Penetapan kadar abu total Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam Penetapan karagenan secara spektrofotometri FTIR

26

3.6.2 Penetapan viskositas

Alat yang digunakan adalah Viskometer Ostwald. Cara: Karagenan dilarutkan dengan konsentrasi 1,5 kemudian tabung diisi dengan sejumlah tertentu cairan atur suhu 75 o C diatur miniskus cairan dalam tabung kapiler hingga garis batas atas dengan bantuan pengisapan. Buka tabung kapiler agar cairan dapat mengalir turun. Catat waktu dalam detik yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas hingga batas bawah dalam tabung kapiler Ditjen POM, 1995. Hasil perhitungan penetapan viskositas dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 48.

3.6.3 Penetapan susut pengeringan

Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap dari suatu zat. Sebanyak 1 g serbuk kering ditimbang seksama dalam cawan dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 o C selama 30 menit. Zat diratakan dalam cawan hingga merupakan lapisan setebal 5-10 mm, dimasukkan kedalam ruang pengering, dibuka tutupnya, dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Susut pengeringan dihitung terhadap bahan awal Depkes, 1978. Hasil perhitungan penetapan susut pengeringan dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 49.

3.6.4 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600 o C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai Universitas Sumatera Utara 27 diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, 1978. Hasil perhitungan penetapan kadar abu total dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 50.

3.6.5 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, 1978. Hasil perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 51.

3.6.6 Penetapan karagenan secara spektrofotometri FTIR

Serbuk karagenan dicampur dengan KBr kemudian ditekan hingga diperoleh pelet, kemudian dimasukkan ke dalam alat spektrofotometri FTIR, diukur serapannya pada frekuensi 4000-400 cm -1 . Hasil penetapan karakteristik karagenan dengan spektrofotometri FTIR dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 52. Universitas Sumatera Utara 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI pada rumput laut yang diteliti Kappaphycus alvarezii Doty divisi Rhodophyta, kelas Rhodophyceae, bangsa Gigartinales, suku Solieriaceae, marga Kappaphycus, jenis Kappaphycus alvarezii Doty.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia

Pada pemeriksaan makroskopik diperoleh bentuk talus silindris dengan permukaan licin, berwarna merah kecoklatan karena bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada talus seperti: merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Keadaan warna tidak selalu dapat digunakan dalam menentukan kelasnya. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan yang berubah. Kejadian ini merupakan proses modifikasi yaitu perubahan bentuk dan sifat luar fenotipe yang tidak kekal sebagai pengaruh lingkungan antara lain iklim dan oseanografi yang relatif cukup besar. Mempunyai tipe percabangan dichotomous. Ditumbuhi nodulus tonjolan-tonjolan dan duri Aslan, 1998. Hasil pemeriksaan mikroskopis serbuk simplisia alga merah Kappaphycus alvarezii Doty terlihat adanya sel-sel parenkim berbentuk poligonal tidak beraturan, yang berisi pigmen berwarna merah dan terdapat Universitas Sumatera Utara