dapat menyebabkan penyakit pada bibit tanaman karet. Jamur ini juga dapat menyerang daun karet yang masih muda maupun yang sudah tua Situmorang
Budiman, 1984. Keberhasilan infeksi patogen tersebut ditunjukkan oleh gejala nekrosis yang spesifik pada tulang-tulang daun yang mengakibatkan pengguguran
daun sehingga tanaman meranggas Suwarto, 2003.
Colletotrichum
juga merupakan salah satu jamur penyebab penyakit gugur daun pada tanaman karet. Peyakit ini tidak hanya menyerang tanaman yang sudah
tua tetapi penyakit ini juga banyak ditemukan pada tanaman karet yang masih muda Rao, 1965; Webster dan Bauklkwill, 1989. Selain tanaman karet
Colletotrichum
juga dapat menyerang tanaman lainnya seperti mangga Jayasinghe dan Fernando, 2009 tanaman cabai Firdausyi, 2005, tanaman
kakao Suryanto
et al
. 2014.
4.2 Uji Antagonis Bakteri Kitinolitk Rizosfer Terhadap Jamur Patogen
Bakteri kitinolitik rizosfer menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen
R. lignosus, Corynespora Colletotrichum
yang dilakukan secara
in vitro
pada media MGMK Gambar 4.2. Pengukuran zona hambat bakteri kitinolitik rizosfer terhadap jamur patogen dilakukan pada hari ke-4, ke-6 dan ke-8.
Gambar 4.2 Uji antagonis bakteri kitinolitik A. Isolat FS 4 terhadap 1.
R. lignosus
2
. Corynespora
dan 3.
Colletotrichum
dan B. Isolat FS 7 terhadap 1.
R. lignosus
2.
Corynespora
3.
Colletotrichum
Isolat fungi diletakkan ditengah, sedangkan isolat bakteri diletakkan di
kedua sisi hifa jamur.
Kemampuan bakteri kitinolitik rizosfer dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen ditandai dengan adanya zona hambat pada koloni jamur patogen,
berupa cerukan penipisan elevasi pada daerah pertemuan koloni bakteri dengan jamur. Diameter zona hambat pada masing-masing isolat bakteri kitinolitik
berbeda-beda pada beberapa jamur patogen yang disajikan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Hasil uji antagonis bakteri kitinolitik rizosfer terhadap jamur patogen Isolat bakteri FS 7 memiliki kemampuan antagonis yang lebih tinggi
terhadap masing-masing jamur patogen. Pada hari ke-8 bakteri ini mampu menghasilkan zona hambat sebesar 21,35 mm, 17 mm dan 21,5 mm terhadap
R. lignosus,
Corynespora
, dan
Colletotrichum
, sedangkan pada isolat bakteri FS 4 menghasilkan zona hambat sebesar 14,5 mm, 14,5 mm dan 20,15 mm terhadap
jamur patogen. Besarnya diameter zona hambat berbeda pada masing-masing isolat. Peningkatan besarnya zona hambat terjadi di tiap hari pengamatan.
Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan enzim kitinase yang dihasilkan pada masing-masing isolat Kobayashi
et al
. 2002; Metclafe
et al
. 2002. Kemampuan bakteri kitinolitik dalam menghambat jamur patogen dapat
disebabkan oleh adanya senyawa anti fungal dan enzim hidrolitik seperti kitinase dan glukanase yang dihasilkan oleh bakteri kitinolitik yang dapat merusak dinding
sel jamur patogen Ferniah
et al.
2011. Menurut Kim
et al
. 2008 bakteri kitinolitik mulai menghasilkan enzim kitinase pada hari ke-3. Zona hambat akan
terus meningkat selama masa inkubasi sampai pada hari ke-7 atau lebih. Hal ini mengindikasikan bahwa pada masa inkubasi enzim kitinase masih dihasilkan dan
berdufusi ke dalam media dan mendegradasi hifa jamur tersebut .
Beberapa hal
14.5 14.5
20.2 21.4
17.0 21.5
5 10
15 20
25
R. lignosus Corynespora sp.
Colletotrichum sp.
D ia
m et
er z
o n
a am
b at
m m
Isolat jamur FS 4
FS 7
yang mempengaruhi variasi zona hambat dapat disebabkan oleh kespesifikan spesies bakteri kitinolitik, perbedaan aktivitas kitinase, komposisi kitin pada
miselia fungi, laju pertumbuhan bakteri dan fungi dan senyawa anti fungal lainnya Annand dan Reddy 2009; Benhamou
et al.
1990; Gohel
et al
. 2006.
4.3 Pengamtan Hifa Abnormal Jamur Patogen