Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelian aktiva tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan dengan demikian keuntungan yang diperoleh dapat semakin meningkat. Beberapa alternatif pembiayaan pembelian aktiva tetap antara lain adalah pembiayaan secara tunai, kredit atau secara leasing. Usaha leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya keputusan bersama tiga menteri: menteri keuangan, menteri perdagangan, dan menteri perindustrian dengan No.Kep-122MK21974, No.32MSK21974, dan No.30Kpb1974 tanggal 7 februari 1974 tentang perizinan usaha leasing. Leasing adalah suatu perjanjian yang mempunyai sifat- sifat tersendiri, yang berbeda dengan perjanjian–perjanjian seperti pembelian dengan angsuran maupun pinjaman uang dari bank Hakim, 2007:49. Pembiayaan tunai merupakan salah satu jenis pembiayaan dengan memanfaatkan kas atau uang tunai yang dapat dipakai oleh suatu perusahaan. Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah pembiayaan secara tunai dilakukan untuk pembelian peralatan atau barang modal yang nilai harga perolehannya tidak terlalu besar. Pembiayaan secara tunai dilakukan dengan memperhatikan posisi 2 saldo kas minimum sehingga tidak menganggu posisi kas yang digunakan untuk biaya operasional jangka pendek. Pengertian leasing sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi finance lease maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala. Pengertian lain dari leasing sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor pemilik barang modal dengan lessee pemakai barang modal, dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan barang modal selama jangka waktu tertentu, dengan suatu imbalan berkala dari lessee, dan lessee diberikan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut tetap menjadi milik lessor selama jangka waktu kontrak leasing Lubis, 2007:33. Jenis sewa guna usaha leasing dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna usaha dengan hak opsi financecapital lease adalah sewa guna usaha dimana penyewa lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli. Kegiatan sewa guna usaha yang digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria sebagai berikut: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor 3 b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 dua tahun untuk barang modal golongan 1, 3 tiga tahun untuk barang modal golongan II, III dan 7 tujuh tahun untuk golongan bangunan. c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease adalah sewa guna usaha dimana penyewa atau lessee pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi membeli obyek sewa guna usaha tersebut. Kegiatan sewa guna usaha yang digolongkan sebagai tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria sebagai berikut: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dsewa guna usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor. b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee Lubis, 2007: 34. Keuntungan pembiayaan dengan sistem sewa guna usaha atau leasing antara lain karena adanya pembiayaan jangka panjang atau menengah. Dilihat dari perspektif ekonomi, pembiayaan jangka panjang atau menengah ini sesuai dengan adanya umur ekonomis barang modal. Selain itu, leasing memungkinkan pengoptimalan dana investasi karena dana investasi barang modal dapat dialihkan untuk investasi hasil cepat lainnya, misalnya modal kerja atau investasi surat-surat berharga. 4 Leasing juga dianggap lebih mempunyai nilai fleksibilitas dalam struktur kontrak, sehingga dapat dilakukan beberapa pembaharuan perjanjian yang dianggap masih menguntungkan perusahaan. Selain memilih alternatif pembiayaan yang paling menguntungkan bagi perusahaan, harus diupayakan bagaimana cara meminimalkan pajak supaya beban pajak perusahaan dapat ditekan serendah mungkin. Perencanaan pajak tax planning adalah upaya untuk menghemat pajak dengan cara merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada. Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur. Dengan pembiayaan secara tunai, jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutannya dan biaya penyusutannya ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan. Sedangkan pembelian melalui kredit, jumlah yang boleh dibebankan sebagai biaya dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya penyusutan, biaya bunga atas pinjaman pada bank, ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan dan untuk penyelesaian administrasi kredit bank. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh masa manfaat umur ekonomis dan metode penyusutan yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan Suandy, 2001: 56. 5 Berdasarkan ketentuan perpajakan yang ditetapkan pemerintah, leasing dianggap dapat digunakan sebagai penghematan pengeluaran pajak. Besarnya penghematan pajak pada leasing dilakukan dengan menghitung jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Dengan leasing , biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya penyusutan sebesar nilai opsi. Biaya yang harus dikeluarkan tiap bulan beserta bunga apabila dijumlahkan maka biaya leasing akan lebih mahal dibandingkan dengan pembelian secara tunai, tetapi penghematan pajaknya jauh lebih besar karena semua lease fee dapat dibiayakan dan jangka waktu sewa guna usaha lease term lebih pendek dari umur ekonomis. Keringanan pajak pada alternatif pembiayaan secara leasing adalah tentang keberadaan barang modal. Pada neraca yang mencatat keberadaan aktiva tetap, antara lessee dengan lessor berbeda, tergantung adanya hak opsi atau tidak ada hak opsi. Berdasarkan pencatatan aktiva tetap pada neraca tersebut akan timbul suatu penyusutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengenaan pajak Penelitian ini akan melihat bagaimana penerapan perencanaan pajak untuk menentukan pembiayaan yang mempunyai penghematan pajak terbesar di PT. Els Indonesia Prima yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan analisa terhadap perusahaan yang menggunakan pembelian tunai dalam pengadaan atau perolehan aktiva tetapnya untuk dibandingkan dengan alternatif pembiayaan leasing atau sewa guna usaha dalam tugas akhir ini dengan judul: ”Analisis Perbandingan Perencanaan 6 pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha leasing dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima”.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Dokumen yang terkait

Pngaruh pengalaman audit, indenpendensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan; studi empiris pada kantor akuntansi publik di DKI Jakarta

1 10 154

Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

3 15 168

Pengaruh pengalaman auditor terhadap keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

0 5 92

Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi Auditor dan Kode Etik terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)

2 15 98

Pengaruh profesionalisme dan independensi Auditor terhadap kualitas audit dengan etika Auditor sebagai variabel moderating (studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta)

1 5 124

Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan: Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Bandung.

0 0 20

PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN INDEPENDENSI PENGARUHNYA TERHADAP PROFESIONALISME AUDITOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya ).

0 0 18

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN DAN INTUISI TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 16

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, INTUISI, INDEPENDENSI, DAN PRESSURE TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris : Kantor Akuntan Publik Semarang) - Unika Repository

0 0 15

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, INTUISI, INDEPENDENSI, DAN PRESSURE TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris : Kantor Akuntan Publik Semarang) - Unika Repository

0 0 40