Prevalensi dermatitis atopi anak umur 0-7 tahun di RSUP Fatmawati
Tabel 4.2 Sebaran usia pada pasien dermatitis atopi RSUP Fatmawati
Variabel Kategori
Jumlah Persentase
Usia
0-1 35
35 1-2
13 13
2-3 12
12 3-4
14 14
4-5 9
9 5-6
11 11
6-7 6
6
Jumlah 100
100
Pada tabel 4.2, dapat dilihat bahwa dari 100 anak dengan dermatitis atopi, 35 35 anak diantaranya adalah anak di bawah 1 tahun, lalu cenderung menurun lalu
tetap pada umur 1-2 tahun, 2-3 tahun, dan 3-4 tahun dimana berturut-turut jumlahnya adalah 13 13 anak, 12 12 anak, dan 14 14 anak. Lalu kejadian menurun
lagi pada anak 4-5 tahun, yaitu 9 9 anak dan meningkat kembali pada umur 5-6 tahun, yaitu 11 11 anak, dan pada 6-7 tahun didapatkan 6 6 anak.
Pembahasan
Dari data tersebut, ditemukan perbedaan dengan penemuan dari penelitian sebelumnya dan referensi dengan data yang ditemukan penulis. Baratawidjaja
menjelaskan bahwa salah satu yang sangat mempengaruhi terjadinya penyakit atopi adalah riwayat familial. Persentase risiko atopi bagi anak ketika tidak ada orang tua
alergi adalah 10-25, meningkat menjadi 20-30 ketika salah satu orang tua alergi, dan 30-40 ketika kedua orang tua alergi, namun manifestasi organ berbeda, lalu
terjadi peningkatan yang sangat signifikan bila kedua orang tua terdapat riwayat atopi dengan manifestasi organ yang berbeda, yaitu sampai dengan 60-80.
16
Untuk riwayat vaksinasi BCG, ditemukan anak dengan DA lebih banyak yang tidak diimunisasi BCG. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, bahwa
vaksinasi BCG pada awal kehidupan anak berpengaruh terhadap penurunan kejadian dermatitis atopi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Strachan
mengenai hygiene hypothesis mengenai pergeseran dominasi Th1 daripada Th2 dapat mengurangi hipersensitivitas terkait IgE.
5, 18-22
Rook, 2005, seorang ahli imunologi, menentang hygiene hypothesis Strachan dan berpendapat bukan pergeseran dari Th2
ke Th1 lah yang mengurangi gejala atopi, namun karena berkembangnya sel T- regulasi, sehingga menyebabkan terjadinya keseimbangan antara respon imun Th1
dan Th2. Pendapat Rook berdasarkan studi bahwa pada penderita diabetes melitus tipe 1 hipersensitivitas imun terkait Th1 juga insiden alergi hipersensitivitas imun
terkait Th2 berkorelasi dekat di Eropa. Argumen Rook juga diperkuat oleh bukti bahwa beberapa bakteri yang menginfeksi saluran nafas justru menjadi pemicu alergi.
Sebagai perlawanan terhadap teori Strachan, Rook mencetuskan teori “Old Friends Hypothesis”. Old friends hypothesis berpendapat, bahwa bukan infeksi dan bukan
higienitaslah yang dapat menurunkan insiden alergi, namun lebih kepada flora normal usus, seperti Lactobacillus, dan cacing helminth, dan Saprophytic mycobacteria.
24
Untuk usia dan DA, didapatkan bahwa DA lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Tidak ada studi yang menemukan hubungan antara jenis kelamin dan
kejadian atopi. Studi yang dilakukan oleh Eldin, 2008, menemukan hubungan yang lemah antara kejadian alergi dan jenis kelamin perempuan.
24
Mandhane et al, melaporkan bahwa kejadian atopi sebelum pubertas pada laki-laki 3 kali lebih banyak
dibandingkan dengan wanita, dan menjadi sama banyak saat remaja.
25
Dari data tersebut dapat kita lihat kecenderungan dermatitis atopi seiring peningkatan umur adalah menurun. Hal ini sesuai dengan Baratawidjaja, 2009, yang
menyatakan dalam bentuk grafik dengan puncak bifasik yang mana kejadian puncak pertama dermatitis atopi pada anak adalah pada umur 0-2 tahun, lalu cenderung
menurun sampai umur 7-8 tahun untuk kemudian cenderung naik lagi sehingga mencapai puncak keduanya pada umur 8-16 tahun.
2
Untuk status gizi dan DA, status gizi dibagi lagi menjadi status gizi faktor risiko atopi rendah status gizi kurang dan baik dan status gizi faktor risiko atopi
tinggi status gizi overweight, obesitas ringan, obesitas sedang, dan obesitas berat. Hasil yang didapatkan sedikit berbeda dengan teori yang disimpulkan pada studi
Eldin dkk tahun 2008 di Mesir, bahwa anak dengan obesitas memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk menderita alergi, salah satunya adalah dermatitis atopi.
Namun, dalam studi tersebut justru ditemukan hubungan yang berkebalikan antara serum hormon leptin dan serum total IgE.
24