BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Simplisia dan Ekstrak
Tumbuhan yang digunakan telah diidentifikasi di Herbarium Medanense MEDA, Universitas Sumatera Utara. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat
pada Lampiran 1, halaman 49. Hasil pemeriksaan makroskopik dari rimpang temu giring Lampiran 2,
halaman 52 adalah berbentuk hampir bulat sampai jorong atau bulat memanjang, kadang bercabang atau berbentuk tidak beraturan, warna kuning, warna daging
kuning terang, panjang 5-9 cm, dan diameter 2-4 cm. Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia rimpang temu giring diperoleh bentuk keping pipih,
ringan, diameter 2-4 cm dan ketebalan 1-4 mm; bagian tepi berombak atau berkeriput, warna kuning kecoklatan, bau khas, rasa pahit, sedikit pedas, lama-
kelamaan menimbulkan rasa tebal. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia Lampiran 2, halaman 51 terlihat fragmen berupa butir pati, tetes
minyak atsiri, fragmen parenkim, rambut penutup, fragmen pembuluh kayu dan fragmen gabus.
Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia rimpang temu giring diperoleh kadar air 9,14, kadar abu total 4,54, kadar abu tidak larut dalam asam 1,66,
kadar sari yang larut dalam air 17,18, kadar sari yang larut dalam etanol 11,72. Hasil penetapan kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari
yang larut dalam etanol, dan kadar abu total memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia. Persyaratan umum pada Materia Medika Indonesia MMI
adalah kadar air tidak lebih dari 10, kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 16, kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 6, kadar abu tidak
lebih dari 9, dan kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 1,5. Hasil pemeriksaan karakterisasi ekstrak rimpang temu giring diperoleh
kadar air 3,97, kadar abu total 0,42, kadar abu tidak larut dalam asam 0,10. Hasil penetapan kadar air, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam ekstrak
memenuhi persyaratan Monograph of Indonesian Medicinal Plant Extracts. Persyaratan umum pada Monograph of Indonesian Medicinal Plant Extracts
adalah kadar air tidak lebih dari 9,6, kadar abu total tidak lebih dari 0,5, dan kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari 0,2, yang dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut: Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak.
No Penetapan
Simplisia Ekstrak
Kadar Persyaratan
MMI Kadar
Persyaratan MIMPE
1 Kadar sari larut dalam air
17,18 16
- -
2. Kadar sari larut dalam etanol 11,72
6 -
- 3. Kadar abu total
4,54 9
0,42 0,5
4. Kadar abu tidak larut dalam asam 1,66
1,5 0,10
0,2 5. Kadar air
9,14 10
3,97 9,6
Keterangan : MMI = Materia Medika Indonesia
MIMPE = Monograph of Indonesian Medicinal Plant Extracts
Dapat dilihat dari tabel di atas, kadar abu tidak larut dalam asam lebih besar dari yang ditetapkan dapat ditarik kesimpulan bahwa ini dipengaruhi oleh
tanah tempat tumbuh tanaman temu giring tersebut. Hasil pemeriksaan kadar sari larut dalam etanol menunjukkan bahwa jumlah senyawa dalam simplisia rimpang
temu giring yang dapat tersari dalam pelarut etanol sebesar 11,72, memenuhi persyaratan MMI. Standarisasi bahan baku dan ekstrak diperlukan karena
kandungan bahan aktif yang terkandung dalam jenis tanaman yang sama dapat bervariasi, dengan standarisasi diharapkan bahan aktif yang terkandung di dalam
bahan baku tersebut cukup konsisten, sehingga takaran yang digunakan untuk pengujian memiliki kandungan aktif yang setara.
Hasil penyarian 877 g serbuk simplisia rimpang temu giring dengan pelarut etanol 96 diperoleh ekstrak kental yang kemudian diuapkan dengan
menggunakan rotary evaporator dan kemudian dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer diperoleh 146,72 g ekstrak rendemen 16,73.
4.2 Pengujian Efek Imunomodulator