Pendidikan Politik Dan Dinamika Muhammadiyah

menyalurkan aspirasi politiknya sepanjang tidak menyimpang dari garis persyarikatan. 6 6 Syarifuddin Jurdi, Op Cit, hal 10. Maka dari paparan tersebut, yang menjadi ketertarikan penulis dalam menulis skripsi ini adalah, karena Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang memiliki potensi yang besar dilihat dari kualitas maupun jumlah anggota,program dan jaringannya dibandingkan dengan organisasi masyarakat madani lainnya termasuk LSM, oleh karena itu potensi yang dimaksudkan tidak terlepas dari pendidikan politik Muhammadiyah yang pastinya menjadi landasan filosofis dari rangkaian berfikir Muhammadiyah,dengan kata lain pendidikan politik dianggap menarik untuk dijadikan sebuah penelitian dianalisis secara filosofis mengenai pendidikan politik muhammadiyah agar bisa dicermati dan difahami.

1.1.2 Pendidikan Politik Dan Dinamika Muhammadiyah

Politik dalam ranah yang konkret selalu dikaitkan dengan kekuasaan, termasuk di dalamnya pengaruh dan kekuatan. Politik berkaitan dengan beragam kegiatan manusia dalam sistem politik. Politik sering dikaitkan dengan kepentingan atau seni memperjuangkan kepentingan padahal Politik juga menyangkut nilai yaitu dikenal dengan pendidikan politik, yakni alokasi nilai yang dipandang berharga untuk diperjuangkan dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan Politik senantiasa aktual dan seringkali krusial ketika dihadapkan pada dinamika organisasi keagamaan yang memiliki Basis massa yang sangat besar, seperti halnya Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai Organisasi keagamaan tidak berpolitik praktis, artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses perjuangan kekuasaan, sebagaimana diperankan oleh kekuatan politik formal. Namun dalam momentum- momentum tertentu pada perkembangan sejarah yang dilaluinya, persoalan politik senantiasa masuk kedalam percaturan gerak organisasi keagamaan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Universitas Sumatera Utara Pergumulan Muhammadiyah dan pendidikan Politik telah memenuhi sebagian besar lembaran sejarah bangsa. Kontribusi Muhammadiyah terhadap masa depan bangsa tidak diragukan lagi. Ada tiga kategorisasi kesejarahan yang dapat dikelompokkan dalam membaca peta dinamika Persyarikatan Muhammadiyah dalam dunia politik. 7 Kedua, generasi pertengahan yang ditumbuhkan melalui perjuangan yang dilakukan kader persyarikatan dalam menancapkan pilar dan atau pondasi Negara menjelang kemerdekaan. Pada masa generasi ini, dikenal tokoh persyarikatan seperti Ki. Bagus Hadikusuma, dikenal sebagai arsitek Pancasila. Keteguhan prinsip Ki. Bagus untuk memperjuangkan aspirasi politik umat Islam melalui tujuh kata yang terkandung dalam piagam Jakarta. antara lain : Pertama, generasi awal, yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah pada masa pra-kemerdekaan. Perjuangan generasi ini, sebagaimana diungkapkan oleh Bernhard Dahm 1917, paling tidak, telah dihadapkan dengan lima tahapan persoalan sosial politik, antara lain ; a fase akhir abad ke 19 the second Islamic Wave, b fase ethical policy Politik Etis yang dimulai tahun 1900, c fase awal pertumbuhan organisasi-organisasi nasionalisme modern sejak 1924, dimana cita-cita kemerdekaan telah mencapai bentuk konkret untuk mendirikan Indonesia merdeka dari jajahan pemerintah Belanda, d fase tercapainya konsensus gerakan Nasionalisme Moderen sejak 1924, dimana cita-cita kemerdekaan telah mencapai bentuk konkret untuk mendirikan Indonesia merdeka dari jajahan Belanda dan terakhir adalah e fase Perang kemerdekaan. 8 Ketiga, generasi masa kini yang dilukiskan melalui “robohnya” kekuasaan Orde Baru hingga berganti menjadi Orde Reformasi. Isu suksesi kepemimpinan Orde Baru yang dilontarkan Amien Rais, pada akhir Desember 1993 di sidang Tanwir Surabaya menjadi titik 7 Farid Setiawan, “Muhammadiyah dan Pemilihan Kepala Daerah”. Dalam Suara Muhammadiyah No. 12TH. Ke-9316-30 Juni 2006, hal 32. 8 Ibid. Universitas Sumatera Utara tolak perlawanan terhadap pemerintah Soeharto. Sekalipun isu tersebut baru direspon selama lima tahun setelahnya, dengan membuahkan hasil reformasi dan demokratisasi bangsa. 9 Sesuai dengan Khittah Muhammadiyah tahun 1971 dan Khittah Denpasar tahun 2002. Khittah Muhammadiyah adalah Garis Kebijakan Pesyarikatan dalam hal menghadapi perkembangan pendidikan politik. Khittah Perjuangan Muhammadiyah tahun 1971, yang merupakan hasil muktamar di Ujung Pandang tahun 1971. Khittah inilah yang dikenal secara luas dalam Muhammadiyah selama ini. Secara substansi Khittah tahun 1971 tersebut kemudian disempurnakan dan menjadi satu kesatuan dengan khittah Perjuangan Muhammadiyah “tahun 1978 Hasil Muktamar ke 40 tahun 1978 di Surabaya Walaupun organisasi Muhammadiyah ikut memberikan subangsih terhadap perjuangan kemerdekaan, Muhammadiyah tetap dalam batas-batas sebagai gerakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, dan sama sekali bukan organisasi politik dan sama sekali tidak bermaksud menjadi Partai politik. 10 Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya: dengan dakwah amar ma maruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil, secara operasionil dan secara kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, materiil dan spirituil yang diridhai yang menjadi acuan resmi yang utama dan berlaku hingga saat ini dalam menentukan posisi dan sikap Muhammadiyah dengan Politik. 9 Ibid. 10 Laporan Materi TANWIR Muhammadiyah, yang disampaikan Pada Sidang TANWIR Muhammadiyah tahun 2007 di Yogyakarta tanggal 26-29 April 2007. Universitas Sumatera Utara Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada kepribadiannya. 11 Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan– pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicari jalan pemecahannya,atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan dan peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah.Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan bahwa: Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu Partai Politik atau Organisasi apapun.Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

1.2 Perumusan Masalah