2.4.2.3 Interaksi antara respon imun selular dengan respon imun humoral
Salah satu interaksi antara respon imun selular dengan respon imun humoral adalah antibody dependent cell mediated cytotoxicity ADCC. Pada
interaksi ini sitolisis terjadi dengan bantuan antibodi yang berfungsi melapisi antigen sasaran opsonisasi, sehingga sel natural killer NK yang mempunyai
reseptor pada fragmen Fc antibodi tersebut dapat melekat pada antigen sasaran dan menghancurkan antigen tersebut Kresno, 2001.
2.4.3 Imunomodulator
Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat meregulasi sistem imun dengan tujuan menormalkan atau membantu mengoptimalkan sistem imun.
Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Imunomodulator dapat dibagi menjadi 2, yaitu imunostimulator dan
imunosupresor.
2.4.3.1 Imunostimulator
Imunostimulator adalah senyawa yang dapat meningkatkan respon imun. Imunostimulator dapat mereaktivasi sistem imun dengan berbagai cara seperti
meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T, NK-cells dan makrofag serta melepaskan interferon dan interleukin Tan H.T., 2007.
2.4.3.2 Imunosupresor
Imunosupresor adalah senyawa yang dapat menurunkan respon imun. Imunosupresor mampu menghambat traskripsi dari sitokin dan memusnahkan sel
T. Imunosupresor dapat dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu agen alkilasi, tiopurin, antimetabolit, produk fungi misalnya siklosporin, dan golongan kortikosteroid
Tan H.T., 2007.
2.4.3.3 Siklofosfamida
Gambar 2.4 Siklofosfamida Siklofosfamida merupakan agen alkilasi yang mempunyai efek
imunosupresif. Siklofosfamida memiliki aktivitas antiproliferasi yang kuat yang dilihat dari kemampuannya menurunkan produksi antibodi selama fase proliferasi.
Siklofosfamid memberikan efek pada mencit dengan dosis pemberian 50 mgkg BB. Siklofosfamida menghambat aksi sel Ts dan sel Th2 sehingga
menekan produksi antibodi oleh sel B. Sel Th1 tidak dipengaruhi oleh siklofosfamida dan tetap bekerja secara normal. Sel Th1 akan melepaskan sitokin
yang bersifat proinflamasi sehingga akan menarik makrofag ke tempat terjadinya induksi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan di tempat
induksi Turk, 1989.
2.4.3.4 Metode Pengujian Efek Imunomodulator
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian efek imunomodulator. Beberapa di antaranya adalah uji respon hipersensitivitas tipe
lambat, pengukuran antibodi titer antibodi, uji transformasi limfosit T, uji komplemen, indeks migrasi makrofag, uji granulosit, bioluminisensi radikal,
respon fagositik, respon proliferasi limfosit.
Uji Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat
Uji respon hipersensitivitas merupakan pengujian efek imunomodulator terkait dengan respon imun spesifik. Respon hipersensitivitas tipe lambat
merupakan respon imun seluler yang melibatkan aktivasi sel Th yang akan melepaskan sitokin dan meningkatkan aktivitas makrofag sehingga dapat
meningkatkan reaksi inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan kaki hewan uji Roit,1989
Titer Antibodi
Respon imun spesifik dapat berupa respon imun seluler dan respon imun humoral. Penilaian titer antibodi merupakan pengujian terhadap respon imun
humoral yang melibat pembentukan antibodi. Peningkatan nilai titer antibodi terjadi karena peningkatan aktivitas sel Th yang menstimulasi sel B untuk
pembentukan antibodi dan peningkatan aktivitas sel B dalam pembentukan antibodi Roit, 1989.
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental berdasarkan rancangan acak lengkap. Penelitian ini meliputi tahapan penelitian yaitu penyiapan sampel,
karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, karakterisasi ekstrak, penyiapan hewan percobaan dan pengujian respon hipersensitivitas tipe lambat dan titer
antibodi pada hewan percobaan. Data hasil penelitian dianalisis secara ANAVA analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tuckey meggunakan
program SPSS Statistical Product and Service Solution versi 15. 3.1
Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, neraca listrik Vibra, seperangkat alat destilasi
penetapan kadar air, perkolator, rotary evaporator, freeze dryer Edward, blender National, mikroskop Olympus, mortir dan stamfer, neraca hewan, spuit 1 ml
Terumo, oral sonde, pletismometer air raksa, velocity 18R refrigerated centrifuge Dynamic, microtube, microtitration plate, pipet mikro Brand, dan
kertas saring. Gambar alat-alat yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 61.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temu giring, karboksi metil selulosa CMC, sel darah merah domba SDMD, natrium