1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Kantor Akuntan Publik KAP di Indonesia saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas
sumber daya manusia. Sumber daya manusia apabila dapat didayagunakan secara efektif dan efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya
going concern KAP. Agar di masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal diperlukan pendidikan yang berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas
sosial, lapangan pekerjaan yang memadai. Kelemahan dalam penyediaan berbagai fasilitas tersebut akan menyebabkan keresahan sosial yang akan
berdampak kepada keamanan masyarakat. Saat ini kemampuan sumber daya manusia masih rendah baik dari kemampuan intelektualnya maupun
keterampilan teknis yang dimilikinya Koesmono, 2005:2. Tata kelola sumber daya manusia yang baik sangat dibutuhkan dalam
mewujudkan iklim tata kelola perusahaan yang baik pada KAP, terutama pada aspek pengembangan sumber daya manusia hendaknya dirancang dengan
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan riil dari tata kelola perusahaan yang baik. Pengembangan sumber daya manusia yang relevan diantaranya
mencakup menciptakan lingkungan kerja kondusif dan menjaga komitmen yang selaras dengan tujuan organisasi sehingga memberikan kepuasan kerja
kepada auditor Fathonah dan Utami, 2008:2.
2
Banyaknya kasus pengunduran diri yang dilakukan oleh akuntan publik table 1.1 dan table 1.2 mengindikasikan bahwa kepuasan kerja
akuntan publik masih sangat rendah.
Tabel 1.1 Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi Pembekuan Izin pada Tahun
2010 No
Akuntan Publik
No.Sanksi Tanggal
Sanksi Alasan Beku
1 Drs.Laudin
Purba 126KM.11996
22 Feb 2010
Belum memenuhi SA-SPAP
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Tabel 1.2 Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi Pencabutan Izin pada Tahun
2010
No Akuntan Publik
No.Sanksi Tanggal
Sanksi Alasan Cabut
1 Sutrisno
2KM.12010 5 Jan 2010
6 bulan tanpa KAP 2
Dr. Hanniel H. Hadikusumo
23KM.12010 15 Jan 2010
6 bulan tanpa KAP 3
Drs. Budi Sunasto 57KM.12010
28 Jan 2010 atas permintaan ybs 4
Drs. Paul Capelle 55KM.12010
25-Jan-10 atas permintaan ybs
5 Drs. Kusnanto
124KM.12010 19-Feb-10
atas permintaan ybs 6
Datusi Kustiman, Ak., M.M.
170KM.12010 10-Mar-10
atas permintaan ybs 7
Drs. H. R. Wahono Soemitro
139KM.12010 01-Mar-10
atas permintaan ybs 8
Dra. Lies Ganidiputra
382KM.12010 24-Mei-10
atas permintaan ybs 9
Drs. Jusuf Halim 818KM.12010
16-Agust-10 atas permintaan ybs 10 Drs. Soejono
Prawirodarmodjo 848KM.12010
23-Agust-10 atas permintaan ybs 11 Drs. Achmad
Wahjudi 807KM.12010
05-Agust-10 atas permintaan ybs 12 Drs. Achmad
Mamun Jogasara 870KM.12010
27-Agust-10 atas permintaan ybs 13 Drs. Mamun
Dawud 965KM.12010
12-Okt-10 atas permintaan ybs
14 Drs. Kuswandi 901KM.12010
07-Sep-10 atas permintaan ybs
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia
3
Kepuasan kerja yang dirasakan oleh auditor terhadap pekerjaannya dapat dipengaruhi oleh 2 dimensi komitmen yaitu komitmen organisasional dan
komitmen profesional, apabila komitmen organisasional auditor ditingkatkan, maka akan menyebabkan naiknya motivasi auditor. Dengan adanya komitmen
organisasi pada diri auditor, akan menimbulkan suatu dorongan dari dalam dirinya untuk bekerja sebaik-baiknya pada KAP dimana dia bernaung
sehingga diharapkan tujuan organisasi dapat tercapai Tranggono dan Kartika, 2008:88.
Lebih lanjut, Tranggono dan Kartika 2008:88 menyatakan bahwa jika komitmen profesional auditor ditingkatkan, maka akan meningkatkan
kepuasan kerja auditor. Apabila seorang auditor mempunyai kepercayaan dan penerimaan terhadap nilai-nilai profesi auditor, berusaha secara sungguh-
sungguh demi kepentingan profesinya dan memelihara keanggotaan sebagai seorang auditor, maka akan berpengaruh pada semakin besarnya kepuasan
kerja auditor tersebut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja auditor adalah
motivasi kerja. Motivasi kerja yang tinggi dari seorang auditor dapat membangkitkan semangat kerja auditor untuk melaksanakan seluruh
kewajibannya dengan lebih baik dan akan mebuat auditor tersebut berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik sehingga
seorang auditor yang memiliki motivasi yang tinggi akan memiliki kepuasan kerja lebih tinggi Sarita dan Agustia, 2010: 15.
4
Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor adalah konflik peran, Konflik peran merupakan suatu gejala psikologis yang
dialami oleh anggota organisasi yang dapat menimbulkan potensial dapat menurunkan motivasi kerja. Pengaruh konflik peran tidak hanya dapat
menimbulkan konsekuensi emosional individu tetapi juga dapat menurunkan kepuasan kerja, hal tesebut terlihat dari adanya perintah yang berbeda yang
diterima secara bersama-sama dan pelaksanaan salah satu dari perintah saja akan mengakibatkan terabaikannya perintah yang lain.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena hasil kerja auditor masih menjadi sorotan karena
banyaknya skandal akuntansi dan pelanggaran SASPAP oleh akuntan publik. Berbagai penelitian sebelumnya juga belum menunjukkan hasil yang
konsisten mengenai komitmen organisasional, komitmen professional dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja auditor.Selain itu, masih sedikit
penelitian yang mengaitkan antara konflik peran dengan kepuasan kerja auditor. Maka skripsi ini diberi judul:
“Pengaruh Komitmen Organisasional, Komitmen Profesional, Motivasi Kerja dan Konflik Peran terhadap
Kepuasan Kerja Auditor Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di daerah DKI JAKARTA
”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu yang dilakukan oleh Pardi dan Nulayli 2007. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah:
5
1. Adanya penambahan satu variabel independen berupa variabel konflik peran.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan sampel auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Surakarta dan Semarang.
3. Periode penelitian ini dilakukan pada tahun 2013, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2007.
B. Perumusan Masalah