12 peternak. Fokus yang berlebihan pada agribisnis akan berakibat berkurangnya
perhatian pada peternak kecil, gurem, dan buruh-buruh tani-ternak yang miskin, penyakap, petani penggarap, dan lain-lain yang kegiatannya tidak merupakan
bisnis. Bahkan lebih dari itu, pakar-pakar agribisnis lebih memikirkan bisnis pertanianpeternakan, yaitu segala sesuatu yang harus dihitung untung-ruginya,
efisiensinya, dan sama sekali tidak memikirkan keadilannya dan moralnya. Pembangunan pertanian dan peternakan di Indonesia semestinya berarti
pembaruan penataan pertanian dan peternakan yang menyumbang pada upaya mengatasi kemiskinan atau meningkatkan kesejahteraan mereka.
Menurut Sofyan dan Pambudy 2004, pembangunan sistem agribisnis persusuan harus berdasarkan pada 1 berdaya saing, artinya mampu bersaing
dengan produk lain sejenis darimanapun datangnya 2 berkerakyatan, artinya dilakukan oleh masyarakat banyak, tidak dikelola oleh segelintir pihak saja, 3
terdesentralisasi, artinya tidak menumpuk pada satu tempat saja, tapi merupakan suatu kesatuan dari mulai hulu on farm hingga hilir off farm dan menyebar di
seluruh tanah air 4 berkelanjutan, artinya aktivitas tersebut harus memperhatikan sumberdaya alam dan lingkungan agar kegiatan usaha tersebut
dapat terus berjalan dan sumberdaya alam serta lingkungan dapat terjaga sehingga dapat diwariskan kepada generasi penerus. Putri 2003 menyatakan
bahwa konsep kawasan merupakan suatu pendekatan pengembangan sistem ternak lahan livestock-land use system yang mengintegrasikan ternak dengan
lahan tanaman sehingga ternak lebih berbasis lahan land-based yang sasarannya adalah pada pemanfaatan lahan dan sumberdaya secara lebih baik,
pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan dan kesehatan masyarakat.
2.6 Analisis Strategi Pengembangan Peternakan
Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan yang konsepnya terus berkembang Rangkuti, 2002. Strategi harus memiliki sifat antara lain menyatu
unified yaitu menyatukan seluruh bagian, menyeluruh comprehensive yaitu mencakup seluruh aspek dan integral integrated yaitu seluruh strategi akan
cocok atau sesuai dengan seluruh tingkatan Wahyudi, 1996. Strategi merupakan rencana yang disatukan luas dan terintegrasi yang menghubungkan
keunggulan strategis dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk
13 memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat
Glueck dan Jauch, 1994. Menurut Nickols 2000, strategi dapat diartikan dalam beberapa hal seperti
rencana, pola, posisi serta pandangan. Strategi sebagai rencana, berhubungan dengan bagaimana memfokuskan perhatian dalam mewujudkan tujuan yang
ingin dicapai. Strategi sebagai pola, berarti suatu ketetapan yang berdasarkan alasan-alasan tertentu dalam menentukan keputusan akhir untuk memadukan
kenyataan yang dihadapi dengan tujuan yang ingin dicapai. Strategi sebagai posisi, berarti sikap yang diambil untuk mencapai tujuan dan sebagai pandangan,
strategi berarti cara memandang bentuk dan acuan dalam mengambil keputusan atau tindakan.
Analytical Hierarchy Proses AHP merupakan salah satu teknik pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam penentuan atau
perencanaan suatu strategi. Alat ini memasukkan pertimbangan-pertimbangan logis dari faktor-faktor yang berpengaruh, berikut aktor dan tujuan masing-masing
dari suatu permasalahan yang kompleks yang dipetakan secara sederhana menjadi suatu hirarki. Tingkat konsistensi adalah salah satu penentu utama yang
merupakan pertimbangan pokok keputusan strategi yang diambil. AHP merupakan model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan
atau kelompok untuk membangun gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh
pemecahan yang diinginkan Saaty, 1993. Prinsip kerja AHP adalah membuat bagian-bagian yang sederhana dalam suatu hirarki persoalan yang terstruktur,
strategis dan dinamis Marimin, 2004. Menurut Saaty 1993, penyelesaian persoalan dengan menggunakan AHP
dilakukan dengan beberapa prinsip dasar yaitu dekomposisi, menentukan prioritas dan konsistensi logis, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dekomposisi adalah pemecahan persoalan yang menjadi unsur-unsurnya setelah persoalan tersebut dirumuskan secara baik. Unsur-unsur persoalan
yang telah terpecahkan dapat dipecah lagi menjadi unsur yang lebih kecil sehingga diperoleh beberapa tingkatan pesoalan yang akan ditelaah.
2. Penilaian perbandingan adalah kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini
merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap penentuan
14 prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam
bentuk matriks pairwise comparison. 3. Menentukan prioritas dalam penetuan eigen vektor dari matriks untuk
menentukan prioritas lokal dai setiap pairwise comparison. Oleh karena pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat maka untuk mendapatkan
prioritas global harus dilakukan sintesis di antara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengaturan elemen-
elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis disebut sebagai priority setting.
4. Konsistensi logis adalah tindakan a mengelompokkan obyek-obyek serupa sesuai dengan keragaman dan relevansinya dan b mengevaluasi intensitas
relasi antar gagasan atau antar obyek yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu, saling membenarkan secara logis.
AHP menunjukkan bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi,
memahami dan menilai interaksi suatu sistem sebagai satu kesatuan. Tahapan terpenting dalam analisis pendapat adalah penilaian dengan teknik komparasi
berpasangan pairwise comparison terhadap elemen-elemen keputusan pada suatu tingkat hirarki keputusan.
Metode AHP digunakan dalam mengidentifikasi dan melakukan pembobotan terhadap faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait dengan
pemanfaatan limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Propinsi Sulawesi Selatan Syamsu, 2006. Hendra 2010 menggunakan
metode AHP untuk menjaring persepsi awal tentang prioritas usaha peternakan yang perlu dilakukan dalam kebijakan pembangunan di Kabupaten Sijunjung
Propinsi Sumatera Barat.
15
III. METODE PENELITIAN