29+1
o
C. Setelah 8 hari larva sudah dapat menerima pakan dari luar seperti Artemia
atau Moina dan pada hari ke 10 kuning telur telah terserap semua Geisler et al
., 1990. Hasil penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Lim 1986 menunjukkan saat terbaik awal pemberian pakan pada benih gurami adalah
dimulai pada hari ke 10. Hal ini dilakukan agar benih gurami tetap mendapatkan suplai makanan ketika kuning telurnya sudah habis.
Penyebaran ikan ini meliputi Indonesia, Thailand, Malaysia, Kamboja, Vietnam, India, Pakistan, Srilangka, Filipina dan sekitar Indo Pasifik. Di
Indonesia, Osphronemus gouramy Lac. disebut juga guramih, kalau, kalui, kala, atau kalowo. Khusus di Pulau Jawa, budidaya ikan gurami telah dikembangkan
dan produknya telah diekspor ke beberapa negara seperti India, Filipina dan Srilangka.
Ikan gurami tahan terhadap konsentrasi oksigen rendah, karena mempunyai alat pernapasan tambahan labirin. Di daerah tropik, ikan gurami
dapat dibudidayakan hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Pertumbuhan terbaik ikan gurami diperoleh pada suhu air antara 24-28
C, sedangkan suhu air 15
C akan membatasi pertumbuhan dan reproduksi ikan gurami Anonimous, 1995.
Usaha budidaya ikan gurami terdiri dari pembenihan, pendederan dan pembesaran. Usaha pembenihan meliputi kegiatan pemeliharaan induk,
pemijahan, penetasan telur, dan perawatan larva hingga ukuran 0,5-1 cm. Kegiatan pendederan meliputi pemeliharaan benih 0,5-1 cm hingga ukuran 15 cm,
sedangkan kegiatan pembesaran merupakan lanjutan dari pendederan. Benih dari pendederan akan dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi dengan bobot
rata-rata 500 gekor. Namun, penentuan ukuran panen pembesaran gurami juga disesuaikan dengan permintaan konsumen karena ada juga konsumen yang
meminta ikan gurami berukuran di atas 1 kgekor Anonimous, 2007 .
2.2 Pengaruh Padat Penebaran Ikan terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan
Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya per satuan luas atau volume Hepher and Pruginin, 1981. Menurut
Zonneveld et al. 1991 kepadatan merupakan faktor lain penyebab menurunnya
kesehatan ikan, terutama yang berasal dari bakteri dan parasit. Kepadatan tinggi juga mengakibatkan terjadi akumulasi amonia dan berkurangnya oksigen dalam
kolam dan konsumsi oksigen oleh ikan. Selain mempengaruhi kesehatan ikan, menurut Bardach et al. 1972,
padat penebaran juga akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang lebih rendah akan lebih agresif dibandingkan yang
dipelihara dalam kepadatan lebih tinggi. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan
banyaknya sisa-sisa metabolisme yang tertimbun di dalam air. Tabel 1 menunjukkan pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan,
kelangsungan hidup dan efisiensi pakan benih ikan gurami yang dipelihara pada padat penebaran, ukuran dan wadah pemeliharaan yang berbeda. Menurunnya laju
pertumbuhan diakibatkan oleh adanya pencemaran akibat pembusukan sisa makanan dan kotoran ikan yang dipelihara, juga adanya kanibalisme Akhmad,
1988. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti genetik, umur, ketahanan penyakit dan efisiensi
pakan, sedangkan faktor eksternal berupa kualitas air, pakan, persaingan, pemangsaan serta penyakit dan parasit Sikong, 1982.
Tabel 2. Pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan benih ikan gurami Osphronemus gouramy Lac. berbagai ukuran yang dipelihara dalam
akuarium dengan padat penebaran yang berbeda.
Padat Tebar ekorL
Ukuran mg
Pertumbuhan ghari
Kelangsungan Hidup
Efisiensi Pakan
Sumber 2,5 0,0081
93,5 12,51
5 0,0075 95,5
10,59 7,5 0,0049
94,3 8,76
10 13
0,0038 94,4 9,77 Sarah, 2002
6 0,0790 85,49
27,03 8 0,0680
83,31 27,49
10 100
0,0650 67,55 26,52 Bugri, 2006
10 0,0670 96,10
59,13 15 0,0572
89,14 39,10
20 230
0,0493 84,10 22,18 Darmawangsa, 2008
Kepadatan ikan dalam kolam dapat mempengaruhi pertumbuhan, karena ketika kepadatan ikan relatif rendah dan populasi pakan alami mencakupi maka
pertumbuhan ikan berada dalam keadaan maksimal Hepher and Pruginin, 1981. Peningkatan padat penebaran sampai batas tertentu dalam suatu wadah
pemeliharaan ketika melewati batas tertentu akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku yang pada akhirnya menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan
hidup Wedemeyer, 1996. Padat penebaran erat sekali hubungannya dengan produksi dan pertumbuhan ikan Hickling, 1971.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ukuran panjang, bobot dan volume dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya pertumbuhan juga mengandung
arti perbanyakan sel dan bertambahnya ukuran sel tubuh Effendie, 1997. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi yang tersisa setelah digunakan
untuk metabolisme, gerak dan pemeliharaan tubuh. Kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan pada saat panen
dibandingkan dengan jumlah ikan saat tebar Effendie, 1997. Tingkat kelangsungan hidup ikan gurami masih rendah terutama pada tahap pendederan.
Pemeliharaan pada wadah yang terkontrol dapat mengurangi angka kematian, baik yang disebabkan oleh penyakit, pemangsa atau hilang.
Menurut Akhmad 1988, padat penebaran yang tinggi dapat menyebabkan kelangsungan hidup rendah. Stickney 1979 menyatakan bahwa selain
mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup, organisme yang dipelihara pada padat penebaran tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelimpahan
parasit dan penyakit. Pada pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi intensifikasi, kondisi
lingkungan yang berubah antara lain menurunnya konsentrasi oksigen terlarut di air dan meningkatkan limbah metabolisme, khususnya ammonia Hepher and
Pruginin, 1981. Akibat secara langsung adalah menyebabkan kematian dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan, sehingga kedua
faktor tersebut dianggap sebagai faktor pembatas budidaya ikan. Berkurangnya konsentrasi oksigen di air dapat menurunkan tingkat konsumsi pakan ikan, karena
oksigen sangat dibutuhkan untuk sumber energi bagi jaringan tubuh, aktivitas pergerakan dan aktivitas pengolahan makanan Zonneveld et al., 1991.
Hepher dan Pruginin 1981 menyatakan bahwa peningkatan padat penebaran ikan tanpa disertai peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan
kualitas air terkontrol akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ikan critical standing crop
dan jika sampai batas tertentu carrying capacity maka pertumbuhan akan berhenti. Peningkatan hasil melalui peningkatan padat
penebaran hanya dapat dilakukan dengan pengelolaan pakan dan lingkungan Hepher dan Pruginin, 1981.
Perbedaan efisiensi pakan disebabkan oleh adanya stres sehingga menurunkan keagresifan ikan Bardach et al., 1972. Stres meningkat cepat
apabila batas daya tahan tubuh ikan sudah tercapai atau terlewati. Dampak stres ini mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan selanjutnya terjadi
kematian. Kondisi ikan yang tidak agresif dan tidak berdaya, disertai dengan kurangnya oksigen akan mengurangi penggunaan energi tubuh. Hal ini
mengakibatkan pertumbuhan tubuh akan menurun karena sebagian energi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan beralih untuk pemeliharaan tubuh.
2.3 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Fisika, Kimia dan Biologi Air