Analisis pengaruh profesionalisme, independensi, keahlian, dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kekeliruan (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

(1)

i

ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENGADAAN AKTIVA DENGAN CARA SEWA GUNA USAHA

(LEASING) DAN PEMBELIAN TUNAI DALAM RANGKA PENGHEMATAN PAJAK

PADA PT. ELS INDONESIA PRIMA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

HIDAYATULLAH

106082002613

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Mahasiswa : Hidayatullah

NIM : 106082002613

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 30 November 2010


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Hidayatullah

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang/6 Agustus 1988

Alamat : Jl. Karayawan 3 No 23 Rt 001/07 ciledug, Tangerang

Anak ke : 3 (tiga) dari 4 bersaudara

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Telepon : 08989115018

E-mail : day_hidayatullah@yahoo.com

Kewarganegaraan : WNI

Hobi : Travelling

PENDIDIKAN FORMAL

1. SD N 11 Pagi Joglo : 1994-2000

2. SMP Nur Insan : 2000-2003

3. MAN 10 Jakarta : 2003-2006

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2006-2010

PENDIDIKAN NON-FORMAL

1. KKS di Desa Gunung Datar, Pandeglang : 2009 2. Training Sertifikasi ISO 9000:2008 : 2009 3. Brevet A & B UIN Angkatan 2 : 2010


(7)

vii ABSTRACT

Cash purchasing is the amount of capital money paid to obtain fixed asset including invoice price and all cost that is paid until the fixed asset is ready to use. On the other hand, leasing is all company's payment activities in the form of providing capital goods to be used by a company within a certain period that is based on occasional payments and the company's option to purchase the capital goods or to prolong the leasing period according to the residual value, which has already been agreed on. One of the many kinds of leasing is financial lease, which is a leasing activity where the lessee at the end of the contract period has the option to purchase the leasing object based on the residual value that has been agreed on. Leasing is governed in the Standard of Financial Accounting Number 30 and in the Decree of Finance Ministry Number 1169/KMK.01/1991.

The purpose of this study is to analyze the comparison of the gain of fixed asset in cash purchasing and leasing in determining the amount of taxation money that could be saved by the Els Indonesia Prima Ltd.


(8)

viii ABSTRAKSI

Pembelian tunai adalah sejumlah uang kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan. Sedangkan Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Salah satu jenis

leasing adalah financial lease yaitu suatu kegiatan leasing dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Sewa Guna Usaha (Leasing) diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan Nomor 30 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan perolehan aktiva tetap secara pembelian tunai dan sewa guna usaha (leasing) dalam menentukan besarnya penghematan pajak yang dapat diperoleh PT. Els Indonesia Prima


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, tak ada kata yang pantas penulis ucapkan selain ungkapan puja dan puji serta rasa syukur atas karunia yang tak terhingga yang diberikan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi, penulis mempersembahkan skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan Perencanaan Pajak Untuk Pengadaan Aktiva Dengan Cara Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Pembelian Tunai Dalam Rangka Penghematan Pajak pada PT. Els Indonesia Prima”. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, juga kepada keluarga, sahabat dan ummatnya yang senantiasa mengikuti jejak dan langkah beliau sampai hari akhir nanti, amiin.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tuaku tercinta, Yusuf, Alm. Suhaimah dan pamanku Dahlan Alwan yang telah dan selalu memberi dukungan, baik do’a maupun finansial serta kasih sayang yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Keluargaku, kakakku Yanti, Fauzi, adikku Umi, saudara-saudaraku, dan sahabat terdekatku wiwi beserta keluarga yang telah dan selalu memberikan do’a, menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Fitri Damayanti SE. Ak.,Msi selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam


(10)

x

penulisan skripsi ini, serta selalu setia mendampingi dan membantu penulis selama sidang skripsi berlangsung, dan juga ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses perkuliahan.

7. Bapak Afif Sulfa, SE.,Ak.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, terutama di seminar proposal.

8. Tim penguji komprehensif, Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku penguji ahli, Bapak Drs. Abdul hamid cebba MBA, Ak, CPA, selaku ketua dan Ibu Yusro, SE.,M.Si, selaku sekretaris yang telah memberikan dukungan dan saran dalam mengembangkan ilmu akuntansi yang telah dipelajari menjadi lebih luas lagi dan telah memberikan kelulusan kepada penulis.

9. Tim penguji skripsi, Bapak Prof. Azzam Jasin.,MBA selaku penguji ahli I dan Ibu Yessi Fitri SE.,Ak.,M.Si selaku penguji ahli II dan selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak masukan dan telah memberikan kelulusan kepada penulis.

10.Bapak iskandar yusuf, selaku direktur utama PT. ELS Indonesia prima, Terima kasih atas kebaikan hatinya dalam memberikan arahan, waktu dan data-data yang Penulis butuhkan untuk penulisan skripsi.

11.Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri, Pa Ismed, Bu siska dan Bu Dewi yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis dalam mengurus administrasi dengan lancar.

12.Teman-teman seperjuanganku Akuntansi Perpajakan, Akuntansi Pajak, Akuntansi Manajemen angkatan 2006, khususnya Akuntansi C (Heri, Irfan, feri, Fajar, Jamal, Ajik, Febi, Huda, Hasim, Reza, Ibnu, Fery, fenti, fika, Intan Dewinta, Maul, Fitri, Izumi, Herty, Isti, Nia, dan semua anak2 kelas C, Makasih untuk rasa kebersamaan yang kalian berikan selama ini dan Akuntansi Pajak A (Sukma, Tomi, Syahrul, Mufti, Zenal Makasih untuk semangatnya).


(11)

xi

13.Sahabat-sahabat SMA ku, Tomi dan Bakri, serta sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat selama pembuatan skripsi ini, Makasih untuk dukungannya.

14.Semua teman-teman penulis yang belum disebut di atas, terima kasih atas segala bantuannya selama proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Juni 2010


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ... iv

Lembar pernyataan skripsi ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... vii Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

Bab II Landasan Teori A. Dasar-Dasar Perpajakan ... 8

1. Pengertian Pajak ... 8

2. Unsur Pajak ... 9

3. Fungsi Pajak ... 10

4. Pengelompokkan Pajak ... 11

5. Sistem Pemungutan Pajak ... 13

6. Hambatan Pemungutan Pajak ... 13

B. Pengertian Manajemen dan Perencanaan Pajak ... 14

1. Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak ... 16

2. Tahapan Perencanaan Pajak ... 16


(13)

xiii

C. Aktiva Tetap dan Penyusutannya ... 18

1. Pengertian Aktiva Tetap ... 18

2. Penyusutan Aktiva Tetap ... 20

3. Metode Penyusutan ... 23

D. Harga Perolehan Aktiva Tetap ... 26

1. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Pembelian Secara Tunai ... 26

2. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Pembelian Secara angsuran ... 27

3. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Pertukaran ... 27

4. Aktiva Tetap Ditukar Dengan Surat-Surat Berharga ... 27

5. Aktiva Tetap Yang Diperoleh Dari Pemberian atau Hadiah ... 28

E. Sewa Guna Usaha {Leasing) ... 28

1. Definisi Leasing, Lessor, Lessee ... 28

2. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha {Leasing) ... 30

3. Pelaksanaan Transaksi Leasing ... 32

4. Perlakuan Akuntansi Oleh Perusahaan Leasing (Lessor) ... 33

F. Penelitian Sebelunya ... 35

G. Kerangka Pemikiran ... 38

Bab III Metodologi Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian Sampel ... 39

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

1. Penelitian lapangan (Field Research) ... 40

2. Penelitian kepustakaan (Library Research) ... 40

D. Metode Analisis Data ... 41

E. Definisi Operasional Variabel ... 41

Bab IV Pembahasan A. Latar belakang perusahaan ... 43

1. Misi Perusahaan ... 45

2. Visi Perusahaan ... 46

B. Penerapan Metode Sewa Guna Usaha (Financial Lease) Atas Aktiva Tetap Perusahaan ... 46


(14)

xiv

2. Penentuan Besarnya Biaya Leasing ... 51

3. Perhitungan Leasing ... 51

4. Penerapan Leasing dalam Perusahaan ... 58

5. Keseragaman Metode Akuntansi dan Perpajakan Atas Aktiva Tetap Perusahaan ... 62

C. Perbandingan Alternatif Financial Lease Dan Pembelian Tunai Serta Implikasinya Terhadap Penghematan Pajak ... 63

1. Prosedur Penentuan Dalam Analisis Perbandingan ... 63

2. Perbandingan Perhitungan Lease dan Pembelian Atas Aktiva Tetap .... 65

3. Hasil Perbandingan terhadap Penghematan Pajak ... 78

4. Penilaian Atas Hasil Perbandingan Dalam Pengambilan Keputusan ... 87

Bab V Kesimpulan Dan Saran A.Kesimpulan ... 90

B.Saran ... 91

Daftar pusrtaka ... 92


(15)

xv

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.1 Penelitian terdahulu... 36

4.1 Tingkat suku bunga yang digunakan... 49

4.2 Objek perhitungan leasing... 51

4.3 Perhitungan financial lease atas mesin WSB 4500H... 53

4.4 Perhitungan financial lease atas mesin IC4 4832 R... 56

4.5 Keseragaman metode akuntansi dan pajak... 62

4.6 Perhitungan biaya leasing mesin WSB 4500H – alternatif lease... 66

4.7 Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin WSB 4500H – alternatif lease... 69

4.8 Perhitungan biaya mesin WSB 4500H – alternatif pembelian... 71

4.9 Perhitungan biaya leasing mesin IC4 4832 R – alternatif lease... 72

4.10 Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin IC4 4832 R – alternatif lease... 75

4.11 Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin IC4 4832 R – alternatif lease... 77

4.12 Perbandingan deductible expenses per tahn - mesin WSB 4500H... 79

4.13 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses -Mesin WSB 4500 H……….. 80

4.14 Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian - mesin WSB 4500 H………... 81

4.15 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC4 4832 R 81 4.16 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC4 4832 R 83 4.17 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses - Mesin IC4 4832 R………. 84 4.18 Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian -


(16)

xvi

Mesin IC4 4832 R………. 85

4.19 Perbandingan Nilai Penghematan Pajak Per Tahun - Mesin IC4


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1 Surat izin riset... 94 2 Daftar kendaraan dan mesin PT. Els Indonesia Prima... 95 3 Suku bunga BI... 96


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelian aktiva tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan dengan demikian keuntungan yang diperoleh dapat semakin meningkat. Beberapa alternatif pembiayaan pembelian aktiva tetap antara lain adalah pembiayaan secara tunai, kredit atau secara leasing.

Usaha leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya keputusan bersama tiga menteri: menteri keuangan, menteri perdagangan, dan menteri perindustrian dengan No.Kep-122/MK/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/1974 tanggal 7 februari 1974 tentang perizinan usaha leasing. Leasing adalah suatu perjanjian yang mempunyai sifat-sifat tersendiri, yang berbeda dengan perjanjian–perjanjian seperti pembelian dengan angsuran maupun pinjaman uang dari bank (Hakim, 2007:49).

Pembiayaan tunai merupakan salah satu jenis pembiayaan dengan memanfaatkan kas atau uang tunai yang dapat dipakai oleh suatu perusahaan. Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah pembiayaan secara tunai dilakukan untuk pembelian peralatan atau barang modal yang nilai harga perolehannya tidak terlalu besar. Pembiayaan secara tunai dilakukan dengan memperhatikan posisi


(20)

2 saldo kas minimum sehingga tidak menganggu posisi kas yang digunakan untuk biaya operasional jangka pendek.

Pengertian leasing (sewa guna usaha) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala. Pengertian lain dari leasing (sewa guna usaha) adalah suatu kontrak antara

lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pemakai barang modal), dimana

lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan barang modal selama jangka waktu tertentu, dengan suatu imbalan berkala dari lessee, dan lessee

diberikan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut tetap menjadi milik

lessor selama jangka waktu kontrak leasing (Lubis, 2007:33).

Jenis sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance/capital lease) adalah sewa guna usaha dimana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli. Kegiatan sewa guna usaha yang digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria sebagai berikut:

a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor


(21)

3 b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal golongan 1, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II, III dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan.

c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa guna usaha dimana penyewa atau lessee pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi membeli obyek sewa guna usaha tersebut. Kegiatan sewa guna usaha yang digolongkan sebagai tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria sebagai berikut:

a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dsewa guna usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.

b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee

(Lubis, 2007: 34).

Keuntungan pembiayaan dengan sistem sewa guna usaha atau leasing

antara lain karena adanya pembiayaan jangka panjang atau menengah. Dilihat dari perspektif ekonomi, pembiayaan jangka panjang atau menengah ini sesuai dengan adanya umur ekonomis barang modal. Selain itu, leasing memungkinkan pengoptimalan dana investasi karena dana investasi barang modal dapat dialihkan untuk investasi hasil cepat lainnya, misalnya modal kerja atau investasi surat-surat berharga.


(22)

4

Leasing juga dianggap lebih mempunyai nilai fleksibilitas dalam struktur kontrak, sehingga dapat dilakukan beberapa pembaharuan perjanjian yang dianggap masih menguntungkan perusahaan. Selain memilih alternatif pembiayaan yang paling menguntungkan bagi perusahaan, harus diupayakan bagaimana cara meminimalkan pajak supaya beban pajak perusahaan dapat ditekan serendah mungkin.

Perencanaan pajak (tax planning) adalah upaya untuk menghemat pajak dengan cara merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada. Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur.

Dengan pembiayaan secara tunai, jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutannya dan biaya penyusutannya ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan. Sedangkan pembelian melalui kredit, jumlah yang boleh dibebankan sebagai biaya dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya penyusutan, biaya bunga atas pinjaman pada bank, ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan dan untuk penyelesaian administrasi kredit bank. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh masa manfaat (umur ekonomis) dan metode penyusutan yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan (Suandy, 2001: 56).


(23)

5 Berdasarkan ketentuan perpajakan yang ditetapkan pemerintah, leasing

dianggap dapat digunakan sebagai penghematan pengeluaran pajak. Besarnya penghematan pajak pada leasing dilakukan dengan menghitung jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Dengan

leasing, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya penyusutan sebesar nilai opsi. Biaya yang harus dikeluarkan tiap bulan beserta bunga apabila dijumlahkan maka biaya leasing akan lebih mahal dibandingkan dengan pembelian secara tunai, tetapi penghematan pajaknya jauh lebih besar karena semua lease fee dapat dibiayakan dan jangka waktu sewa guna usaha (lease term) lebih pendek dari umur ekonomis.

Keringanan pajak pada alternatif pembiayaan secara leasing adalah tentang keberadaan barang modal. Pada neraca yang mencatat keberadaan aktiva tetap, antara lessee dengan lessor berbeda, tergantung adanya hak opsi atau tidak ada hak opsi. Berdasarkan pencatatan aktiva tetap pada neraca tersebut akan timbul suatu penyusutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengenaan pajak

Penelitian ini akan melihat bagaimana penerapan perencanaan pajak untuk menentukan pembiayaan yang mempunyai penghematan pajak terbesar di PT. Els Indonesia Prima yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa.

Oleh karena itu penulis tertarik melakukan analisa terhadap perusahaan yang menggunakan pembelian tunai dalam pengadaan atau perolehan aktiva tetapnya untuk dibandingkan dengan alternatif pembiayaan leasing atau sewa guna usaha dalam tugas akhir ini dengan judul: ”Analisis Perbandingan Perencanaan


(24)

6 pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima”.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, yang akan menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan analisis perbandingan perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak. Penulis mencoba untuk merumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan atas pengadaan aktiva pada PT. Els Indonesia Prima ?

2. Adakah perbedaan secara signifikan atas penerapan sewa guna usaha dan pembelian tunai dalam penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui penerapan metode sewa guna usaha (leasing) atas aktiva tetap perusahaan.

2. Untuk mengetahui besarnya perbedaan yang signifikan antara penerapan sewa guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam penghematan pajak.


(25)

7 D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Perusahaan

Sebagai saran dan masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam perusahaan dalam menilai dan meningkatkan kinerja perusahaan secara optimal di masa yang akan datang.

2. Penulis

Menambah pengetahuan yang lebih mendalam baik teori maupun praktek yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan perpajakan khususnya transaksi sewa guna usaha (leasing).


(26)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dasar-Dasar Perpajakan 1. Pengertian pajak

Pengertian pajak menurut Mardiasmo dalam buku “Perpajakan”

(2009:1) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Adriani, “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung tugas negara menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Feldman “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontrapestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluara umum” (Siti Resmi, 2003:1).


(27)

9 2. Unsur pajak

Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :

a. Iuran dari rakyat kepada Negara.

Artinya bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak adalah Negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

b. Berdasarkan undang-undang.

Artinya bahwa walaupun Negara mempunyai hak untuk memungut pajak, namun pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan dari wakil-wakil rakyat, yaitu dengan menyetujui undang-undang. Oleh karena pemungutan pajak berdasarkan undang-undang berarti pelaksanaannya dapat dipaksa. c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung

dapat ditunjuk secara individual. Artinya bahwa imbalan atau kontraprestasi oleh Negara atau pembayar pajak tersebut tidak diperuntukkan bagi rakyat secara individual atau tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak.

d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik rutin maupun pengeluaran pembangunan.

e. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan prestasi dari Negara, jika masih surplus digunakan untuk public investment.


(28)

10 f. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan

yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang.

g. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang non budgeter yaitu mengatur.

3. Fungsi pajak

Menurut Mardiasmo (2009:1) fungsi pajak terbagi menjadi dua, yaitu: Fungsi penerimaan (budgeter), dan fungsi mengatur (regular).

a. Fungsi penerimaan (budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang di peruntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh : di masukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

b. Fungsi mengatur (regular)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu di kenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minimum keras sehingga konsumsi minuman keras dapat di tekan. Demikian pula terhadap barang mewah.


(29)

11 4. Pengelompokkan pajak

Pengelompokkan pajak dibagi berdasarkan:

a. Menurut Soemarso (2007:15) pajak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: pajak langsung dan pajak tidak langsung.

1)Pajak Langsung

Dalam pengertian ekonomis, pajak langsung adalah pajak yang bebanya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian administratif, pajak langsung adalah pajak yang dipungut secara berkala. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

2)Pajak Tidak Langsung

Dalam pengertian ekonomis, pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen. Dalam pengertian administrative, pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang, pembuatan akte. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea materai.


(30)

12 b. Menurut Soemarso (2007:16) sifat pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu:

pajak subjektif dan pajak objektif. 1) Pajak Subjektif (bersifat perorangan)

Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan pertama-tama kesadaran pribadi Wajib Pajak untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya, yaitu yang disebut daya pikul.

2) Pajak Objektif (bersifat kebendaan)

Pajak Objektif pertama-tama melihat kepada objeknya baik itu berupa benda, dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian barulah dicari subjeknya (orang atau badan hukum) yang bersangkutan langsung, dengan tidak mempersoalkan apakah subjek pajak ini berkedudukan di Indonesia ataupun tidak.

c. Lembaga Pemungut dapat dibagi 2 yaitu: pajak pusat dan pajak daerah. 1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

2)Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.


(31)

13 5. Sistem pemungutan pajak

Sistem pemungutan pajak menurut waluyo (2006:17) dikelompokkan menjadi tiga yaitu: official assessment system, self assessment system, dan with holding system

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

6. Hambatan pemungutan pajak

Hambatan terhadap pemungutan pajak menurt mardiasmo (2003:7) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: perlawanan pasif danperlawanan aktif. a. Perlawanan pasif


(32)

14 Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain:

1)Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

2)Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat. 3)Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. b. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain :

1)Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-undang.

2)Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-undang (menggelapkan pajak)

B. Pengertian Manajemen dan Perencanaan Pajak

Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.


(33)

15 Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax

implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak. Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion.

Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda. Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut:

- Tidak melanggar ketentuan perpajakan.


(34)

16

- Bukti-bukti pendukungnya memadai.

1. Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak a. Aspek Formal dan Administratif

1)Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP); 2)Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;

3)Memotong dan/atau memungut pajak;

4)Membayar pajak;

5)Menyampaikan Surat Pemberitahuan.

b.Aspek Material

Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.

2. Tahapan perencanaan pajak

a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base).

b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or more possible tax plans).


(35)

17 d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the

tax plans).

e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan).

3. Strategi umum perencanaan pajak a. Tax Saving

Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, perusahaan yang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp 100 juta dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang.

b. Tax Avoidance

Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.

c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa:

1) Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan; 2) Sanksi pidana: pidana atau kurungan.


(36)

18 d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak

Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang.

e. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan

Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas pembelian solar dan/atau impor dan Fiskal Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai.

C. Aktiva Tetap dan Penyusutannya 1. Pengertian aktiva tetap

Aktiva tetap merupakan aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dengan nilai yang relatif besar dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan operasional perusahaan, yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa, dimana masa manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi. adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan. Pengertian


(37)

19 aktiva tetap yang diberikan Erly Suandy (2001:35) yaitu : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”

Dan menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) nomor 16 aktiva tetap didefinisikan sebagai berikut, “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap mempunyai beberapa kriteria umum sebagai berikut:

a. Berwujud

Dalam hal ini aktiva tetap memiliki bentuk fisik yang nyata dan dapat diamati dengan menggunakan panca indera.

b. Digunakan untuk operasi perusahaan

Aktiva tetap digunakan untuk melaksanakan atau membantu produksi suatu barang atau memberi jasa kepada perusahaan atau pelanggannya. Jika kriteria ini tidak tercakup maka aktiva tersebut tidak dapat dimasukkan sebagai aktiva tetap melainkan diartikan sebagai investasi perusahaan. c. Tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan


(38)

20 Sifat inilah yang membedakan aktiva tetap dari barang dagang sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap bersifat non monetary yaitu masa manfaat aktiva tetap ini timbul dari penggunaan atas jasa yang dihasilkan dan bukan dari pengkonversian aktiva tetap tersebut ke dalam sejumlah uang.

d. Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi

Walau tidak ada kriteria standar mengenai jangka waktu pemakaianminimal yang dapat dipergunakan untuk membedakan mana

yangaktiva tetap atau mana yang bukan, tetapi biasanya

perusahaanmenggunakan dasar pemakaian lebih dari satu periode akuntansisebagai pedoman.

e. Jumlahnya yang cukup material

Meski dalam hal ini tidak terdapat pedoman berupa jumlah uang yangpasti untuk aktiva tetap, namun setiap perusahaan mempunyai pedoman tersendiri.

2. Penyusutan aktiva tetap

Definisi penyusutan dalam buku Intermediate Accounting

menyebutkan, “Pengalokasian harga perolehan aktiva tetap yang dibebankan pada suatu periode tertentu”, dan pengertian penyusutan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 17 Yaitu, “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.”


(39)

21 ciri utama aktiva tetap adalah bahwa aktiva tetap digunakan untuk menghasilkan pendapatan selama lebih dari satu periode akuntansi. Ciri lainnya adalah umur ekonomis dan masa manfaat yang terbatas bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap (kecuali tanah), akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa. Dengan demikian, harga perolehan aktiva semacam ini harus dipindahkan ke perkiraan beban secara teratur selama masa manfaat yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodik ini disebut penyusutan (depreciation).

Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan manfaat atau

berkurangnya nilai aktiva menurut baridwan (2000:308) dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu: faktor fisik dan faktor fungsional.

a. Faktor fisik, yang mengurangi fungsi aktiva tetap karena pemakaian, aus, atau karena kerusakan.

b. Faktor fungsional, yang meliputi ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti karena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan atau teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.

Menurut baridwan (2000:309) ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode. Faktor-faktor itu ialah: harga perolehan,nilai sisa, dan taksiran umur keguanaan.


(40)

22 Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suau aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan.

b. Nilai sisa (residu)

Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual/menukarnya.

c. Taksiran umur kegunaan

Taksiran umur kegunaan suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur aktiva, harus dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.

Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung biaya depresiasi tiap tahun. Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketelitian penentuan ke-3 faktor di atas. Ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya laba rugi perusahaan setiap periode. Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti maka jumlah laba rugi perusahaan juga menjadi tidak teliti. Kriteria Aktiva yang dapat disusutkan adalah:


(41)

23 b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas

c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

3. Metode penyusutan

Menurut Baridwan (2000:309) penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu sebagai berikut:

a. Metode garis lurus (Straight Line Method)

Metode ini adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini beban penyusutan tiap periode jumlahnya sama. Penyusutan tiap tahun dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Penyusutan = HP – NS n Keterangan :

HP = Harga Perolehan NS = Nilai sisa (residu) n = Taksiran umur kegunaan

b. Metode saldo menurun ganda (Double Declining Balance Method)

Dalam metode ini, beban penyusutan tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban penyusutan, dasar yang digunakan adalah persentase penyusutan dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban penyusutan juga selalu menurun.


(42)

24 c. Metode jumlah angka tahun (Sum Of The Year Digits Method)

Di dalam metode ini penyusutan dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang ini dihitung sebagai berikut:

Pembilang = bobot untuk tahun yang bersangkutan

Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva atau Jumlah angka bobot.

Contoh: Mesin yang harga perolehannya Rp. 100.000.000, residu Rp 10.000.000 ditaksir umur ekonomisnya 3 tahun, maka;

Tahun Bobot Bagian pengurang

1 3 3/6 2 2 2/6 3 1 1/6 6 6/6 Keterangan:

Penyebut dalam bagian pengurang dihitung dengan cara menjumlahkan angka bobot = 3+2+1 = 6. Pembilang dalam bagian pengurang adalah angka bobot tahun yang bersangkutan. Untuk tahun pertama: 3; dan seterusnya. d. Metode jumlah unit produksi (Productive Output Method)

Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan


(43)

25 fluktuasi hasil produksi. Untuk dapat menghitung beban penyusutan periodik, pertama kali dihitung tarif penyusutan untuk tiap unit produk, kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut.

Besarnya tarif penyusutan per unit produk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Penyusutan/unit = HP – NS

n

Keterangan:

HP = Harga perolehan NS = Nilai sisa

n = Taksiran hasil produksi (unit) e. Metode jam jasa (Service Hours Method)

Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang digunakan. Besarnya penyusutan per jam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Penyusutan per jam = HP – NS n

Keterangan:

HP = Harga perolehan NS = Nilai sisa


(44)

26 D. Harga Perolehan Aktiva Tetap

Menurut Baridwan (2000:204) aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masingmasing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut beberapa cara perolehan aktiva tetap :

1. Perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara tunai

Pembelian tunai memerlukan uang kas, jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya yang disebutkan dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur.

Apabila pembelian aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan (lump sum), maka harga perolehannya harus dialokasikan untuk masing-masing jenis aktiva tetap. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar masing-masing aktiva. Apabila harga pasarnya tidak diketahui, alokasi harga perolehan dapat ditentukan dengan harga penilaian menurut lembaga penilaian yang objektif.


(45)

27 2. Perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara angsuran

Jika aktiva tetap diperoleh dengan pembelian angsuran, maka harga perolehannya tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.

3. Perolehan aktiva tetap dengan cara pertukaran

Apabila aktiva tetap diperoleh dengan cara tukar-menukar, atau sering disebut “tukar tambah” aktiva yang lama digunakan untuk membayar harga aktiva yang baru baik seluruhnya maupun sebagian, dimana kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini prinsip harga perolehan tetap harus digunakan, yaitu aktiva baru dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar harga pasar aktiva lama ditambah uang yang dibayarkan atau dikapitalisasikan sebesar harga pasar aktiva baru yang diterima. Jika harga pasar aktiva lama maupun yang baru tidak dapat ditentukan, maka nilai buku lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Disamping itu, laba atau rugi pertukaran akan dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu pertama untuk penukaran aktiva tetap yang sejenis, dan yang kedua untuk pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis.

4. Aktiva tetap ditukar dengan surat-surat berharga

Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara mengeluarkan saham/obligasi, maka aktiva tersebut harus dicatat sebesar harga pasar saham/obligasi pada saat pembelian. Nilai saham / obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai premium (agio saham) dan


(46)

28 jika harga pasar lebih kecil dari harga pari maka selisihnya dicatat sebagai discount (disagio saham).

5. Aktiva tetap yang diperoleh dari pemberian atau hadiah

Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditentukan sendiri maka transaksi ini disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik.

Aktiva tetap dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independent (Appraisal Company) dan dikredit modal donasi (Donated Capital).

E. Sewa Guna Usaha (Leasing) 1. Definisi leasing, lessor, Lessee

Menurut Harahap (2000:170) sewa guna usaha (Leasing) adalah suatu cara untuk memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Menurut Harahap (2000:170) dalam buku akuntansi aktiva tetap, mengutip dari PSAK No. 30 tentang akuntansi sewa guna usaha mendefinisikan leasing, leasingcompany, dan Lessee sebagai berikut:

a. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk


(47)

29 membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. b. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company / Lessor) adalah badan

usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentukpenyediaan barang modal baik secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

c. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak lessor. Dari berbagai definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bhwa bsewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa menyewa dan menjadi objek sewa guna usaha adalah barang modal. Dari segi pandangan hukum, kegiatan sewa guna usaha memiliki 5 (lima) ciri yaitu:

1)Perjanjian antara lessor dengan pihak Lessee

2)Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak 3)penggunaan barang kepada pihak Lessee.

4)Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asset).

5)Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi barang tersebut.


(48)

30 2. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha (Leasing)

Menurut Harahap (2000:175) jenis-jenis leasing yang sudah dikenal secara umum, termasuk dua jenis leasing yang tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan adalah sebagai berikut:

a. Finance Lease / Capital Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)

Finance Lease adalah suatu kegiatan leasing dimana Lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Dalam lease ini, lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama lessor sebagai pemilik barang nodal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa lease, Lessee melakukan pembayaran leasing secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value) mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan bagi lessor.

b. Operating Lease (Sewa-Menyewa Biasa)

Operating lease adalah suatu kegiatan leasing dimana Lessee tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing. Dalam leasing ini, lessor membeli barang modal dan selanjutnya di sewagunausahakan kepada Lessee. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran leasing tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal


(49)

31 tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan karena lessor mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan atau melalui beberapa kontrak leasing lainnya. Dalam leasing ini dibutuhkan keahlian khusus dari lessor untuk memelihara dan memasarkan kembali barang modal yang disewagunausahakan, sehingga lessor biasanya bertanggungjawab atas biaya-biaya pelaksanaan leasing seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.

c. Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan)

Leasing ini merupakan transaksi pembiayaan secara langsung (direct financial lease) dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan lessor. Leasing ini seringkali menjadi suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu.

d. Leveraged lease

Transaksi leasing jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak yakni Lessee, lessor dan kreditur jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi leasing.


(50)

32 3. Pelaksanaan Transaksi Leasing

Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi leasing dapat dibagi menjadi dua yaitu: direct Lease dan sale and leaseback.

a. Direct Lease (Sewa Menyewa Usaha Langsung)

Dalam transaksi ini Lessee belum pernah memiliki barang modal yang menjadi objek leasing sehingga atas permintaannya lessor membeli barang modal tersebut.

b. Sale and Leaseback (Penjualan dan Penyewaan Kembali)

Dalam transaksi ini, Lessee terlebih dahulu menjual barang modal yang sudah dimilikinya kepada lessor dan atas barang modal yang sama ini kemudian dilakukan kontrak leasing antara Lessee (pemilik semula) dengan lessor. Dalam hal-hal tertentu dikenal Sewa Guna Usaha (Syndicated Lease) dimana beberapa perusahaan leasing secara bersama melakukan transaksi leasing dengan satu Lessee. Leasing ini dilakukan karena nilai transaksi yang terlampau besar atau karena faktor-faktor lain. Salah satu perusahaan leasing akan ditunjuk sebagai koordinator sehingga Lessee cukup berkomunikasi dengan perusahaan ini untuk melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut transaksi leasing. Pelaksanaan transaksi ini dapat dilakukan baik melalui direct lease maupun sale and leaseback.


(51)

33 4. Perlakuan Akuntansi Oleh Perusahaan Leasing (Lessor)

Menurut PSAK NO. 30 (2004:306) perlakuan oleh perusahaan leasing ada beberapa macam yaitu:

a. Finance Lease

Adapun yang dimaksud dengan finance lease:

1. Penanaman neto dalam aktiva yang disewa guna usahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha. Jumlah penanaman neto tersebut terdiri dari jumlah piutang lease ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh lessor pada akhir masa lease dikurangi pendapatan lease yang belum diakui (unearned lease income) dan simpanan jaminan (security deposit)

2. Selisih antara Piutang leasing ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan harga perolehan aktiva yang disewa guna usahakan diperlakukan sebagai pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income) 3. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara

konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkatan pengemabalian berkala (periodic rate of return) atas penanaman neto perusahaan leasing

4. Apabila perusahaan leasing menjual barang modal kepada Lessee sebelum berakhirnya masa lease, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto dalam leasing pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan.


(52)

34 5. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi leasing harus

diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan. b. Operating Lease

Adapun yang dimaksud dengan operating lease:

1. Barang modal yang di sewa guna usahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva leasing berdasarkan harga perolehan.

2. Pembayaran lease payments selama tahun berjalan yang diperoleh dari Lessee diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa lease meskipun pembayaran leasing mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.

3. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan harus dilakukan dalam jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya.

4. Jika aktiva yang disewagunakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan.


(53)

35 F. Penelitian Sebelumnya

Lukman Hakim (2007) melakukan penelitian tentang “Kredit Bank Dan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif Atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak”. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tujaun penelitian ini untuk mencari solusi yang tepat untuk memperoleh modal usaha berupa aktiva tetap yang murah dan tidak membebani arus kas keluar serta dapat menghemat pembayaran pajak. Pemilihan alternatif pembiayaan kali ini penulis menoba untuk membandingkan dua pilihan yaitu kredit bank dengan sewa guna usaha. Teknik analisa yang digunakan adalah:

1. Menentukan nilai angsuran (anuitas)

2. Membebankan semua biaya fiskal yang melekat pada aktiva tetap, 3. Menghitung penghematan pajaknya,

4. Menghitung arus kas yang telah dikeluarkan, 5. Mengakumulasikan Net Preset Value.

Semakin kecil net present value-nya maka semakin hemat biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tersebut. Uji kasus dilaksanakan pada CV. Hasta Corporation yang rencananya akan membeli aktiva tetap berupa Web Server Mainframe Machine, dengan harga perolehan Rp. 999.000.000,-. Untuk memperoleh mesin tersebut pajak manajemen CV. Hasta Corporation


(54)

36 menentukan dua pilihan yaitu melalui kredit bank atau sewa guna usaha lebih menguntungkan dari pada kredit bank, keuntungan yang diperoleh adalah berupa penghematan pajak sebesar Rp. 20.214.877,- sehingga berakibat pada net present value-nya menjadi lebih kecil.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.

Peneliti Judul Vaiabel Hasil penelitian

1. Lukman Hakim (2007) Kredit Bank Dan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif Atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak 1. Kredit Bank 2. Leasing 3. Aktiva Tetap 4. Biaya Fiskal 5. Penghema tan Pajak 6. Net Persent Value Alernatif pendanaan dengan leasing menghasilkan

penghematan pajak yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif

pendanaan dengan kredit bank


(55)

37 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian 2. Listia Tri

Wahyuni (2004) Perbandingan Kredit Perusahaan Pembiayaan Dan Analisis Perpajakan Atas Transaksi Sewa Guna Usaha Perbadingan Kredit Perusahaan Pembiayaan Analisis Perpajakan Transaksi Sewa Guna Usaha

Dalam leasing terdapat perbedaan pengakuan beban angsuran leasing Penyusutan aktiva tetap leasing jika dilihat dari perlakuan akuntansi menurut komersial dan fiskal, atas perbedaan tersebut akan

mempengaruhi

penghasilan kena pajak bagi perusahaan. 3. Ardiansy ah Lubis (2007) Leasing ditinjau dari aspek perpajakan Leasing Aspek Perpajakan Adanya perbedaan perlakuan antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan terhadap transaksi leasing, sehingga

utukkepentingan fiskal maka transaksi

leasingperlu dilakukan koreksi fiskal sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.


(56)

38 G. Kerangka Pimikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah membandingkan penerapan pembelian tunai dan leasing dalam perolehan aktiva tetap pada perusahaan dalam rangka menentukan besarnya penghematan pajak.

Alur kerangka pemikiran disajikan di dalam skema kerangka berpikir, sebagaimana terlihat pada gambar berikut

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

Aktiva tetap

Sewa guna usaha Pembelian tunai

Amortisasi hak sewa guna usaha

Biaya penyusutan

Bandingkan

Metode analisis

Kesimpulan Penghematan


(57)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian yang telah diteliti adalah PT. Els Indonesia Prima. Penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung pada PT. Els Indonesia Prima. yang berlokasi di Jl. Meruya Ilir Raya-Kembangan, Jakarta -Indonesia untuk mandapatkan data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna (leasing) usaha dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima.. Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya dibatasi pada seberapa besar pengaruh perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha dan pembelian tunai pada PT. Els Indonesia Prima.

B. Metode Penelitian Sampel

Menurut Sugiyono (2005:55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”


(58)

40 Sampel adalah sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya ada keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat mengambil sampel dari populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Els Indonesia Prima, dengan sampel aktiva pada PT. Els Indonesia Prima.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Penelitian lapangan (Field Research)

Penulis mencari data primer yang bersifat praktis, yaitu dengan mengadakan peninjauan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan. Adapun pelaksanaan penelitian lapangan ini, digunakan teknik pengamatan yang dilakukan untuk menambah data-data yang actual.

2. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Penulis mencari data-data dan informasi tambahan yang bersifat teoritis dari buku-buku acuan dan literature yang diperoleh dari perpustakaan.


(59)

41 D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anallisis deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah proses pengumpulan, pengujian dan meringkas berbagai karakteristik data, dalam upaya untuk menggambarkan data tersebut secara memadai (Santoso, 2002).

E. Definisi Operasional Variabel

Adapun beberapa variabel yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

2. Pembelian tunai adalah sejumlah uang kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan.

3. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.


(60)

42 4. Financial lease adalah suatu kegiatan leasing dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.

5. Penghematan pajak adalah bagian dari perencanaan pajak guna mengurangi aliran pembayaran/pengeluaran kas perusahaan dengan cara meminimalisasi beban pajak yang harus dibayar perusahaan.


(61)

43

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Latar belakang perusahaan

PT. ELS Indonesia Prima pertama kali didirikan oleh Bapak Iskandar Yusuf dimulai pada tahun 2001. Yang merupakan satu-satunya distributor produk elektrolux terbesar di Indonesia. Dengan misi dan visi serta dukungan pengalaman di bidang elektronik maka pada tahun 2001 Bapak Iskandar Yusuf secara resmi mendirikan PT. ELS Indonesia Prima di Rukan Taman Meruya Blok M/15 Jl. Meruya Ilir Raya - Kembangan, Jakarta 11620 – Indonesia.

PT. ELS Indonesia Prima adalah Distributor Sistem Electrolux laundry di Indonesia dengan komitmen untuk membangun Bisnis bagi pelanggan yang berharga, memberikan pelayanan kepada Pemerintah dan kepentingan pribadi baik perusahaan lokal maupun asing dan investor. Kami memiliki kompetensi dan keandalan untuk melakukan penilaian bisnis dan penasehat, menyediakan dan menginstal, pelatihan dan layanan setelah penjualan.

Untuk memberikan jasa, kami bekerja sama dengan produsen yang telah memiliki sertifikasi internasional tentang Standar Sistem Manajemen lingkungan (ISO 14001:1996) dan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2000).


(62)

44 Kami bertujuan untuk mencapai kualitas terbaik, pengiriman, pelayanan dan hubungan jangka panjang bagi klien kami. Kami mengupayakan untuk memberikan layanan yang terbaik untuk mencapai kepuasan kepada klien kami dengan cara yang profesional, ketepatan waktu standar dan dukunganya.

Tujuan kami adalah membantu klien kami yang mencari solusi dengan cara saling menguntungkan untuk mencapai nilai optimal, sehingga semua pihak yang terlibat akan dapat mewujudkan tujuan masing-masing dari transaksi. PT. ELS Indonesia Prima mempekerjakan anggota profesional untuk memperoleh sebutan profesional yang akan menambah kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan klien dan mencapai kepuasan klien.

Adapun keunggulan PT. ELS Indonesia Prima selain dari segi produktifitas, pengalaman dan keragaman juga terjaminnya kelangsungan penyediaan pasokan dari elektrolux sendiri yang terintegrasi dengan bisnis elektronik, sehingga dalam menghadapi gejolak perubahan situasi ekonomi dan moneter. PT. ELS Indonesia Prima dapat mempertahankan komitmennya sebagai Distributor System Electrolux laundry yang dapat diandalkan. Adapun mesin-mesin yang dimiliki oleh PT. ELS Indonesia Prima adalah, sebagai berikut:

• WSB 4500H

• IC4 4832 R • Dryer Highcap • Ironder Bedtype


(63)

45 • Hydro Rigid

• Barier Pullman • Washer 4130

• W4240H Frontload

• W4130N Frontload

Dan juga berbagai ragam mesin dengan teknologi tinggi yang cukup dikenal elektronik seperti flatwork ironer, hydro extractors dan front load washer. Dengan di tunjang peralatan laboratorium, proses quality control yang ketat serta tenaga kerja yang berpengalaman, PT. ELS Indonesia Prima telah menguasai teknologi dibidang drying dan finishing. PT. ELS Indonesia Prima juga melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas.

1. Visi Perusahaan

PT. ELS Indonesia Prima adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri “Distributor Sistem Electrolux laundry di Indonesia “ dengan tujuan menjadi perusahaan bertaraf internasional dan memimpin pasar di Indonesia dengan visi meningkatkan kualitas dan mutu produk yang dapat diandalkan. Visi ini dituangkan dalam motto perusahaanadalah “ Kualitas produksi, kami jadikan perhatian yang pertama. “ Dalam usaha untuk mencapai visi perusahaan, PT. ELS Indonesia Prima menuangkan dalam bentuk kebijakan mutu sebagai berikut:


(64)

46

a. Mengutamakan kepuasan pelanggan

b. Melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap sistem manajemen

mutu.

2. Misi Perusahaan

Untuk dapat mencapai visi, perusahaan membuat misi yaitu dengan meningkatkan mutu atau kualitas dari produk yang dihasilkan oleh

perusahaan. Untuk dapat menghasilkan kualitas atau mutu yang baik PT. ELS Indonesia Prima membuat target atas setiap kegiatan yang ada diperusahaan.

B. Penerapan Metode Sewa Guna Usaha (Financial Lease) Atas Aktiva Tetap Perusahaan.

Sejak tahun delapan puluhan leasing atau sewa guna usaha telah dikenal luas di kalangan bisnis di Indonesia, meskipun baru diperkenalkan pada tahun 1974. Konsep ini merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang dapat dijadikan alternatif oleh perusahaan untuk memperoleh aktiva tetap yang dibutuhkan. Sewa guna usaha memang menjadi suatu transaksi yang menguntungkan bagi perusahaan. Jika PT. Els Indonesia Prima menerapkan sewa guna usaha khususnya Financial Lease (PT. Els Indonesia Prima sebagai lessee), ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan antara lain :


(65)

47 tinggi. Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah besar kas pada saat itu juga. Pengeluaran kas dalam jumlah yang cukup besar pada saat membeli aktiva tetap itu dapat menjadi tidak menguntungkan, karena bisa saja perusahaan tiba-tiba membutuhkan kas yang cukup besar untuk hal yang lebih penting tetapi sejumlah besar kas tersebut telah terpakai untuk membeli aktiva tetap. Biaya bunga yang tinggi terjadi jika perusahaan dalam melakukan pembelian aktiva tetapnya meminjam dana melalui bank dengan pembebanan bunga yang cukup tinggi atas pinjamannya.

•Sewa guna usaha mengurangi resiko keusangan karena sebagian besar biaya atas aktiva tetap sebelum hak opsi digunakan (untuk financial lease) ditanggung oleh pihak perusahaan (lessor).

•Perjanjian sewa guna usaha memungkinkan lessee untuk mengetahui jumlah pembayaran leasing sehingga lessee dapat dengan akurat memperkirakan kebutuhan kas untuk aktiva tetap tersebut.

•Dari segi perlakuan pajak, kantor pajak tidak menganggap transaksi leasing sebagai pembelian, tetapi sebagai sebuah pengurang pajak. Dengan demikian, lessee dapat mengurangi pendapatan perusahaan dengan pembayaran leasing.

Penerapan alternatif leasing yang dilakukan oleh penulis atas aktiva tetap yang dimiliki oleh PT. Els Indonesia Prima bertujuan untuk melihat perbandingan penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan dengan


(1)

Head Office :

Rukan Taman Meruya Blok M/15

Jl. Meruya Ilir Raya – Kembangan

Jakarta 11620 – Indonesia

Phone :+62-21-5853336 (Hunting)

Fax

:+62-21-5853341

E-Mail : Info@Elsindonesia.Com

Website :Www.Elsindonesia.Com

Daftar mesin dan kendaraan

PT. Els Indonesia Prima

no

Jenis Aktiva Tetap

Tahun Perolehan

Harga Perolehan

Mesin:

1

WSB 4500

15 April 2009

520.000.000

2

T4900

28 April 2009

125.937.000

3

IC4 4832 R

7 May 2009

446.052.000

Kendaraan:

1

Mitsubishi (colt L 300)

4 Februari 2003

140.000.000

2

Daihatsu (grandmax)

20 Maret 2008

130.000.000

3

Daihatsu (xenia)

12 Desember 2008

145.000.000

4

Daihatsu (Xenia)

9 Januari 2009

145.000.000

5

Suzuki (carry)

11 Juni 2009

55.000.000

Logistic & Sparepart Centre:

Komplek Pergudangan Taman Tekno Sector XI Blok L1 No. 2, BSD City – Tangerang, Phone : +62-21-75880513-14, Fax :+62-21- 75880515

ELS INDONESIA PRIMA, pt

Representative Electrolux Laundry Systems


(2)

I.31 SUKU BUNGA PINJAMAN RUPIAH YANG DIBERIKAN MENURUT KELOMPOK BANK

(Persen per tahun)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

2008 2009

2004 2005 2006 2007 2008 Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May

2004 2005 2006 2007

2008 1-Aug 1-Sep

#### #### #### #### #### #### #### ####

1 Bank Persero - - - - - - -

-2 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 15.7114.32 15.36 13.47 14.61 13.33 13.61 14.14 14.52 14.61 14.59 14.48 14.45 14.38 14.28

3 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 14.9814.10 14.98 12.93 13.85 12.86 13.12 13.47 13.82 13.85 13.83 13.66 13.55 13.51 13.39

4 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 15.2314.62 15.26 14.03 13.84 13.59 13.57 13.68 13.76 13.84 13.90 13.91 13.92 13.92 13.91

5 Bank Pemerintah Daerah - - - - - - -

-6 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 16.8517.54 16.60 15.33 14.43 14.57 14.47 14.44 14.50 14.43 14.44 14.32 14.29 14.21 14.16

7 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 15.5116.24 15.28 14.61 13.52 13.51 13.44 13.39 13.34 13.52 13.55 13.48 13.32 13.29 13.25

8 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 14.1915.10 14.16 13.82 14.06 13.92 13.96 14.02 14.02 14.06 14.07 14.10 14.12 14.17 14.22

9 Bank Swasta Nasional - - - - - - -

-10 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 16.9513.13 15.41 12.96 15.90 13.75 14.42 15.29 15.81 15.90 15.99 15.84 15.69 15.48 15.32

11 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 16.2313.91 15.42 13.11 14.85 12.85 13.48 14.21 14.61 14.85 14.83 14.72 14.52 14.58 14.52

12 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 16.0615.93 17.20 14.69 15.91 14.61 14.86 15.24 15.62 15.91 15.95 16.19 16.27 16.48 16.61

13 Bank Asing dan Bank Campuran - - - - - - -

-14 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 9.33 11.4214.50 10.23 14.58 11.67 12.60 13.81 14.56 14.58 14.46 14.14 14.11 13.73 13.45

15 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 15.5511.44 13.21 10.56 15.00 12.41 13.16 14.11 15.26 15.00 14.95 14.75 14.40 14.24 13.74

16 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 32.0132.90 35.74 36.24 35.32 35.59 35.25 35.17 35.22 35.32 35.41 35.39 34.99 34.76 35.09

17 Bank Umum - - - - - - -

-18 Pinjaman Modal Kerja Yang Diberikan 16.2313.41 15.07 13.00 15.22 13.42 13.93 14.67 15.13 15.22 15.23 15.08 14.99 14.82 14.68

19 Pinjaman Investasi Yang Diberikan 15.6614.05 15.10 13.01 14.40 12.86 13.32 13.88 14.28 14.40 14.37 14.23 14.05 14.05 13.94

20 Pinjaman Konsumsi Yang Diberikan 16.8316.57 17.58 16.13 16.40 15.78 15.87 16.05 16.24 16.40 16.45 16.53 16.46 16.48 16.57

Kelompok Bank dan Jenis Pinjaman

Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia

Indonesian Financial Statistics

86


(3)

I.31 INTEREST RATE OF RUPIAH LOANS BY GROUP OF BANKS

(Percent Per Annum)

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

2010

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul * Aug *

#### 1-Jul #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### #### 1-Jul ####

- - - - State Banks 1

14.16

14.17 14.08 14.03 14.00 13.90 13.63 13.05 13.02 13.63 13.52 13.33 13.28 13.36 13.64 Working Capital Loans 2

13.28

13.18 13.21 12.78 12.66 12.58 12.56 12.04 11.99 12.11 11.97 11.87 11.78 11.71 11.09 Investment Loans 3

14.06

14.02 14.00 13.98 13.92 13.90 13.88 13.87 13.91 13.66 13.62 13.61 13.45 13.39 13.28 Consumer Loans 4

- - - - Regional Government Banks 5

14.16

14.16 14.14 14.10 14.07 14.02 13.91 13.79 13.79 13.67 13.70 13.65 13.68 13.69 13.47 Working Capital Loans 6

13.20

13.13 12.81 12.76 12.66 12.59 12.54 12.74 12.82 12.79 12.79 12.74 12.49 12.50 12.52 Investment Loans 7

14.23

14.23 14.25 14.25 14.24 14.22 14.17 14.14 14.31 14.34 14.32 14.22 14.22 14.21 14.29 Consumer Loans 8

- - - - Private National Banks 9

15.15

15.07 14.89 14.67 14.56 14.38 14.09 14.95 14.88 13.98 13.84 13.71 13.55 13.57 13.52 Working Capital Loans 10

14.33

14.14 13.94 13.80 13.70 13.62 13.51 14.58 14.54 13.38 13.34 13.30 13.60 13.49 13.26 Investment Loans 11

16.66

16.77 16.71 16.82 16.62 16.58 16.22 16.58 16.56 14.91 14.91 14.68 14.45 14.37 14.18 Consumer Loans 12

- - - - Foreign Banks and Joint Banks 13

13.27

12.90 12.57 12.34 12.20 12.17 11.73 11.34 11.04 11.02 10.82 10.67 10.52 10.56 10.55 Working Capital Loans 14

13.53

12.74 12.58 12.27 12.51 12.34 12.22 12.52 12.37 12.21 12.07 12.16 11.96 11.74 11.69 Investment Loans 15

35.23

35.39 35.37 35.28 35.24 34.97 35.59 35.96 35.32 35.24 34.82 33.86 32.71 32.48 32.35 Consumer Loans 16

- - - - Commercial Banks 17

14.52

14.45 14.30 14.17 14.09 13.96 13.69 13.75 13.68 13.54 13.42 13.26 13.17 13.21 13.19 Working Capital Loans 18

13.78

13.58 13.48 13.20 13.12 13.03 12.96 13.24 13.21 12.72 12.62 12.59 12.70 12.60 12.40 Investment Loans 19

16.63

16.66 16.62 16.67 16.53 16.47 16.42 16.32 16.36 15.42 15.34 15.23 14.99 14.92 14.83 Consumer Loans 20

Group of Banks and Type of Loans

Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia

Indonesian Financial Statistics

87


(4)

Keterangan

Leasing dengan Bunga

Beli s

Nominal

Present Value (disc. Rate

14,38%)

nominal

harga perolehan

lease fee

621,551,760

567,236,606

nilai opsi

52,000,000

52,000,000

harga mesin WSB 4500 H

520,000,000

jumlah

673,551,760

619,236,606

520,000,000

biaya yang boleh dibiayakan:

lease fee

621,551,760

567,236,606

biaya penyusutan

52,000,000

12,847,287

520,000,000

jumlah

673,551,760

580,083,893

520,000,000

pengurangan PPh karena biaya

202,065,528

174,025,168

156,000,000


(5)

ecara Tunai

Keterangan

Leasing dengan Bunga

present value (disc.

Rate 14,38%

Nominal

Present Value

(disc. Rate

harga perolehan

lease fee

486,571,196

533,162,304

nilai opsi

44,605,200

44,605,200

520,000,000

harga mesin IC4 4832 R

520,000,000

jumlah

531,176,396

577,767,504

biaya yang boleh dibiayakan:

lease fee

533,162,304

199,673,971

biaya penyusutan

44,605,200

531,176,396

199,673,971

jumlah

531,176,396

577,767,504

59,902,191


(6)

Beli secara Tunai

nominal

present value

(disc. Rate

446,052,000

446,052,000

446,052,000

446,052,000

446,052,000

172,157,646

446,052,000

172,157,646

133,815,600


Dokumen yang terkait

Pngaruh pengalaman audit, indenpendensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan; studi empiris pada kantor akuntansi publik di DKI Jakarta

1 10 154

Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

3 15 168

Pengaruh pengalaman auditor terhadap keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

0 5 92

Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi Auditor dan Kode Etik terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)

2 15 98

Pengaruh profesionalisme dan independensi Auditor terhadap kualitas audit dengan etika Auditor sebagai variabel moderating (studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta)

1 5 124

Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan: Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Bandung.

0 0 20

PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN INDEPENDENSI PENGARUHNYA TERHADAP PROFESIONALISME AUDITOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya ).

0 0 18

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN DAN INTUISI TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 16

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, INTUISI, INDEPENDENSI, DAN PRESSURE TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris : Kantor Akuntan Publik Semarang) - Unika Repository

0 0 15

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, INTUISI, INDEPENDENSI, DAN PRESSURE TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris : Kantor Akuntan Publik Semarang) - Unika Repository

0 0 40