BAB III GAMBARAN SINGKAT TAREKAT QADIRIYAH NAQSABANDIYAH
DI CIOMAS
A. Sejarah Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah TQN merupakan perpaduan dari dua tarekat besar, yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah. TQN
didirikan oleh Syeikh Ahmad Khatib Ibn Abd. Ghaffar Al-Sambasi Al-Jawi w. 1878 M
55
. Beliau adalah seorang ulama besar dari Indonesia yang tinggal sampai akhir hayatnya di Mekkah.
56
Beliau berangkat ke Mekkah pada usia 19 tahun untuk belajar keilmuan Islam termasuk tasawuf. Lama di sana menjadikan posisi beliau
semakin diperhitungkan oleh teman-temannya, bahkan beliau menjadi Imam Besar Masjidil Haram serta menjadi tokoh yang berpengaruh di seluruh
Indonesia.
57
Beliau belajar pada banyak guru diantara adalah Syeikh Daud bin Abdullah bin Idris al-Fatani, Syeikh Syamsuddin, Syeikh Muhammad
Arsyad Al-Banjari, Syeikh Abdullah al-Shomad al-Palimbani, Syeikh Abdul al-Hafidz Ajami, Syeikh Muhammad Shalih Rays, Syeikh Umar bin
Abdul al-Karim bin Abdul al-Rasul al-Attar Syeikh Rays dan Syeikh al- Attar merupakan mufti Syafi’i yang juga pernah menjadi guru sahabatnya
semasa di Mekkah yaitu Muhammad bin Ali al-Sanusi pendiri Tarekat Sanusiyah dan Muhammad Utsman al-Mirghani pendiri Tarekat
Khatimiyah. Beliau juga rajin mengikuti ceramah Syeikh Bisri al-Jabati, seorang mufti Maliki, Sayyid Ahmad al-Marzuki, seorang mufti Hanafi,
55
“Pengertian Tasawuf,” http:www.suryalaya.org
56
Sri Mulyati, et al., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia Jakarta: Prenada Media, 2005, h. 253
57
ibid
Sayyid Abdullah bin Muhammad al-Mirghani, dan Utsman bin Hasan al- Dimyati.
58
Melihat latar belakang guru-guru beliau kita dapat mengetahui bahwa
Syeikh Ahmad Khatib belajar kepada guru tiga dari empat madzhab fiqih terkemuka
59
. Syeikh Ahmad Khatib akrab dikenal sebagai pengarang kitab Fath al-
Arifin , dan berhasil mencapai tingkat yang tertinggi saat berguru pada Syeikh
Syamsuddin sehingga beliau diberi gelar sebagai mursyid kamil mukammil
60
. Syeikh Ahmad Khatib merupakan mursyid Tarekat Qadiriyah, di
samping juga mursyid dalam Tarekat Naqsabandiyah. Beliau meramu kedua tarekat tersebut dan mengamalkan kedua jenis dzikir yaitu dzikir jahar
Qadiriyah dan dzikir khafi Naqsabandiyah dan mengajarkannya dalam satu kesatuan.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti dari sanad mana beliau menerima “hirqah shufiyah” dari Tarekat Naqsabandiyah karena beliau hanya
menyebutkan silsilah tarekatnya dari sanad Tarekat Qadiriyah saja.
61
Kemungkinan beliau mendapat baiat dari Tarekat Naqsabandiyah karena saat beliau di Mekkah, ajaran Tarekat Naqsabandiyah memang tersebar dengan
nyata di Mekkah dan Madinah. Tarekat Qadiriyah didirikan oleh Syeikh Abdul Qadir Jailani bin Abu
Shalih bin Jamidust 1077-1167. Abdul Qadir yang bermadzhab Hambali sejak kecil pergi ke Baghdad untuk belajar Hadits dan Fiqih kepada Abu Sa’ad
58
ibid
59
ibid, h. 254-255
60
ibid, h. 253-255
61
“Pengertian tasawuf,” http:www.suryalaya.org
al-Mubarok al-Mukharrami, Syeikh Ahmad Abu al-Khair al-Dabbas dan beberapa guru lain tanpa melepaskan ke-Hambaliannya.
62
Sepulang dari pengembaraannya di Irak, beliau sedikit demi sedikit mulai melakukan ceramah-ceramah pada acara-acara publik dan semakin lama
semakin dikenal sebagai sufi besar yang alim dan zahid, serta banyak karamah
-nya seperti yang dapat kita baca dalam kitab Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani
yang berisi riwayat hidup dan kesalehannya.
63
Sepeninggal beliau, kegiatan-kegiatan kesufiannya dilanjutkan secara turun temurun mulai oleh putranya Abdul al-Wahhab 1157-1196 M,
putranya yang lain Abdul al-Salam 1213 M, putranya juga Abdul al-Razzaq 1134-1206 M, kemudian oleh cucunya Syamsuddin.
64
H.A.R. Gibb mengatakan bahwa Syeikh Abdul Qadir mempunyai ribath
tempat melakukan suluk dan latihan-latihan spiritual di Baghdad. Ribath Qadiriyah
yang lain sudah berdiri di Mekkah pada masa Syeikh Abdul Al-Qadi.
65
Semasa hidupnya, Syeikh Abdul Qadir banyak mengeluarkan karya- karya diantaranya al-Ghunyah li Talibi Tariq al-Haqq fi al-Akhlaq wa al-
Tashawwuf wa al-Dab al-Islamiyyah, Futuh al-Ghayb, al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani,
bahkan ada kitab yang dibuat untuk beliau yaitu al- Fuyudhat al-Rabbaniyyah fi al-Ma’atsir wa al-Awrad al-Qadiriyyah.
66
Tarekat Qadiriyah tidak dinamai oleh Syeikh Abdul Qadir Jailani, namun oleh murid sekaligus mursyid di bawahnya yaitu Syeikh Abdul Aziz.
62
Mulyati, Mengenal dan Memahami, h. 256
63
ibid
64
ibid
65
ibid
66
ibid, h. 256-257
Tarekat ini dikenal dengan metode dzikir yang disebut dzikir jahar diucapkan dengan suara keras.
Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad bin Bahauddin al- Uwaisi al-Bukhari 717-7911318-1389 dari Bukhara dulu bagian dari Uni
Sovyet. Naqsabandi berasal dari kata “Naksyaband” yang berarti lukisan, atau penjagaan bentuk kebahagiaan hati. Tarekat ini diberi nama
Naqsabandiyah karena Syeikh Bahauddin dalam memberikan lukisan kehidupan gaib.
67
Syeikh Bahauddin belajar tarekat dan ilmu adab pada Amir Sayyid Kulal al-Bukhari w. 7721371, namun dalam segi kerohanian, beliau belajar
pada Abd al-Khaliq al-Ghujdawani w. 6171220
68
. Beliau juga pernah belajar tasawuf kepada Muhammad Baba al-Sammasi w. 7401340 di al-
Sammas, Bukhara, pada usia delapan belas tahun.
69
Orang yang dianggap sebagai pendiri pertama tarekat Naqsabandiyah adalah Abdul. Khaliq al-Ghujdawani. Beliau bersama Khwajagan para tuan
guru tinggal di Asia Tengah dan mengajarkan dzikir khafi zikir dalam hati kepada Syeikh Bahauddin sebagai dzikir khas Tarekat Naqsyabandiyah.
70
Syeikh Ahmad Khatib tidak serta merta menggabungkan ajaran dua tarekat besar di atas. Beliau menganggap bahwa kedua tarekat tersebut
memiliki kesamaan
pandangan mengenai
tasawuf yang
tidak mengesampingkan syariat serta menentang faham wihdah al-Wujud,
sehingga jenis dan metode dzikirnya dapat saling melengkapi. Tarekat Qadiriyah mengajarkan dzikir Jahr Nafi Itsbat, sedangkan Tarekat
Naqsabandiyah mengajarkan dzikir Sirri Ism Dzat. Penggabungan ini juga membuat metode murakkabah menjadi lebih efektif dan efisien sehingga
diharapkan para muridnya dapat mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi.
71
67
ibid, h. 257
68
ibid
69
ibid
70
ibid
71
“Pengertian Tasawuf,” http:www.suryalaya.org
Syeikh Ahmad Khatib menyebutkan dalam kitabnya Fath al-Arifin, bahwa TQN sebenarnya tidak hanya menggabungkan Tarekat Qadiriyah dan
Tarekat Naqsabandiyah saja namun merupakan modifikasi dari lima tarekat, yaitu Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Anfasiyah, Tarekat
Junaidiyah, dan Tarekat Muwaffaqah Samaniyah.
72
Dominannya ajaran Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah menyebabkan nama tarekat ini dinamai Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah.
Tidak seperti tarekat lainnya, meskipun secara ajaran dan ritual TQN mempunyai khas tersendiri, namun Syeikh Ahmad Khatib tidak menamai
tarekat ini dengan Tarekat Khatibiyah atau Sambasiyah. Nama besar Syeikh Abdul Qadir Jailani dan Syeikh Bahauddin an-
Naqsabandi begitu beliau kagumi dan hormati sehingga karena tarekat ini merupakan modifikasi dari karya kedua tokoh tersebut, maka salah satu ijtihad
Syeikh Ahmad Khatib yaitu tetap menjadikan nama Qadiriyah dan Naqsabandiyah nama tarekatnya.
73
Sebagai sebuah tarekat mu’tabarah, TQN didasari oleh Al-Qur’an, Al- Hadits, serta sumber-sumber terpercaya lainnya sehingga ajaran yang
disampaikan diyakini kebenarannya. Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu tentang kesempurnaan suluk, adab etika, dzikir, dan
murakkabah.
74
Ajaran TQN bersumber pada kitab Fath al-Arifin karangan Syeikh Ahmad Khatib. Isinya mengenai cara-cara membaiat, sepuluh macam
lathifah , dzikir dua tarekat yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat
72
ibid
73
ibid
74
ibid
Naqsabandiyah, tiga syarat sufi yaitu dzikir diam dalam mengingat, selalu merasa diawasi Allah, dan mengabdi pada syeikh, diakhiri dengan dua
puluh macam muraqqabah meditasi, serta ditutup dengan silsilah dan khatam
tarekat Syeikh Abdul Qadir Jailani.
75
Penyebaran TQN dianggap tidak berhasil selain di Asia Tenggara, dan paling sukses di Indonesia. Syeikh Ahmad Khatib dikenal memiliki
banyak wakil, diantaranya Syeikh Abdul Karim di Banten, Syeikh Ahmad Thalhah di Cirebon, Syeikh Ahmad Hasbullah di Madura, Muhammad
Ismail Ibn Aburrahim di Bali, Syeikh Yasin di Kedah Malaysia, Syeikh Haji Ahmad di Lampung, dan Syeikh Muhammad Makruf Ibn Abdullah
Al-Khatib di Palembang. Penyebaran ajaran tarekat ini mulai dilakukan di daerah masing-masing.
76
Syeikh Abdul Karim Banten menyebarkan TQN di Singapura beberapa
tahun sebelum pulang ke Lempuyangan pada tahun 1872 dan dipanggil ke Mekkah tahun 1876 sebagai pimpinan tertinggi TQN di sana.
77
Penyebaran TQN di Sambas Kalimantan Barat tempat asal Syeikh Ahmad Khatib dilakukan oleh dua orang wakilnya yaitu Syeikh Naruddin
dari Filipina, dan Syeikh Muhammad Sa’ad dari Sambas. Namun, penyebaran TQN di luar Jawa dianggap tidak optimal karena di luar Jawa TQN tidak
didukung dengan fasilitas lembaga permanen seperti pondok pesantren.
78
Zamakhsyari Dhofier menyebutkan bahwa pada tahun 70-an terdapat empat pusat utama TQN di Jawa, yaitu di Rejoso, Jombang dibawah pimpinan
Kiai Tamim, di Mranggen pimpinan kiai Muslih, di Suryalaya, Tasikmalaya dibawah pimpinan K.H. Shohibulwafa Tajul ‘Arifin Abah Anom, dan di
Pagentongan, Bogor dipimpin oleh Kiai Thohir Falak.
79
75
Mulyati, Mengenal dan Memahami, h. 258
76
“Pengertian tasawuf,” http:www.suryalaya.org
77
Mulyati, Mengenal dan Memahami, h. 258-259
78
“Pengertian Tasawuf,” http:www.suryalaya.org
79
Mulyati, Mengenal dan Memahami, h. 259
Setelah Syeikh Ahmad Khatib wafat 1878 M, pengembangan TQN dilakukan oleh salah seorang wakilnya yaitu Syeikh Thalhah bin Talabuddin
di kampung Trusmi desa Kalisapu Cirebon. Salah seorang muridnya yang bernama Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad kemudian dikenal sebagai
pendiri Pondok Pesantren Suryalaya.
80
Pada usia 72 tahun, tepatnya tahun 1908 Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad mendapat hirqah Shufiyah pengangkatan secara resmi sebagai
guru dan pengamal TQN dari Syeikh Thalhah bin Talabuddin. Akibatnya Pondok Pesantren Suryalaya sampai sekarang menjadi salah satu pusat dan
menjadi tempat bertanya tentang TQN.
81
Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad lahir di kampung Cicalung, Bojong Bentang, Pager Ageung Tasikmalaya, Jawa Barat pada
tahun 1836. Beliau menempuh pendidikan di Pesantren Suka Miskin di Bandung untuk belajar fiqih dan ilmu Bahasa Arab. Kemudian beliau belajar
tasawuf pada Syeikh Thalhah bin Talabuddin selama 23 tahun.
82
Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad merintis Pondok Pesantren Suryalaya dengan begitu banyak hambatan dan rintangan, mulai
dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari masyarakat sekitar, juga letak geografis yang saat itu sangat menyulitkan.
Pemerintah kolonial Belanda menganggap tarekat sebagai ancaman bagi kekuasaan mereka karena beberapa pemberontakan dilakukan oleh para
pengikut tarekat. “Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah kolonial yang sempat tinggal di Mekkah tahun 1885 dan dekat dengan salah satu syeikh
80
“Pengertian tasawuf,” http:www.suryalaya.org
81
ibid
82
Mulyati, Mengenal dan Memahami, h. 267-268
tarekat Naqsabandiyah Mekkah yaitu Syeikh Muhammad Salih az-Zawawi merubah total pandangan kolonial tentang tarekat. Penasehat kolonial ini
membedakan Islam dengan aspirasi politik umatnya sehingga tidak hanya merubah pola pikir kolonial tentang tarekat.”
83
Akhirnya tepat tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad berhasil mendirikan pesantren bermodalkan
sebuah mesjid yang terletak di Kampung Godebag, desa Tanjungkerta. Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu “Surya” yang artinya
matahari, dan “Laya” yang berarti tempat terbit. Jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti tempat matahari terbit.
84
Dari minimnya fasilitas yang dimiliki pesantren, Syeikh Abdullah bin
Nur Muhammad sempat mengalami kebimbangan. “Namun guru beliau Syeikh Thalhah bin Talabuddin terus memberikan motivasi serta bimbingan
khusus kepadanya, sampai-sampai beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai wujud restu dan dukungannya terhadap perkembangan pesantren.”
85
Motivasi yang diberikan syeikh Thalhah tidak hanya sekedar datang ke Suryalaya,
namun diikat dengan “pernikahan antara putra Syeikh Thalhah, Raden H.K. Munadi dengan putri Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad, H. Sukanah.”
86
Perlahan tapi pasti, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, satu demi satu
fasilitas seperti sarana pendidikan pun semakin bertambah. Kepercayaan yang diberikan masyarakat juga berpengaruh pada jumlah pengikut atau murid yang
semakin banyak. Dalam TQN, murid-murid tersebut biasa disebut ikhwan.
87
83
Turmudi, Perselingkuhan Kiai, h. 72
84
“Pengertian Tasawuf,” http:www.suryalaya.org
85
ibid
86
Mulyati, Mengenal dan Memahami, h. 269
87
“Pengertian tasawuf,” http:www.suryalaya.org
Tidak hanya pengakuan dan simpati yang didapatkan, dukungan serta pengakuan dari berbagai kalanganpun semakin banyak terhimpun, mulai dari
kalangan ulama, tokoh masyarakat, sampai pimpinan daerah semakin menguatkan kepedulian mereka pada pesantren ini. Keberadaan Pondok
Pesantren Suryalaya dan TQN semakin diakui dan dibutuhkan. Karena begitu besarnya respon masyarakat akan keberadaan pesantren
ini, akhirnya demi kelancaran tugas Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad dibantu 9 orang wakil talqin. Tidak lupa beliau meninggalkan wasiat untuk
dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan para ikhwan, yaitu tanbih
88
. Para ikhwan TQN mengenal Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur
Muhammad dengan sebutan “Abah Sepuh”. Karena usia beliau memang sudah tua atau sepuh, yaitu sekitar 116 tahun.
Regenerasi pun terus berlanjut. Sadar akan usia yang sudah semakin tua, Abah Sepuh mulai mencari di antara murid-murid beliau yang paling
menonjol dan memenuhi syarat untuk melanjutkan kepemimpinan pesantran dan TQN. Dari sekian murid yang belajar pada beliau, terlihat satu potensi
yang terlihat melebihi murid-murid lainnya. Murid tersebut adalah KH. Ahmad Shahibulwafa Tajul Arifin yang akhirnya diangkat sebagai wakil
talqin dan sering diberi tugas untuk melaksanakan tugas-tugas keseharian
Abah Sepuh. Karena usia beliau yang cukup muda yaitu sekitar 35 tahun. para ikhwan
tarekat memanggil KH. Ahmad Shahibulwafa Tajul Arifin dengan gelar “Abah Anom” Kyai Muda.
88
ibid
Sepeninggal Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad tahun 1956 120 tahun sebagai mursyid TQN yang berpusat di Pondok Pesantren
Suryalaya, silsilah TQN dilanjutkan oleh Abah Anom sampai sekarang. Semakin besarnya TQN memaksa beliau mempunyai wakil talqin yang
tersebar di 35 wilayah, termasuk Amerika, Singapura dan Malaysia.
89
Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin lahir tanggal 1 Januari 1915 di Suryalaya, Tasikmalaya. Ia anak kelima dari Syekh Abdullah Mubarok bin
Nur Muhammad, atau Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya.
90
Abah Anom memasuki bangku sekolah dasar Vervooleg school di Ciamis, pada usia 8 tahun. Lima tahun kemudian ia melanjutkan ke
Madrasah Tsanawiyah di kota yang sama. Usai Tsanawiyah, barulah ia belajar ilmu agama Islam, secara lebih khusus di berbagai pesantren. Ia
keluar masuk berbagai macam pesantren yang ada di sekitar Jawa Barat seperti, Pesantren Cicariang dan Pesantren Jambudwipa di Cianjur untuk
ilmu-ilmu alat dan ushuluddin. Sedangkan di Pesantren Cireungas, ia juga belajar ilmu silat. Minatnya untuk belajar silat diperdalam ke Pesantren
Citengah yang dipimpin oleh Haji Djunaedi.
91
Kegemarannya menuntut ilmu, menyebabkan Abah Anom menguasai
berbagai macam ilmu keIslaman pada usia relatif muda 18 tahun. Didukung dengan ketertarikannya pada dunia pesantren, telah mendorong ayahnya untuk
mengajarinya dzikir TQN. Sehingga ia menjadi wakil talqin ayahnya pada usia relatif muda.
92
Abah Anom resmi menjadi mursyid TQN di Pondok Pesantren Suryalaya sejak tahun 1950. Sebuah masa yang rawan dengan berbagai
89
ibid
90
Hidayatullah, “Abah Anom Suryalaya; Pendiri Pesantren Inabah Suryalaya,” artikel diakses tanggal 28 Februari 2007 dari http:muslimdelft.nl
91
ibid
92
ibid
kekerasan bersenjata antar berbagai kelompok yang ada di masyarakat, terutama antara DITII melawan TNI.
93
Pemahaman Abah Anom tentang tasawuf semakin membuktikan bahwa TQN adalah tarekat mu’tabarah, menurutnya TQN bukanlah seperti
kebanyakan tarekat yang cenderung mengabaikan syari’ah. Menurutnya, tarekat tidak boleh meninggalkan ilmu syari’ah atau ilmu fiqih. Bahkan,
menurutnya lagi, ilmu syari’ah adalah jalan menuju ma’rifat. Karena itulah ia bukan sosok sufi yang berkontemplasi ke goa-goa, hutan atau gunung dan
mengabaikan kehidupan dunia. Rasulullah benar-benar menjadi contoh baginya bahwa zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, seperti yang pernah
beliau katakan bahwa “zuhud adalah qasr al-’amal artinya, pendek angan- angan, tidak banyak mengkhayal dan bersikap realistis. Jadi zuhud bukan
berarti makan ala kadarnya dan berpakaian compang camping.”
94
Jadi, menurut beliau seorang yang zuhud adalah orang yang mampu mengendalikan harta kekayaannya untuk menjadi pelayannya, sedangkan ia
sendiri dapat berkhidmat kepada Allah SWT semata. Atau seperti dikatakan Syekh Abdul Qadir Jailani yaitu “dudukkanlah dirimu bersama kehidupan
duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu.”
95
Sama seperti ayahnya, Abah Anom juga banyak mengalami masalah pada awal kepemimpinannya sebagai kepala pesantren dan TQN di Suryalaya.
Kendala skala besar yang dihadapi diantaranya adalah pemberontakan Darul IslamTentara Islam Indonesia DITII pimpinan Kartosuwiryo. Pada
93
ibid
94
ibid
95
ibid
masa itu Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, terhitung lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan DITII.
96
Begitu juga pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah Anom bersama Brigadir Jenderal Akil bahu-membahu memulihkan keamanan dan
ketertiban di wilayahnya. Bahkan tidak hanya sampai di situ, Abah Anom membuat program “rehabilitasi ruhani” bagi para mantan PKI untuk kembali
ke jalan yang benar menurut ajaran agama Islam dan negara. Program rehabilitasi ini dikenal dengan nama Inabah yang diambil dari bahasa Arab
“anaba-yunibu” yang artinya mengembalikan. Kata Inabah juga digunakan dalam beberapa ayat suci Al-Quran antara lain pada Q.S. Luqman ayat ke-15
yaitu :
3 kl
E m
89: kl nFo
8 p
qrf 1
st 6
uUA v
U .E F5F:
.E,Lt i3
8 3
c- jU
F V 1[:
3 vo
L W
Tw c
x89y 7
d F x89y
, F m, BLx
tz c{| U .
6 J\
F . F :
=+
Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
Selain itu, kata Inabah juga terdapat pada Q.S. As-Syuraa ayat ke-10 yaitu :
3 } ~_9 4 T
tfU •
€ _•t. U
89y €Z
7
C Z
8 9p3-
t 9
96
“Pengertian Tasawuf,” http:www.suryalaya.org
B‚UNƒ3 :
t 3
5fc{ =+Q
Artinya: Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya
terserah kepada Allah. yang mempunyai sifat-sifat demikian Itulah Allah Tuhanku. kepada-Nya lah Aku bertawakkal dan
kepada-Nyalah Aku kembali.
Dari beberapa ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata Inabah artinya proses kembalinya seseorang dari jalan yang sesat kepada jalan yang
mendekati Allah. Kaitannya dengan TQN, Abah Anom juga mengembangkan penggunaan nama Inabah sebagai program rehabilitasi pecandu narkotika.
Metode yang digunakanpun berdasar pada apa yang telah tercantum dalam Al- Quran, Hadits dan ijtihad ulama yaitu :
1. Mandi Seperti yang kita ketahui, air dapat memulihkan kesadaran orang-
orang yang mabuk. Selain itu, mandi dan wudlu dapat mensucikan tubuh dan jiwa agar siap “kembali” kepada Allah.
2. Shalat Setelah melaksanakan mandi dan wudlu, orang-orang binaan
Inabah dituntun untuk melaksanakan shalat fardlu dan sunnah sesuai metode yang telah terkurikulumkan di Inabah. Kurikulum ini dibuat Abah
Anom sesuai ajaran Islam. Shalat adalah salah satu bentuk dzikir. Para pasien itu belum dapat shalat karena masih dalam keadaan mabuk
sukara, karena itu langkah awalnya adalah menyadarkan mereka dari keadaan mabuk dengan mandi junub. Apalagi sifat pemabuk adalah
ghadab pemarah, yang merupakan perbuatan syaithan yang terbuat dari
api. Obatnya tiada lain adalah air.
3. Talqin Dzikir Orang-orang yang telah pulih kesadarannya diajarkan dzikir
melalui talqin dzikir. Talqin dzikir adalah pembelajaran dzikir pada qolbu. Dzikir tidak cukup diajarkan dengan mulut untuk ditirukan dengan mulut,
melainkan harus dipancarkan dari qolbu untuk dihujamkan ke dalam qolbu yang ditalqin. Yang dapat melakukan talqin dzikir hanyalah orang-orang
yang qolbunya sehat bersih dari syirik dan kuat berisi cahaya Ilahi.
4. Pembinaan Orang-orang yang dibina ditempatkan pada Pondok Inabah guna
mengikuti program Inabah sepanjang 24 jam. Kurikulum pembinaan ditetapkan oleh Abah Anom mencakup mandi, wudlu, shalat, dzikir, serta
ibadah lainnya seperti membaca Al-Quran, berdo’a, tata cara ibadah, ceramah agama, dan olah raga. Hasilnya akan menjadi bahan evaluasi
yang dberikan berupa wawancara atau penyuluhan dari ustadz Inabah.
Metode di atas sampai kini tetap digunakan Abah Anom untuk mengobati para pasiennya dari yang paling ringan sampai yang paling berat,
dan cukup berhasil. Buktinya, cabang Inabah tidak hanya di Indonesia, di Singapura langsung berdiri sebuah cabang, serta Malaysia dua buah cabang.
Belum lagi tamu-tamu yang mengalir dari berbagai benua seperti Afrika, Eropa dan Amerika.
Atas keberhasilan metode Inabah tersebut, Abah Anom mendapatkan penghargaan “Distinguished Service Award” dari IFNGO on Drugs Abuse,
serta dari pemerintah atas jasanya dalam merehabilitasi korban narkoba dan kenakalan remaja.
97
Tidak heran, jika Abah Anom juga mendapat berbagai penghargaan dari Jawatan Rohani Islam Kodam VI Siliwangi, Gubernur Jawa Barat dan
instansi lainnya.
98
Penghargaan yang pernah didapat Abah Anom lainnya antara lain Satya Lencana Kebhaktian Sosial dan Kalpataru.
Sekitar tahun 1950-1960 Indonesia sedang mengalami permasalahan yang sangat berat yaitu terpuruknya ekonomi paska penjajahan Belanda.
Abah Anom sebagai seorang sufi yang mengimplementasikan Kesalehan Sosial mencoba mempelopori gerakan pemberdayaan ekonomi umat.
Karena Jawa Barat merupakan daerah agraris, maka Abah Anom aktif membangun irigasi untuk mengatur perairan bagi pertanian penduduk,
juga pembangunan kincir angin untuk pembangkit tenaga listrik, bahkan Abah Anom merancang semacam program swasembada beras di kalangan
masyarakat Jawa Barat untuk mengantisipasi krisis pangan. Aktivitas ini telah menarik perhatian Menteri Kesejahteraan Rakyat saat itu yaitu
Suprayogi dan Jendral A. H. Nasution untuk berkunjung dan meninjau aktifitas pemberdayaan ekonomi umat di Pesantren Suryalaya.
99
Kesalehan Sosial Suryalaya tidak berhenti sampai situ, dunia
pendidikan juga dibidik sebagai salah satu ruang aktivitas TQN. Mulai dari pendirian Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah ‘Aliyah pada tahun 1977,
97
ibid
98
Hidayatullah, “Abah Anom Suryalaya.”
99
ibid
sampai pendirian Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah IAILM pada tahun 1986.
100
Paska pemberontakan DITII, masyarakat semakin sadar untuk mempelajari dunia tasawuf. Keinginan untuk bergabung dengan TQN semakin
banyak, tidak hanya dari Jawa Barat tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia.
Merasa semakin diperlukannya perubahan sesuai perkembangan zaman, H. Sewaka alm mantan Gubernur Jawa Barat 1947-1952 dan
mantan Menteri Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri alm 1952-1953 memprakarsasi terbentuknya Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya pada tanggal 11 Maret 1961. Tujuan pembentukan Yayasan ini tidak lain untuk membantu tugas Abah Anom dalam penyebaran TQN dan
ikut serta dalam pengamalan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
101
Pembentukan Yayasan ini membuat TQN dengan mudah melebarkan
sayap untuk mempromosikan Pondok Pesantren Suryalaya agar semakin dikenal tidak hanya di seluruh pelosok Indonesia, namun juga di Singapura,
Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan demikian ajaran TQN pun semakin dikenal luas oleh
masyarakat dunia. Secara umum, Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya including TQN berperan aktif dalam aktifitas Kesalehan Sosial
dalam bidang keagamaan, sosial, pendidikan, pertanian, kesehatan, lingkungan hidup, dan kenegaraan. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya penghargaan
baik dari presiden, pemerintahan pusat dan pemerintah daerah, bahkan dari dunia internasional atas prestasi dan jasa-jasanya.
100
ibid
101
“Pengertian tasawuf,” http:www.suryalaya.org
Karena Syeikh Ahmad Khatib memiliki banyak wakil talqin, maka silsilah TQN mempunyai banyak versi, tergantung melalui jalur siapa
regenerasi mursyid TQN nya diambil. Berikut ini satu dari banyak versi silsilah TQN :
1. Nabi Muhammad SAW
2. Ali bin Abi Thalib
3. Hussein bin Ali
4. Zainal Abidin
5. Muhammad al-Baqir
6. Ja’far as-Sadiq
7. Musa al-Kazim
8. Abu Hasan Ali bin Musa ar-Riza
9. Ma’ruf al-Karkhi
10. Sari as-Saqati
11. Abu Qasim al-Junaid al-Baghdadi
12. Abu Bakr ash-Shibli
13. Abdul Wahid at-Tamimi
14. Abdul Faraj at-Tartusi
15. Abu Hasan Ali al-Hakkari
16. Abu Sa’id al-Makhzumi
17. Abdul Qadir al-Jailani
18. Abdul Aziz
19. Muhammad al-Hattak
20. Syamsuddin
21. Syarifuddinin
22. Zainuddin
23. Nuruddin
24. Waliyuddin
25. Husamuddin
26. Yahya
27. Abi Bakr
28. Abd Rahim
29. Utsman
30. Kamaluddin
31. Abdul Fattah
32. Muhammad Murad
33. Syamsuddin
34. Ahmad Khatib as-Sambasi
35. Thalhah bin Talabuddin
36. Syeikh Ahmad Mubarok bin Nur Muhammad
37. Ahmad Shahibulwafa Tajul ‘Arifin
102
B. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Ciomas