Hukum Hooke Umum DASAR TEORI

c. Hukum Hooke Umum

Untuk bahan struktur yang menunjukkan batas elastis linear yang jelas, hokum hooke suatu dimensi menghubungkan tegangan dan regangan normal sebagai , ε σ E = 2.17 dimana E adalah modulus elastis young. Jika tegangan normal bekerja dalam arah X, perpanjangan ε x , diikuti oleh perpendekan lateral; jadi, regangan dalam arah X,Y, dan Z adalah dan 2.18 dengan ν adalah angka poisson yang bekisar antara 0.15 dan 0.35 untuk kebanyakan bahan struktur. Untuk struktur linear yang mengikuti Hukum Hooke, prinsip supeposisi dapat diterapkan; dengan demikian, jika tegangan σ x , σ y , dan σ z bekerja secara bersamaan pada elemen yang kecil tersebut, hukum Hooke diperluas menjadi 2.19 Dengan cara yang sama, hubungan antara tegangan dan regangan geser adalah , G τ γ = 2.20 dimana G adalah modulus elaslisitas geser atau modulus gesergelincir. Jika tegangan geser bekerja pada semua permukaan elemen, Persamaan 2.21 menjadi , 1 xy xy G τ γ = , 1 yz yz G τ γ = dan , 1 zx zx G τ γ = 2.21 [ ] [ ] [ ] 1 1 1 y x z z z x y y z y x x E E E σ σ ν σ ε σ σ ν σ ε σ σ ν σ ε + − = + − = + − = , E x x σ ε = , E x y σ ε = , E x z σ ε = Universitas Sumatera Utara Hubungan antaara modulus elastisitas Young E dan mmodulus geser G adalah 1 2 ν + = G E , atau . 1 2 ν + = E G 2.22 2.3 Persamaan Differensial Pelat dalam Sistem Koordinat Kartesius a. Sistem Koordinat dan Perjanjian Tanda. Bentuk pelat cukup ditentukan dengan menunjukkan geometri bidang pusatnya middle surface, yang merupakan bidang permukaan yang membagi dua tebal pelat h setiap titik Gambar 2.10. Szilard 1989:24 mengatakan teori pelat dengan lendutan kecil. Yang sering kali disebut teori Kirchhoff dan Love, didasarkan pada anggapan berikut: 1. Bahan pelat bersifat elastis, homogen, dan isotropis 2. Pelat pada mulanya datar 3. Tebal pelat relatif kecil dibandingkan dengan dimensi lainnya. Dimensi lateral terkecil pada pelat paling sedikit sepuluh kali lebih besar daripada ketebalannya 4. Lendutan sangat kecil dibandingkan dengan pelat. Lendutan maksimum sebesar sepersepuluh sampai seperlima tebal pelat dianggap sebagai batasan untuk teori lendutan yang kecil. Batasan ini juga dapat dinyatakan dalam panjang pelat; misalnya, lendutan maksimum lebih kecil dari satu perlima puluh panjang bentang yang terkecil 5. Kemiringan bidang pusat yang melendut jauh lebih kecil dari satu 6. Perubahan bentuk pelat bersifat sedemikian rupa sehingga garis lurus yang semula tegak lurus bidang pusat pelat, tetap berupa garis lurus dan tetap tegak lurus bidang perubahan bentuk gaya geser transversal akan diabaikan Universitas Sumatera Utara 7. Lendutan pelat diakibatkan oleh perpindahan titik-titik bidang pusat yang tegak lurus awalnya 8. Besarnya tegangan yang lurus bidang pusat sangat kecil sehingga bias diabaikan. Banyak dari anggapa ini terkenal karena sama seperti balok dasar. Pengujian dengan skala kecil dan besar telah membuktikan berlakunya anggapan-anggapan tersebut. 9. Pada kasus pelat yang memiliki daya tahan lentur, anggapan penyerdehanaan tambahan dapat juga dibuat: regangan pada bidang pusat akibat gaya-gaya sebidang biasanya dapat diabaikan jika dibandingkan dengan regangan akibat lentur teori pelat internasional Untuk pelat segiempat persegi, pemakaian system koordinat kartesius merupakan cara yang paling mudah Gambar 2.10. Gaya luar dan dalam serta komponen lendutan u, v, dan w dianggap positif bila searah dengan arah positif sumbu koordinat X, Y, dan Z. Dalam praktik bidang teknik, momen positif menimbulkan tarikan pada serat yang terletak dibagian bawah struktur. Perjanjian tanda seperti ini juga berlaku untuk pelat. Kita tinjau suatu kotak kecil yang dipotong dari sebuah pelat pada Gambar 2.11. Kemudian kita berikan gaya dalam dan momen positif pada bidang-bidang dekat near face. Agar elemen tersebut seimbang, gaya dalam momen negatif harus bekerja pada bidang jauhnya far side. Subkrip pertama pada gaya dalam menunjukkan arah garis normal garis tegak lurus permukaan penampang tempat momen atau gaya dalam tersebut bekerja. Universitas Sumatera Utara Sumber : Teori dan Analisis Pelat Szilard, 1989:25 Gambar 2.10. Pelat segiempat yang memikul beban lateral Universitas Sumatera Utara Sumber : Teori dan Analisis Pelat Szilard, 1989:26 Gambar 2.11. Gaya dalam dan luar pada elemen bidang pusat Sumber : Teori dan Analisis Pelat Szilard, 1989:25 Gambar 2.11. Pelat segiempat yang memikul beban lateral Universitas Sumatera Utara

b. Keseimbangan elemen pelat

Dokumen yang terkait

Perhitungan Panjang Antrian Akibat Hambatan Samping Dengan Metode Gelombang Kejut (Studi Kasus : Ruas Jalan A.H Nasution)

12 112 137

Analisa Dan Pengujian Balok Beton Bertulang Berlubang Penampang Persegi

10 60 135

Eksperimen Torsi Pada Dinding Tipis Persegi Panjang Berlubang

0 39 105

ANALISA PENGEROLAN PELAT DENGAN KETEBALAN 2 CM DAN PANJANG 1 M

0 3 1

PENINGKATAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI Peningkatan Keaktifan Dalam Pembelajaran Matematika Materi Keliling Persegi Dan Persegi Panjang Melalui Metode Problem Based Learning (PBL) Pada Sisw

0 2 15

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Persegi Dan Persegi Panjang Melalui Metode Conceptual Understanding Procedures (Cups) (Ptk Pada Sisw

0 0 16

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Persegi Dan Persegi Panjang Melalui Metode Conceptual Understanding Procedures (Cups) (Ptk Pada Sisw

0 1 14

Penyelesaian numerik persamaan laplace dan persamaan poisson dalam pelat persegi panjang dan pelat cakram dengan metode beda-hingga.

4 19 163

PENGEPAKAN LINGKARAN DALAM PERSEGI PANJANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA

0 1 7

PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN LAPLACE DAN PERSAMAAN POISSON DALAM PELAT PERSEGI PANJANG DAN PELAT CAKRAM DENGAN METODE BEDA-HINGGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika

0 0 161