45 Mengenai aktivitas peternak dalam mencari hijauan hingga ke wilayah
perkebunan PTPN VIII Gunung Mas dan PT. Sumber Sari Bumi Pakuan pun sejauh ini tidak ada keberatan dari pihak perusahaan. Bahkan saat ini peternak
melalui Gapoknak Bale Arminah sedang berupaya untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan perkebunan dalam pemanfaatan lahan yang tidak digarap
untuk difungsikan bagi kegiatan peternakan. Perilaku sosial yang menjadi ancaman bagi peternak adalah perilaku
masyarakat yang melakukan pembangunan pemukiman yang tidak sesuai dengan RTRW dan tidak memiliki IMB yang mengakibatkan berkurangnya lahan
pertanian produktif sebagaimana yang dilaporkan oleh Camat Cisarua dalam Laporan Tahun Kinerja 2009. Pertumbuhan pemukiman yang pesat ini
dikhawatirkan akan mengganggu keberadaan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua. Penertiban bangunan tanpa IMB dan pengembalian fungsi
lahan sesuai dengan RTRW diharapkan dapat mencegah dan mengurangi alih fungsi lahan kepada yang tidak semestinya. Penyuluhan kepada peternak untuk
menjaga dan mengawasi lahan konservasi juga diperlukan agar lahan tersebut tidak diserobot dan dialih fungsikan oleh orang lain Ridwan, 2006.
5.2.3 Keberlanjutan dari Dimensi Ekonomi
Keberlanjutan usaha peternakan sapi perah ditinjau dari dimensi ekonomi adalah mengenai bagaimana usaha peternakan sapi perah rakyat dapat tetap
memberikan keuntungan dan peningkatan pendapatan bagi peternak sehingga usaha peternakan dapat terus berjalan dan ditingkatkan kapasitasnya.
Peternakan sapi perah merupakan usaha yang telah lumrah dilaksanakan oleh peternak di Kecamatan Cisarua terutama di Desa Cibeureum dan Tugu Selatan.
Usaha ini umumnya telah ditekuni lebih dari lima tahun sehingga peternak telah memiliki pengalaman yang cukup dalam budidaya ternak sapi perah. Usaha
ternak sapi perah merupakan usaha yang ditekuni secara serius oleh peternak mengingat hampir keseluruhan peternak mengusahakan peternakan sapi perah
sebagai usaha pokok. Usaha yang dilakukan telah berorientasi komersial dengan tujuan untuk mendapatkan pendapatan semaksimal mungkin.
Gairah peternak dalam mengusahakan peternakannya cukup tinggi mengingat telah tersedia pasar yang tetap dengan harga jual yang pasti. PT.
Cimory sebagai satu-satunya IPS Industri Pengolahan Susu yang menampung produksi susu dari peternak telah memberikan harga yang tetap dan pasti
46 berdasarkan kualitas susu yang dihasilkan peternak Tabel 24. Produk susu
segar yang dihasilkan peternak dihargai rata-rata Rp.3.800 per liter oleh PT. Cimory. Harga ini sudah termasuk ideal karena menurut Priyanti dan Saptati
2008 harga jual susu lokal yang ideal adalah 80 dari harga susu impor harga susu impor setara susu segar pada bulan Februari 2011 adalah Rp. 4.300liter.
Tabel 24. Harga Beli Susu Segar PT. Cimory RpKg
Jumlah Kuman
CFUml Total Solid
≤0,25 jt 0,25
s.d ≤0,5 jt
0,5 s.d ≤1 jt
1 s.d ≤
3 jt 3-
≤5 jt 5-≤10 jt
12,6 4.725
4.575 4.425
4.300 4.200
4.100 12,5
4.675 4.525
4.375 4.250
4.150 4.050
12,4 4.625
4.475 4.325
4.200 4.100
4.000 12,3
4.575 4.425
4.275 4.150
4.050 3.950
12,2 4.525
4.375 4.225
4.100 4.000
3.900 12,1
4.475 4.325
4.175 4.050
3.950 3.850
12,0 4.425
4.275 4.125
4.000 3.900
3.800 11,9
4.375 4.225
4.075 3.950
3.850 3.750
11,8 4.325
4.175 4.025
3.900 3.800
3.700 11,7
4.275 4.125
3.975 3.850
3.750 3.650
11,6 4.225
4.075 3.925
3.800 3.700
3.600 11,5
4.175 4.025
3.875 3.750
3.650 3.550
11,4 4.125
3.975 3.825
3.700 3.600
3.500 11,3
4.075 3.925
3.775 3.650
3.550 3.450
11,2 4.025
3.875 3.725
3.600 3.500
3.400 11,1
3.975 3.825
3.675 3.550
3.450 3.350
11,0 3.925
3.775 3.625
3.500 3.400
3.300 10,9
3.875 3.725
3.575 3.450
3.350 3.250
10,8 3.825
3.675 3.525
3.400 3.300
3.200 10,7
3.775 3.625
3.475 3.350
3.250 3.150
10,6 3.725
3.575 3.425
3.300 3.200
3.100 10,5
3.675 3.525
3.375 3.250
3.150 3.050
10,4 3.625
3.475 3.325
3.200 3.100
3.000 10,3
3.575 3.425
3.275 3.150
3.050 2.950
10,2 3.525
3.375 3.225
3.100 3.000
2.900 10,1
3.475 3.325
3.175 3.050
2.950 2.850
10,0 3.425
3.275 3.125
3.000 2.900
2.800
Sumber: KUD Giri Tani 2010
47 Sistem insentif harga susu seperti ini akan mendorong peternak untuk
menghasilkan susu yang lebih berkualitas agar dapat dibeli dengan harga yang lebih tinggi. Saat ini nilai total kuman pada susu sapi yang ditangani para
peternak berkisar 1-3 juta CFUml yang masih di bawah persyaratan yang ditetapkan dalam SNI Susu Segar nomor 01-3141-1998 sebesar maksimal
1.000.000 CFUml, sedangkan nilai Total Solid TS sudah memenuhi SNI yaitu sebesar 11,71. Perbaikan terhadap kualitas susu yang dihasilkan akan mampu
untuk mendongkrak tingkat pendapatan peternak. Berdasarkan kerjasama yang dilakukan oleh KUD Giri Tani dengan
PT.Cimory disepakati bahwa semua produksi susu anggota KUD bisa diserap oleh PT. Cimory. Saat ini hampir seluruh produksi susu yang dihasilkan peternak
diserap oleh PT. Cimory dengan suplai sekitar 46 dari 10.000 liter kebutuhan susu segar PT. Cimory setiap harinya. Satu sisi hal ini akan memberikan jaminan
pasar bagi peternak, namun di sisi lain akan menciptakan ketergantungan pasar yang tinggi terhadap PT. Cimory. Ketergantungan ini akan berdampak buruk bagi
peternak manakala harga beli yang ditawarkan PT.Cimory tidak lagi sesuai dengan harapan peternak. Oleh karena itu ke depannya perlu dipikirkan alternatif
pasar yang lain agar tidak terjadi ketergantungan terhadap satu pasar saja. Salah satu alternatif pasar adalah wisatawan yang berkunjung ke Cisarua.
Menurut Sumartini 2010, penjualan susu segar langsung ke wisatawan atau penghuni villa dapat meningkatkan nilai jual yang cukup tinggi yaitu Rp.4.000-
Rp.6.000,- per liter pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2009 berkisar antara Rp.5.000-Rp.8.000,- per liter. Kendalanya adalah pasar seperti ini bersifat
tidak tetap dengan volume penjualan yang sangat rendah berkisar 40-100 liter per bulan. Alternatif lain adalah dengan membuat produk susu olahan untuk
dipasarkan sehingga pendapatan peternak tidak selalu tergantung pada pemasaran susu segar. Selain itu, dengan melakukan pengolahan akan
menambah nilai produk yang dihasilkan. Saat ini industri pengolahan skala rumah tangga telah mulai dirintis oleh peternak di Cisarua salah satunya oleh
peternak dari Kelompok Baru Siereum dengan merek dagang E-Yoci. Produk susu olahan yang dihasilkan adalah susu pasteurisasi, kerupuk susu, karamel,
stik susu dan puding susu dengan kapasitas produksi sekitar 100 literhari. Umumnya peternakan sapi perah di Cisarua diusahakan dengan
kepemilikan induk antara 1-5 ekor. Upaya kooperatif dan integratif terhadap lembaga permodalan perlu dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas usaha
48 peternak. Ridwan 2006 menyatakan bahwa potensi pertumbuhan agribisnis
sapi perah di Kecamatan Cisarua sangat potensial untuk ditingkatkan, baik secara individu ataupun pelaku usaha baru. Insentif yang diberikan akan
mendorong terjadinya pertumbuhan yang secara dimensi ekonomi berarti adanya keberlanjutan. Tingginya permintaan susu segar akan diiringi meningkatnya
permintaan sarana produksi. Kebijakan untuk mempermudah pengadaan sarana produksi baik melalui kebijakan suku bunga rendah maupun subsidi pajak dapat
mendorong terjadinya agribisnis sapi perah yang berkelanjutan dari sudut dimensi ekonomi.
Keberlanjutan peternakan sapi perah rakyat secara ekonomi dapat dicapai apabila peternak sapi perah telah menampilkan dirinya sebagai pelaku agribisnis.
Usaha pertanian dapat dikatakan sebagai agribisnis jika kegiatan tersebut telah dipersepsikan sebagai bagian dari suatu sistem bisnis yang lebih luas yang terdiri
atas: 1 bisnis input dan sarana produksi pertanian seperti pupuk, alat dan mesin pertanian; 2usaha tani itu sendiri; 3bisnis pengolahan hasil pertanian; 4bisnis
distribusi dan pemasaran hasil pertanian dan hasil olahannya; dan 5 bisnis berbagai perangkat penunjang seperti perbankan, penelitian, pengembangan,
asuransi pertanian dan sebagainya Krisnamurthi dan Fausia, 2003.
5.3 Pengembangan Peternakan Sapi Perah Berkelanjutan 5.3.1 Sasaran Pengembangan Peternakan Sapi Perah
Berdasarkan tinjauan dari dimensi ekologi, sosial dan ekonomi maka secara garis besar terdapat beberapa dampak yang mungkin timbul akibat
pengembangan peternakan sapi perah rakyat di Cisarua.
Dampak Ekologi
1. Meningkatnya pencemaran yang terjadi akibat usaha peternakan sapi perah rakyat.
2. Semakin menurunnya daya dukung pakan alami akibat pertumbuhan populasi sapi perah.
3. Semakin meningkatnya potensi limbah organik yang bisa dimanfaatkan untuk perbaikan kualitas tanah pertanian.
Dampak Sosial
1. Pertumbuhan usaha peternakan akan memberikan perluasan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
49 2. Pengembangan peternakan akan menyebabkan peningkatan ketersediaan
pangan asal hewan bagi masyarakat yang berdampak meningkatnya status gizi masyarakat.
3. Keberhasilan pengembangan sapi perah di Cisarua akan meningkatkan citra pemerintah dalam upaya pegembangan komoditas unggulan daerah.
4. Semakin tingginya potensi konflik di masyarakat akibat pencemaran yang ditimbulkan oleh usaha peternakan rakyat.
Dampak Ekonomi
1. Peningkatan kapasitas usaha ternak rakyat akan memberikan peningkatan pendapatan bagi peternak.
2. Keberadaan usaha ternak sapi perah dari hulu hingga hilir di Kecamatan Cisarua akan meningkatkan laju perekonomian daerah secara umum.
Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi dengan para pakar maka ditetapkan sasaran dalam pengembangan peternakan sapi perah rakyat di
Cisarua untuk mewujudkan dampak positif dan meminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul, seperti yang disajikan dalam Tabel 25.
Tabel 25. Aspek dan Sasaran Pengembangan Peternakan Sapi Perah No.
Aspek Sasaran
1. 2.
3. Ekologi
Sosial Ekonomi
Terciptanya peternakan zero waste Terwujudnya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam
Meningkatnya lapangan pekerjaan Meningkatnya status gizi masyarakat
Menjadikan sapi perah sebagai icon daerah Meningkatnya pendapatan peternak
Meningkatnya perekonomian daerah
Hasil analisis AHP terhadap ketiga aspek tersebut menunjukkan bahwa aspek ekonomi memiliki bobot paling tinggi 0,493 dibandingkan dengan aspek
sosial 0,311 dan ekologi 0,196. Ini mengindikasikan bahwa aspek ekonomi perlu diutamakan dalam perencanaan strategi pengembangan peternakan sapi
perah. Terpilihnya aspek ekonomi sebagai prioritas utama dalam pengembangan peternakan sapi perah merupakan suatu hal yang wajar. Layaknya seperti
kegiatan perekonomian yang lain, peternakan sapi perah diharapkan dapat memberikan keuntungan maksimum bagi pelaku yang terlibat didalamnya serta
50 mampu menggerakkan perekonomian daerah dimana usaha peternakan tersebut
berlangsung. Sasaran dalam aspek sosial dan ekologi dianggap akan tercapai apabila
sasaran dalam aspek ekonomi telah mampu dipenuhi. Peningkatan pendapatan peternak yang diiringi laju perekonomian yang stabil diharapkan akan mampu
menstimulasi peternak untuk meningkatkan kapasitas usahanya yang berimbas terhadap peningkatan lapangan pekerjaan. Pengerahan sumberdaya yang ada
dengan optimal untuk pengembangan peternakan yang pada akhirnya dapat mewujudkan sapi perah sebagai icon daerah. Prioritas sasaran secara global
yang ingin dicapai dalam pengembangan peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua disajikan dalam Tabel 26.
Tabel 26. Prioritas Global Sasaran Pengembangan Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Cisarua
No. Elemen
Bobot Prioritas
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. Meningkatnya Pendapatan Peternak
Meningkatnya Lapangan Pekerjaan Terwujudnya Optimalisasi Pemanfaatan SDA
Meningkatnya Perekonomian Daerah Meningkatnya Taraf Gizi Masyarakat
Terciptanya Peternakan yang zero waste Mewujudkan Sapi Perah Sebagai Icon Daerah
0,370 0,178
0,131 0,123
0,089 0,065
0,044 1
2 3
4 5
6 7
5.3.2 Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Perah