Dasar hukum kewarisan menurut kitab undang-undang hukum perdata

berkata : bersabda Rosulallah SAW bersabda: bagikanlah harta warisan kepada ahli waris Ashabul Furudh sesuai dengan ketetapan kitabullah, sisanya kepada keluarga laki-laki yang terdekat Ashabah . 55 Riwayat Muslim 5 2. Hadits riwayat muslim : 4ﺏ 4 U8= 123ﺡ VWﺱ 2 J= 7X 29ﺡ 4ﺏ K6 P 3 123ﺡ ? 7F 2 4ﺏ 4 G8ﺏD 4 7F H 26ﺱ G86 G26 K26 G26 Jﺱ ? WYﺏ 9 Z6=Pﺏ JY D [JZ 7 M 7NO K 6; S , Telah menceritakan kepada kami Abdul A’la bin Hamid dan dia dari bangsa \Narsiy\ telah bercerita pula kepada kami Wuhaib dari ibnu thowus dari bapaknya, dari ibnu abbas r.a berkata, Rosulallah SAW bersabda : Bagikanlah harta warisan kepada ahli waris yang berhak, dzawil Furudh , Sedang sisanya kepada keluarga laki-laki yang terdekat Ashabah . Riwayat Muslim 56

c. Ijma dan Ijtihad

Ijma dan Ijtihad para sahabat, imam-imam mazhab dan mujtahid-mujtahid kenamaan mempunyai peranan yang tidak kecil terhadap pemecah-pemecah masalah waris yang belum dijelaskan oleh nash-nash yang sharih seperti pembagian muqasamah bagi sama dalam masalah Al Jaddu wal-ikhwah kakek bersama dengan saudara-saudara kemudian masalah wasiat wajibah, masalah pengangguran dan penambahan bagian ahli waris auld an rad masalah garawin dan lainnya. 57

2. Dasar hukum kewarisan menurut kitab undang-undang hukum perdata

55 Abi Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairy Al- Naisabury, Shahih Muslim, Bairut- Lebanon : ‘Dar ‘Al-Kitab Al-Arabi Hadits 4143, h. 671. 56 Abi Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairy Al- Naisabury, Shahih Muslim, Bairut- Lebanon : ‘Dar ‘Al-Kitab Al-Arabi Hadits 4143, h. 671. 57 Usman dan Somawinata, Fiqih Mawaris, h. 21 Bahwa cikal bakal kitab undang-undang hukum perdata Burgelijk Wetboek pada mulanya berasal dari bangsa romawi. Sejak lebih kurang 50 sebelum masehi, pada waktu itu seorang Raja Romawi Julius Caesar berkuasa di Eropa barat, hukum romawi sudah diperlakukan disana terutama di Prancis dalam perkembangan selanjutnya telah berkuasa terus menyusun hukum nasionalnya, untuk mencapai kesatuan Hukum Perdata Huku Sipil mereka. Hal ini telah dirintis sejak Raja Lodewijk XV yang membawa code justianus Corpus Jueris Cilivis ke Prancis yang pada waktu itu Corpus Juris Civilis ini. Dianggap sebagai suatu hukum yang paling sempurna. 58 Pada waktu Napoleon Bonaparte kemudian dapat menguasai Romawi, Corpus Juris Civilis ini kemudian diasimilasi dengan hukum Islam yang digodok Napoleon Bonaparte di Mesir dengan bantuan seorang syekh Sayukat Al-Azhar dengan mempergunakan Kitab Fiqih Abdullah Asy-Syargawi 1737-1812, dibantu oleh tim khusus Perancis yang ditunjuk oleh Napoleon Bonaparte, yaitu Portalis Fronchets Biqot de preamencu, maka tidak salah kiranya Hasbullah Bakri mengatakan bahwa Bueelijk Wetboek Kitab Undang-undang hukum perdata barat yang dibawa oleh pemerintah Hindia Belanda ke Indonesia berdasarkan asas Konkordasi itu suatu 58 Usman, Iktisar Hukum Waris, h. 2 penjiplakan dari hukum fiqih Islam yang berdasaran Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW. 59 Perkembangan selanjutnya dalam tahun 1810, Negara Belanda dikuasai oleh Perancis di bawah Napoleon Bonaparte, dan pada tahun 1811 Code Civil Prancis seperti halnya juga Code de Penal dan Code du Commerce Hukum Pidana dan Hukum Dagang Prancis diperlukan pula di negeri Belanda. 60 Berdasarkan asas konkordasi akhirnya diberlakukan pula di Indonesia. 61 Meresmikan diberlakukannya di Hindia Belanda Indonesia itu dikeluarkanlah pengumuman Pemerintah Hindia Belanda tanggal 30 April 1847, Nomor 23 yang baru mulai berlaku pada tanggal 1 mei 1848. 62 Adapun kitab Undang-undang hukum Perdata Burgelijk Wetboek, terutama pasal 528, tentang hak mewarisi diidentikkan dengan hak kebendaan, sedangkan ketentuan dari pasal 584 KUHPdt, menyangkut hak waris sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak kebendaan. 63 Oleh karenanya ditempatkan dalam buku ke 59 Hasbullah Bakri dalam Idris Ramulyo. Perbandingan Umum Kewarisan Islam di peradilan agama dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata di peradilan negeri , Jakarta : Pedoman Ilmu, 1992, h. 157-158 60 M. Idris Ramulyo. Beberapa Masalah Pelakanaan Hukum Kewarisan Perdata Barat, Jakarta, Sinar Grafika, 1996, cet. Kedua, h. 11 61 Ibid 62 Ibid 63 Usman. Ikhtisar Hukum Waris , h. 13 IIKUHPdt tentang benda 64 . Jadi keseluruhan pokok dasar hukum kewarisan perdata ini tercantum dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berupa pasal-pasal. Menurut statsblad 1952 Nomor 415 jo 447 yang telah diubah, ditambah dan sebagainya terakhir dengan S.1929 No.221 pasal 131 jo. Pasal 163, hukum kewarisan yang diatur dalam KUHPdt tersebut diberlakukan bagi orang-orang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan orang-orang Eropa tersebut. 65 Dengan Statsblad 1917 No.129 jo. Staatsblad 1928 No.557 hukum kewarisan dalam KUHPdt diberlakukan bagi orang-orang timur asing Tionghoa, dan berdasarkan Staatsblad 1917 No.12 menundukkan diri terhadap Hukum Eropa, maka bagi orang-orang Indonesia mungkin pula menggunakan hukum kewarisan yang terutang dalam KUHPdt dengan demikian maka KUHPdt Burgelijk Wetboek diberlakukan kepada : 1. Orang-orang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan orang Eropa misalnya Inggris, Perancis, Amerika dan termasuk orang-orang Jepang. 2. Orang-orang timur Asia Tionghoa. 3. Orang-orang timur asia lainnya, orang-orang pribumi menundukkan diri. 66 Menurut KUHPdt pasat 874, ada dua cara untuk mendapatkan warisan, yaitu: 1. Ahli waris menurut ketentuan Undang-undang; dan 2. Karena ditunjuk dalam surat wasiat testasmen. 64 Ibid., h. 12 65 Ramulyo, Beberapa Masalah Pelaksanaan, h. 30 66 Ibid Cara yang pertama dinamakan mewarisi menurut Undang-undang atau “ab intesatto”. Sedangkan cara yang kedua dinamakan mewarisi secara “testamentair” 67 Adapun dasar atau sumber hukum kewarisan perdata, ini tertuang dalam KUHP perdata pasal 830, 831, 34, 832, 841 dan 842 yang berbunyi: 1. Pasal 830 BW : “pewarisan hanya berlangsung karena kematian”. 2. Pasal 831 BW: “Apabila beberapa orang antara mana yang satu adalah untuk menjadi warisan yang lain, karena satu mala petaka yang sama atau pada suatu hari, telah menemui ajalnya dengan tak dapat diketahui siapakah kiranya yang mati terlebih dahulu, maka dianggaplah mereka telah meninggal dunia pada detik yang sama, dan perpindahan warisan dari yang satu kepada yang lain tidaklah berlangsung karenanya”. 3. Pasal 834 BW: “Apabila seorang tampil sebagai ahli waris, mereka berhak menuntut supaya segala apa saja yang termasuk harta peninggalan si peninggal diserahkan kepadanya berdasarkan haknya sebagai ahli waris. Hak penuntut ini menyerupai hak penuntutan seseorang pemilik suatu benda, dan menurut maksudnya penuntutan itu ditunjukkan kepada orang yang menguasai satu benda warisan dengan maksud memilikinya”. 4. Pasal 832 BW : 67 Ibid ., h. 31 “Menurut Undang-undang yang berhak menjadi ahli waris ialah, para keluarga sedarah baik sah, maupun luar kawin dan si suami atai isteri yang hidup terlama, semua menurut peraturan-peraturan tertera di bawah ini: Dalam hal, bilamana baik keluarga sedarah, maupun si yang hidup terlama diantara suami-isteri, tidak ada, maka segala harta peninggalan si yang meninggal, menjadi milik Negara, yang mana berwajib akan melunasi hutangnya, sekedar harga harta peninggalan mencukupi untuk itu.”Pasal 841 BW : “Pergantian memberi hak kepada seorang yang mengganti, untuk bertindak sebagai pengganti, dalam derajat dan segala hak orang yang diganti”. 5. Pasal 842 BW : “Pergantian dalam garis lurus ke bawah yang sah, berlangsung terus dengan tiada akhirnya”. Dalam segala hal, pergantian seperti di atas selamanya diperbolehkan, baik dalam. Hal bilamana beebrapa anak dari yang meninggal mewarisi bersama-sama dengan keturunan seorang anak yang telah meninggal lebih dahulu, maupun sekalian keturunan mereka mewarisi bersama-sama lain dalam pertalian keluarga yang berbeda-beda derajatnya. 68

B. Sebab-sebab Mewaris Menurut Hukum` Islam Dan Kitab Undang-Undang