Status pengelolaan habitat penyu Analisis arahan perencanaan pengembangan ekowisata

Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu Wt : Waktu yang disediakan oleh pengelola Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung

3.4.3 Status pengelolaan habitat penyu

Analisis status pengelolaan habitat penyu dilakukan dari hasil pengamatan peneliti selama penelitian dan hasil kuisioner dari masyarakat lokal dan wisatawan. Responden masyarakat dan wisatawan sama dengan responden pada butir 3.3. Status ini merupakan nilai kualitatif yang ditentukan berdasarkan kekuatan dan kelemahan ancaman dan gangguan yang ada di kawasan peneluran penyu. Kekuatan dan kelemahan yang ada dalam kawasan ini selanjutnya akan menjadi dasar dalam analisis arahan perencanaan pengembangan ekowisata.

3.4.4 Analisis arahan perencanaan pengembangan ekowisata

Arahan perencanaan pengembangan ekowisata dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis ini bertujuan untuk membantu menentukan kebijakan yang diperlukan dalam rencana pengembangan potensi wisata di daerah peisisir. Analisa SWOT merupakan instrumen perencanaan strategis yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan eksternal dan ancaman untuk memformulasikan strategi suatu kegiatan Start dan Hovland 2004. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi KekuatanKelemahan dan PeluangAncaman Pada tahap ini dilakukan penelaahan kondisi faktual di lapangan dan kecenderungan yang mungkin terjadi untuk menidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman pengelolaan wisata peneluran penyu di Pantai Pangumbahan sebagai kawasan ekowisata. 2. Analisis SWOT dan alternatif kebijakan hasil analisis SWOT Pada tahap ini dilakukan analisis hubungan keterkaitan untuk memperoleh beberapa alternatif kebijakan SO, ST, WO, WT. Untuk mendapatkan prioritas kebijakan maka dilakukan pemberian skor dan bobot point faktor berdasarkan tingkat kepentingan. Skor yang diberikan berkisar antara 1-5, nilai tersebut mewakili tingkat kepentingan, yaitu nilai 1 untuk yang tidak penting hingga nilai 5 untuk yang terpenting. Sedangkan perhitungan bobot, masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitanya untuk memperoleh beberapa alternatif kebijakan SO, ST, WO dan WT. Kemudian Skor dikalikan dengan bobot setiap alternatif kebijakan tersebut dijumlahkan dengan ranking tertinggi merupakan alternatif kebijakan yang diprioritaskan untuk dilakukan. Alternatif kebijakan pada matriks hasil analisis SWOT dihasilkan dari kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang SO, kebijakan berdasarkan penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang ST; pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang WO dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang WT Tabel 5. Tabel 5. Skema analisis SWOT Internal -External Strength S Weakness W Opportunities O SO WO Threat T ST WT Alternatif strategi yang diperoleh dari matrik tersebut adalah : Strategi SO : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan peluang yang sudah ada. Strategi ST : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. Strategi WO : Berusaha mendapatkan keuntungan dan kesempatan yang ada dengan mengatasi kelemahan yang ada. Strategi WT : Berusaha meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Potensi Sumberdaya Alam dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Pantai

Pangumbahan

4.1.1 Potensi sumberdaya alam

Pantai Pangumbahan memiliki potensi sumberdaya yang masih dalam keadaan baik, hal ini dapat terlihat dari kondisi habitat dan biota yang ada di kawasan yang masih dalam kondisi baik. Vegetasi dominan yang ada di Pantai Pangumbahan adalah pandan laut Pandanus tectorius Gambar 4, selain itu terdapat juga Ipomoea pes-caprae, Terminalia catappa, Ardisia humilis, Calopyllum inophyllum, Crinum asiaticum, Cyperus peddinculatus. Menutut Nuitja 1992 banyak terdapatnya pandan laut akan meningkatkan naluriah alami penyu untuk bertelur. Pantai yang masih bersih, asri dan tidak terlalu banyak berubah dari masa sebelumnya membuat penyu tetap bertelur di Pantai Pangumbahan. Berbeda dengan Pantai Cibuaya dan Pantai Ujung Genteng yang menurut responden masyarakat sekitar, dahulu merupakan tempat bertelurnya penyu tetapi sekarang telah berubah dengan banyaknya bangunan di pinggir pantai dan cahaya buatan yang membuat hilangnya tempat penyu untuk bertelur. Semua kondisi tersebut membuat penyu tetap bertelur di Pantai Pangumbahan. Gambar 4. Pandanus tectorius