Gen Lain yang Berpengaruh pada Atopi

2.1.6 Faktor Risiko Alergi

Telah lama disepakati bahwa faktor risiko tunggal dan mutlak untuk terjadinya insidensi alergi adalah faktor genetik yang diturunkan dari orangtua. 21 Namun, peningkatan prevalensi DA 5-10 pada 20-30 tahun terakhir diduga berasal dari faktor lingkungan, seperti bahan kimia industri, makanan olahan, atau benda asing lainnya. Ada dugaan bahwa peningkatan ini juga disebabkan karena perbaikan prosedur diagnosis dan pengumpulan data. 18 Hygiene hypothesis dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu faktor risiko yang menyebabkan seorang anak mengalami kelainan perkembangan sistem imun dalam pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga anak tersebut rentan mengalami kelainan imun berupa alergi atau bahkan, dalam kasus parah, autoimun. Hygiene hypothesis, dalam arti yang lebih dalam, adalah terganggunya sistem imunitas berupa dominasi Th1 dibanding Th2 karena kurangnya paparan terhadap endotoksin bakteri dalam proses tumbuh kembang sehingga akan rentan menderita alergi. 3

2.1.7 Hygiene Hypothesis, Alergi, dan Revolusi Industri di Britania Raya

Hygiene hypothesis disadari menjadi masalah serius di benua Eropa, terutama Negara Britania Raya. Setelah tahun 1989, Strachan mengobservasi lebih dari 17000 anak di Britania Raya yang lahir pada tahun 1958. Observasi tersebut berkesimpulan bahwa terjadi peningkatan insiden alergi di Negara Britania Raya, dan peningkatan tersebut bersifat cukup signifikan. Strachan menyimpulkan bahwa peningkatan tersebut berkaitan dengan revolusi industri di Britania Raya. Pada masa revolusi industri, semakin sedikit anak-anak yang dibesarkan pada lingkungan pertanian, peternakan, dan perkebunan, yang membuatnya jarang terpapar sinar matahari, bergerak bermain di luar, terpapar bakteri-bakteri tertentu, dan cenderung menjadi obesitas, yang mana membuatnya menjadi tidak mengenal dunia luar. Begitupun dengan sistem imunnya, yang tidak mengenali bakteri-bakteri yang sebenarnya bukan agen patogen bahkan merupakan flora normal usus dan kulit. Karena proses tersebut, terjadi dominasi pada sistem imun Th1 dibanding Th2. 6 Revolusi industri di Britania Raya sendiri dimulai pada tahun 1750 sampai dengan 1850. 21 Pada rentang tahun tersebut, Britania Raya membangun pabrik-pabrik secara besar-besaran, perkebunan dan pertanian ditutup. Semua orang yang biasa bertani dan berdagang, dipekerjakan untuk menjadi karyawan dan ditempatkan di berbagai industri. Bahkan, karena masih kekurangan pekerja, pemilik pabrik memutuskan untuk mempekerjakan anak-anak. Baru setelah beberapa dekade, pemerintah Britania Raya menerapkan peraturan bagi pekerja anak-anak 22 Setelah revolusi, pekerja anak-anak yang telah beranjak dewasa, segera menikah dan memiliki keturunan. Keturunan mereka bernasib lebih baik, karena dibesarkan pada lingkungan yang relatif lebih bersih. Britania Raya terus mengalami revolusi hingga menjadi salah satu negara yang maju dan makmur. Kemajuan dan kemakmuran mengakibatkan perbaikan pada kebersihan lingkungan pada daerah Britania Raya. Anak-anak tidak lagi bermain dengan sapi perah, padi, hamparan rumput, semuanya tergantikan dengan sekolah-sekolah, taman bermain. Lingkungan lama berganti menjadi lingkungan yang lebih bersih dari sebelumnya. 23 Berdasarkan studi epidemiologi Strachan tahun 1989, terjadi peningkatan insidensi hay fever pada orang di Britania Raya yang lahir tahun 1959. Karenanya, Strachan menyimpulkan peningkatan insidensi hay fever tersebut karena adanya peningkatan status higienitas. 4