesin politik berusaha menyingkir- paling bawah. Dapat dipastikan bahwa sosok kan camat yang baru, yang dengan gagah calon pemimpin yang tidak sependapat dengan berani bersuara memihak kepada rakyat, me- keinginan penguasa pusat tidak akan pernah lawan investor yang merugikan petani, tidak memperoleh jabatan. Hal ini sering memun- memperkaya diri sendiri, dan tidak menjual culkan pemimpin yang duduk di kursi pe- tanah Negara. Orang-orang tim sukses Randu merintahan sebagai sebuah simbol saja, bukan menganggapnya bukan sebagai camat yang pemimpin yang sebenarnya.

berpihak kepada penguasa. Kuntowijoyo menghadirkan tokoh camat

“ A bu berpendap at bahw a Pak Camat sebagai representasi jagat kecil pemerintahan sunngu patut mendapatkan julukan

di Indonesia. Pergantian camat di kecamatan “ Camat Teladan”, seperti selalu diberikan Kemuning menjadi sorotan awal representasi

Bupatu setiap 17 Agustus. Hanya kurang perlakuan hegemonis dalam struktur peme-

dari dua tahun kecamatan telah menuju rintahan, yaitu ketika terjadi pergantian jabat-

perubahan. Tetapi Abu salah sangka, tidak an camat lama yang dianggap atasan sebagai

demikian terjadi. Camat tidak bisa berbuat “ orang baik” diganti d engan camat baru

apa-apa ketika Mesin Politik berusaha prospektif, masih muda, dan berpendidikan

untuk memindahkan sebelum waktunya, tinggi.

dan rasanan itu sudah beredar di Kemu- ning jauh sebelumnua. Pasalnya lurah-

“ Camat baru itu lulusan IIP (Institut Ilmu lurah yang dijagoi Randi banyak yang Pengetahuan), Jakarta. Abu menilai camat

kalah di kecamatannya. Gara-gara itu ia baru adalah seorang profesioanl tulen,

d inilai tid ak serius memperjuangkan bukan “ orang baik” macam camat lama,

Randu.” (MPU, 2000: 89-90) namun jauh lebih bersemangat. Setidak-

nya, ia bukan tipe “ camat santai” . Kabar- Kenyataan objektif tentang peran dominan nya dia sudah dicap bawa kariernya se-

kekuasaan pusat yang diktatoris seperti digam- umur hidup hanya akan setingkat camat. barkan dengan pencopotan Camat Kemuning Karena dinilai tidak loyal istilahnya tidak

monoloyalitas dia tidak akan pernah men- yang baru karena dianggap tidak mampu me- jadi Sekda Kabupaten, meskipun sebenar-

ngambil bagian dalam melanggengkan ke- nya w aktunya sudah sampai” . (MPU,

kuasaan pimpinan pusat, memunculkan sikap 2000: 75)

putus asa para mesin politik Orde Baru. Gerak langkah politis mesin politik Orde Baru dalam

Penggambaran “ orang baik” dan mono- menarik massa dan simpatisan untuk melang- loyalitas tersebut menunjukkan momen dialek- gengkan kekuasaan Randu (pohon) sebagai tik yang mengoposisikan dua individu camat kelompok pendukung pimpinan pusat adalah yang loyal dan mandiri terhadap pusat ke- dengan membujuk Abu Kasan Sapari agar