Analisis Abstraksi teks berbahasa Indonesia menggunakan teori knowledge graph

4.5 Analisis

Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap relasi PAR, CAU, dan SUB yang terjadi dalam keseluruhan graf yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Analisis dilakukan pada setiap teks. Analisis Relasi PAR Terlebih dahulu akan dianalisis relasi PAR yang terjadi pada setiap verteks. Pada relasi PAR yang terjadi pada dua buah kata benda memiliki pengertian bahwa salah satu kata benda merupakan sifat pelengkap atau pemberi keterangan bagi kata benda lainnya, sehingga memungkinkan terbentuknya gabungan dua buah atau lebih kata benda yang memiliki makna baru dan berbeda dari makna kata dasarnya. Artinya, dapat dilakukan reduksi pada relasi PAR dengan menggabungkan dua buah kata benda yang dihubungkan dengan relasi PAR. Tetapi, apabila seluruh relasi PAR yang terjadi digabung, maka akan ada banyak kata benda yang hilang, sehingga akan memengaruhi graf. Akan dibuat sebuah ketentuan menggabungkan dua buah kata benda untuk mendapatkan sebuah konsep kata benda baru yang kemudian akan digunakan sebagai verteks baru. Kata benda baru tersusun dari dua buah kata benda yang terhubung oleh relasi PAR. Kata benda baru terdiri atas kata benda utama dan kata benda yang memberi sifat atau keterangan. Kata benda yang memberikan sifat atau keterangan tidak boleh memiliki fungsi lain, artinya tidak boleh memiliki relasi selain PAR. Apabila memiliki relasi selain PAR maka akan memengaruhi graf, sehingga mengubah informasi. Diperoleh ketentuan sebagai berikut: kata benda tersusun atas dua verteks u, v yang dihubungkan oleh relasi PAR u ke v, dimana verteks u hanya memiliki satu jenis relasi, yaitu relasi PAR, sedangkan verteks v harus memiliki relasi lain selain PAR. Setelah mendapatkan sebuah kata benda baru yang terdiri atas dua buah verteks, akan dilihat makna kata baru hasil gabungan kata benda tersebut. Jika maknanya sama dengan salah satu kata benda yang terdapat dalam verteks, maka kata benda baru yang terbentuk akan dikelompokkan bersama kata benda yang memiliki makna yang sama. Jika kata benda baru memiliki sebuah makna yang tidak sama dengan salah satu verteks yang ada, maka kata benda baru tersebut akan diberi label dan dijadikan sebuah verteks baru. Pembentukan kata benda baru ini akan mengakibatkan perubahan pada bentuk graf. Setelah graf berubah, maka akan ada perubahan data banyaknya hubungan yang terjadi pada setiap dokumen. Hal ini mengakibatkan kata benda baru dapat terjadi kembali, sehingga diperlukan pengulangan analisis relasi PAR sampai tidak ada kemungkinan terbentuknya kata benda baru. Setelah melihat data banyaknya hubungan antarverteks yang terjadi pada masing masing teks, maka dilakukan analisis relasi PAR secara terpisah pada setiap teks. Teks A Dilakukan analisis relasi PAR pada Teks A, didapatkan 11 pasangan verteks yang membentuk kata baru, dan 6 di antaranya memiliki makna yang berbeda dari makna kata pembentuknya. Tabel 7 Analisis PAR pertama pada Teks A u ke v Kata gabungan Sinonim 2 → 1 ketahanan pangan - 5 → 17 harga BBM - 21 → 1 kerawanan pangan - 6 → 1 pangan petani pangan 15 → 3 tingkat masyarakat masyarakat 5 → 1 harga pangan - 5 → 8 harga barang - 6 → 3 jumlah masyarakat masyarakat 6 → 7 jumlah petani petani 15 → 18 tingkat daerah daerah 2 → 12 ketahanan nasional - 6 → 14 jumlah sistem sistem Gambar 130 Penggabungan verteks pertama pada Teks A. Selanjutnya verteks-verteks baru akan menggantikan posisi dari verteks pembentuknya, sehingga terjadi perubahan pada graf Teks A. Perubahan graf yang terjadi menyebabkan perubahan data banyaknya hubungan yang terjadi pada Teks A, sehingga memungkinkan terjadinya kata benda baru, maka dilakukan kembali analisis pada relasi PAR, didapatkan 12 pasang verteks yang membentuk kata baru, tetapi tidak ada kata baru yang memiliki makna berbeda dari kata pembentuknya. Tabel 8 Analisis PAR ke-2 pada Teks A u ke v Kata gabungan Sinonim 12 → A ketahanan pangan nasional ketahanan pangan 13 → B kenaikan harga BBM harga BBM 12 → 8 barang nasional barang 12 → 19 gerakan nasional gerakan 13 → A peningkatan ketahanan pangan ketahanan pangan 13 → E kenaikan harga barang harrga barang Gambar 131 Penggabungan verteks ke-2 pada Teks A. Analisis relasi PAR ke-2 pada Teks A menyebabkan terjadinya perubahan graf, sehingga mengubah data hubungan yang terjadi pada Teks A. selanjutnya akan dilakukan kembali analisis relasi PAR untuk yang ke-3 kalinya, dan tidak didapatkan pasangan verteks yang sesuai dengan ketentuan untuk membentuk kata baru, maka analisis relasi PAR pada Teks A dapat dihentikan, dan dilanjutkan langkah analisis berikutnya. Teks B Dilakukan analisis relasi PAR pada Teks B, didapatkan 6 pasangan verteks yang membentuk kata baru, dan 4 di antaranya memiliki makna yang berbeda dari makna kata pembentuknya. Tabel 9 Analisis PAR pertama pada Teks B u ke v Kata gabungan Sinonim 4 → 1 ketahanan pangan - 8 → 11 tingkat nasional nasional 12 → 7 harga dasar - 8 → 6 tingkat swasembada swasembada 12 → 9 dasar kebijakan - 15 → 6 pemenuhan swasembada - Gambar 132 Penggabungan verteks pertama pada Teks B. Selanjutnya verteks-verteks baru akan menggantikan posisi dari verteks pembentuknya, sehingga terjadi perubahan pada graf Teks B. Perubahan graf yang terjadi menyebabkan perubahan data hubungan yang terjadi pada Teks B, sehingga memungkinkan terjadinya kata benda baru, maka dilakukan kembali analisis pada relasi PAR, didapatkan 6 pasang verteks yang membentuk kata baru, dan 5 di antaranya memiliki makna yang berbeda dari makna kata pembentuknya. Tabel 10 Analisis PAR ke-2 pada Teks B u ke v Kata gabungan Sinonim 15 → A pemenuhan ketahanan pangan - B → 1 harga dasar pangan - C → 1 dasar kebijakan pangan - 8 → A tingkat ketahanan pangan ketahanan pangan 12 → A dasar ketahanan pangan - D → 1 pemenuhan swasembada pangan - Gambar 133 Penggabungan verteks ke-2 pada Teks B. Analisis relasi PAR ke-2 pada Teks B menghasilkan beberapa verteks baru dan menyebabkan terjadinya perubahan graf, sehingga mengubah data banyaknya hubungan yang terjadi pada Teks B. selanjutnya akan dilakukan kembali analisis relasi PAR untuk yang ke-3 kalinya, dan tidak didapatkan pasangan verteks yang sesuai dengan ketentuan untuk membentuk kata baru, maka analisis relasi PAR pada Teks B dapat dihentikan, dan dilanjutkan langkah analisis berikutnya. Teks C Dilakukan analisis relasi PAR pada Teks C, didapatkan 11 pasangan verteks yang membentuk kata baru, dan 6 di antaranya memiliki makna yang berbeda dari makna kata pembentuknya. Tabel 11 Analisis PAR pada Teks C u ke v Kata gabungan Sinonim 7 → 1 pangan nasional pangan 7 → 2 pertanian nasional pertanian 7 → 13 produksi nasional produksi 8 → 2 modernisasi pertanian - 12 → 1 ketahanan pangan - 15 → 16 derah perdesaan perdesaan 19 → 3 perluasan lahan lahan 20 → 5 situasi kekurangan kekurangan 18 → 3 pemanfaatan lahan - 15 → 2 daerah pertanian pertanian Gambar 134 Penggabungan verteks pada Teks C. Selanjutnya verteks-verteks baru akan menggantikan posisi dari verteks pembentuknya, sehingga terjadi perubahan pada graf Teks C. Perubahan graf yang terjadi menyebabkan perubahan data banyaknya hubungan yang terjadi pada Teks C, sehingga memungkinkan terjadinya kata benda baru, maka dilakukan kembali analisis pada relasi PAR untuk yang ke-2 kalinya, dan tidak didapatkan pasangan verteks yang sesuai dengan ketentuan untuk membentuk kata baru, maka analisis relasi PAR pada Teks C dapat dihentikan, dan dilanjutkan langkah analisis berikutnya. Analisis Hubungan Searah Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap hubungan sejajar yang terjadi pada setiap teks. Diperoleh: Gambar 135 Hubungan sejajar pada Teks A. Gambar 136 Hubungan sejajar pada Teks B. Gambar 137 Hubungan sejajar pada Teks C. Menurut Hoede dan Nurdiati 2008b, pada hubungan sejajar yang terjadi pada verteks dapat dilakukan suatu reduksi hubungan dengan menggunakan hukum penambahan. Tabel 12 Hukum penambahan + CAU SUB CAU CAU SUB SUB SUB SUB Dengan demikian untuk relasi CAU dan SUB yang terjadi pada setiap verteks tersebut dapat digantikan dengan relasi SUB. Untuk hubungan sejajar lainnya akan dilakukan analisis lebih lanjut. Pada Teks A, dilihat dari struktur katanya, hubungan yang terjadi pada v3={masyarakat, keluarga, penduduk, rumah tangga} dengan v 1={pangan, beras, gabah} dapat digantikan dengan CAU, karena “masyarakat” membutuhkan “pangan”. Selanjutnya untuk hubungan v3={masyarakat, penduduk, rumah tangga, keluarga} dengan vA={ketahanan pangan} dapat digantikan dengan CAU, karena “masyarakat” pelaku “ketahanan pangan”, sehingga “masyarakat” bukan atribut dari “ketahanan pangan”. Untuk hubungan v 14={sistem, subsistem} dengan vA={ketahanan pangan} dapat digantikan dengan PAR, karena kata “sistem” merupakan atribut bagi “ketahanan pangan”. Untuk hubungan v 11={ketersediaan} dengan vA={ketahanan pangan} dapat digantikan dengan SUB, karena “ketersediaan” merupakan syarat terjadinya “ketahanan pangan”. Pada Teks B, dilihat dari struktur katanya, hubungan v 2={Indonesia, Kalimantan, Maluku, Nusantara, Papua, Timor} dengan v 1={beras, singkong, gandum, gula pasir, jagung, kedelai, makanan, pangan} dan v 10={keluarga, masyarakat, rakyat} dengan v 1={beras, singkong, gandum, gula pasir, jagung, kedelai, makanan, pangan} dapat digantikan dengan CAU, karena “Indonesia” dan “masyarakat” adalah objek yang membutuhkan atau mengumpulkan “pangan”. Untuk hubungan v6={swasembada} dengan v 1={beras, singkong, gandum, gula pasir, jagung, kedelai, makanan, pangan}, v 7={harga} dengan v1={beras, singkong, gandum, gula pasir, jagung, kedelai, makanan, pangan}, dan v16={perdagangan} dengan v 1={beras, singkong, gandum, gula pasir, jagung, kedelai, makanan, pangan} dapat digantikan dengan PAR, karena “swasembada”, “harga”, dan “perdagangan” merupakan atribut untuk “pangan”.. Pada Teks C, dilihat dari struktur katanya, hubungan v2={pertanian} dengan v3={lahan, lahan gambut, lahan kering} dapat digantikan dengan SUB, karena “pertanian” dilakukan di dalam “lahan”. Selanjutnya untuk hubungan v 5={kekurangan, kelangkaan, krisis} dengan v 1={pangan, beras, padi} dapat digantikan dengan PAR, karena “kekurangan” merupakan atribut dari “pangan”. Analisis Relasi SUB dan CAU Pada tahap ini akan dianalisis kembali relasi SUB dan CAU yang terdapat dalam hasil penggabungan keseluruhan graf kalimat pada setiap teks. Dengan menggunakan prinsip logika matematika, yaitu jika A himpunan bagian dari B dan B himpunan bagian dari C, maka A himpunan bagian dari C. Gambar 138 Hubungan SUB I berdasarkan prinsip logika matematika. Menurut Hoede dan Nurdiati 2008b, jika terjadi hubungan seperti itu, maka verteks yang menghubungkan A dengan C dapat direduksi. Jika hubungan SUB tersebut diperhatikan kembali, maka dapat juga dilakukan penghilangan hubungan antara A dengan C, karena hubungan tersebut dapat digambarkan melalui hubungan A SUB B dan B SUB C. Dengan adanya hubungan tersebut, memungkinkan juga untuk menerapkan prinsip logika matematika lainnya, yaitu jika A himpunan bagian dari B dan B himpunan bagian dari A, maka himpunan A sama dengan himpunan B. Gambar 139 Hubungan SUB II berdasarkan prinsip logika matematika. Jika A menyebabkan terjadinya B dan B menyebabkan terjadinya C, maka dapat disimpulkan bahwa A menyebabkan C. Gambar 140 Hubungan CAU berdasarkan prinsip logika matematika. Dengan demikian verteks-verteks yang memiliki relasi SUB atau CAU yang memenuhi prinsip logika matematika tersebut dapat dilakukan reduksi sesuai dengan hubungan yang terjadi. Gambar 141 Graf relasi SUB pada Teks A. Dapat dilihat bahwa pada Teks A tidak terdapat relasi SUB yang dapat direduksi. Gambar 142 Graf relasi SUB pada Teks B. Dapat dilihat terdapat relasi SUB yang direduksi pada Teks B. Reduksi terjadi pada hubungan bolak balik v10 dengan v11, sehingga dapat dinyatakan bahwa v10 = v11. Selanjutnya dibuat sebuah verteks baru gabungan dari kedua verteks tersebut, yaitu v N={v10,v11}. Untuk relasi SUB pada v1 dengan v3 dapat direduksi karena hubungan tersebut sudah digambarkan melalui v1 SUB v 5, v5 SUB v3, atau melalui hubungan v1 SUB v17, v17 SUB v3. Gambar 143 Graf relasi SUB pada Teks C. Dapat dilihat bahwa pada Teks A tidak terdapat relasi SUB yang dapat direduksi. Selanjutnya akan diperlihatkan graf relasi CAU yang terjadi pada setiap teks beserta hubungan yang tereduksi. i ii iii Gambar 144 Graf relasi CAU pada Teks A i, Teks B ii, dan Teks C iii. Dapat dilihat bahwa terdapat banyak relasi CAU pada setiap teks yang dapat direduksi berdasarkan penerapan prinsip logika matematika. Penggabungan Graf Graf yang terbentuk setelah proses analisis akan digabung menjadi sebuah graf berukuran besar. Graf yang akan digambarkan hanya graf yang memiliki relasi PAR, CAU, dan SUB, sesuai dengan hasil analisis. Hubungan lain yang terbentuk dalam setiap teks tidak diperhitungkan dan tidak digambarkan dalam graf ini. Beberapa verteks yang hilang tidak memiliki hubungan atau verteks yang sudah digabungkan menjadi verteks baru tidak akan digambarkan dalam graf ini. Setelah memiliki graf hasil penggabungan, maka akan dibuat kesimpulan dari setiap teks. Kesimpulan tersebut didapat dengan cara membaca kembali hubungan yang terjadi pada setiap verteks. Pembacaan graf ini bersifat subjektif, karena setiap individu memiliki pemahaman berbeda dalam membaca graf, dan karena belum ada aturan khusus dalam membaca sebuah rangkaian knowledge graph dalam bahasa Indonesia. Gambar 145 Graf hasil analisis Teks A. Dengan membagi graf hasil analisis Teks A dalam beberapa subgraf, akan diperoleh beberapa pembahasan, yaitu: Masyarakat v3 memerlukan ketahanan pangan yang kuat vA, sementara ketahanan pangan vA sepenuhnya berada di tangan masyarakat v3. Ketahanan pangan vA merupakan bagian dari ketahanan nasional vF, dan ketahanan pangan vA dipengaruhi oleh ketersediaan v11, akses v16, dan barang v8. Hal ini menyebabkan pemerintah v4 membuat sebuah kebijakan v20 mengenai harga pangan vD yang dapat memengaruhi para petani v7. Masyarakat v3 menderita kemiskinan v10 sehingga tidak memiliki akses v19 akan pangan v1 yang merupakan kebutuhan v9 pokok bagi masyarakat v3. Masyarakat v3 dipengaruhi oleh harga BBM vB yang naik, yang menyebabkan harga barang vE ikut naik. Hal ini dapat mengakibatkan kerawanan pangan vC karena kelangkaan barang v8, sehingga muncul sebuah gerakan v19 dari berbagai daerah v18 untuk mengatasi kerawaan pangan vC. Gambar 146 Graf hasil analisis Teks B. Dengan membagi graf hasil analisis Teks B dalam beberapa subgraf, akan diperoleh beberapa pembahasan, yaitu: Perdagangan v16 pangan v1 di Indonesia v2 sejak jaman v3 kolonial v14 sangat memengaruhi kebijakan v9 ketahanan pangan vA untuk memperoleh pangan v1. Pemerintah v5 meningkatkan ketahanan pangan vA melalui pertanian v18 untuk memperoleh pangan v1. Di Indonesia v2, pangan v1 merupakan kebutuhan vE utama masyarakat vN, ketergantungan masyarakat vN akan pangan v1 memengaruhi harga dasar pangan vF di Indonesia v2. Gambar 147 Graf hasil analisis Teks C. Dengan membagi graf hasil analisis Teks C dalam beberapa subgraf, akan diperoleh beberapa pembahasan, yaitu: Pemerintah v4 memberitahukan bahwa lahan v3 pertanian v2 di Indonesia v11 dapat menghasilkan produksi v13 pangan v1 dengan jumlah v6 yang cukup bagi seluruh desa v16, bahkan untuk seluruh dunia v10. Hal itu dapat tercapai dengan cara menerapkan suatu program v9. Pemerintah v4 mengimbau agar seluruh pertanian v2 meningkatkan pemanfaatan lahan vC dan melakukan modernisasi pertanian vA untuk mengatasi masalah kekurangan v5 pangan v1 yang melanda duniav10. Kedua hal tersebut juga dapat memperkokoh ketahanan pangan vB Indonesia v11.

4.6 Perancangan Aturan