2. Kompetensi Personal
Kompetensi personal adalah keterampilan atau keahlian, sikap dan nilai yang memungkinkan pustakawan bekerja secara efisien, menjadi komunikator yang
baik, selalu mempunyai semangat untuk terus belajar sepanjang karirnya, dapat mendemonstrasikan nilai tambah atas karyanya, dan selalu dapat bertahan dalam
dunia kerja yang baru. Pustakawan referensi setidaknya mempunyai kompetensi secara professional
dan personal sehingga dapat mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang ada di dalam maupun di luar perpustakaannya untuk memenuhi kebutuhan informasi
para penggunanya. Pustakawan referensi harus dapat melokalisir keberadaan informasi tertentu yang dibutuhkan pengguna. Dalam hal ini, fungsi layanan
adalah menjembatani pengguna dengan informasi yang dibutuhkannya dari luar perpustakaan dan mempertemukannya.
44
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Latar Belakang Pendirian dan Sejarah Singkat Perpustakaan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Pada bab ini penulis dalam mendapatkan sumber data, penulis peroleh melalui brosur dan website resmi Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia., wawancara yang dilakukan dengan pihak yang ada kaitannya dengan subyek penelitian ini, yaitu koordinator perpustakaan dan pustakawan
Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Perpustakaan Mahkamah
Konstitusi Republik
Indonesia adalah
Perpustakaan khusus yang mengoleksi informasi tentang Hukum dan Tata Negara, serta informasi yang berkaitan dengannya seperti Politik, Administrasi Negara
serta Sejarah dan Biografi. Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia merupakan unit
pendukung bagi Hakim Konstitusi, Tenaga Ahli, serta Peneliti di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia secara organisasi berada di bawah Pusat Penelitian dan Pengkajian, Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Perpustakaan Mahkamah
Konstitusi Republik
Indonesia secara
administratif mulai berdiri sejak Agustus 2004 bersamaan dengan lahirnya SK Sekjen MKRI NO.357KepSet.MK2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
namun secara operasional Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia baru berjalan mulai Januari tahun 2005.
Sedangkan secara fungsional kedudukan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mendukung langsung kepada hakim konstitusi
dalam membuat keputusan melalui ketersediaan referensi dan literatur. Berdirinya Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
diawali dengan diadopsinya ide Mahkamah Konstitusi Constitutional Court dalam amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat MPR pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat 2, Pasal 24C, dan Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 hasil Perubahan
Ketiga yang disahkan pada 9 Nopember 2001. Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu perkembangan pemikiran hukum dan kenegaraan
modern yang muncul di abad ke-20. Dilihat dari sejarah berdiri dan perkembangan mahkamah konstitusi di
dunia diawali dari kasus Madison versus Madbury di Amerika Serikat. Pada
awalnya manfaat dari Mahkamah Konstitusi berkaitan dengan keperluan untuk mengadakan pengujian terhadap konstitusionalitas undang-undang yang
ditetapkan parlemen. Inti perdebatan dalam kasus tersebut adalah bahwa Mahkamah Agung Amerika Serikat yang dipimpin John Marshall ditantang
untuk melakukan pengujian review atau toetsting atas konstitusionalitas undang- undang yang ditetapkan oleh Konggres. Keputusan Madbury melawan
Madison pada tahun 1803 itu sangat populer dan diyakini sebagai awal kelahiran Judicial Review di USA
Dan di Indonesia, konstitusi pertama kali adalah UUD 1945 yang disahkan dalam Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 berdasarkan naskah yang dipersiapkan oleh satu badan bentukan pemerintah Jepang yang diberi nama “Dokuritsi Zyunbi Tyoosakai” atau Badan
Penyelidik. Awal berdirinya, Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
hanya memiliki satu orang pengelola dan hanya tersedia 200 eksemplar buku, serta menggunakan ruangan 4 x 6 meter persegi.
Dan pada tahun 2005 sumber daya manusia SDM di Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia menjadi 3 orang, dan koleksi-koleksi
buku bertambah menjadi 1500 eksemplar dengan satu unit komputer. Pada tahun 2007 Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia menempati ruangan
baru di lantai 5. Dan pada tahun 2008 terjadi pengembangan ruang di lantai 6 dengan desain khusus, 4 sumber daya manusia SDM, jumlah koleksi buku
mencapai 7000 eksemplar dan terpasang Sistem Pengaman RFID. Kemudian pada tahun 2009 terjadi pengembangan lantai 6 dan 16, dengan
5 sumber daya manusia SDM, dan untuk jumlah koleksi buku menjadi 12.000 eksemplar ditambah dengan koleksi e-Book. Selanjutnya pada tahun 2010,
Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dilengkapi dengan kebutuhan infrastruktur di lantai 5, 6 dan 16 dengan jumlah koleksi mencapai
7.243 judul dan 14.308 eksemplar. Kemudian Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mulai
melakukan legalisasi fungsional sumber daya manusia SDM serta peningkatan kualitas berstandar kompetensi tersertifikasi. Selanjutnya, Perpustakaan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia melakukan eksistensi organisasi baru dalam program reformasi birokrasi maupun kerjasama dengan perpustakaan
institusi lain. Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia bukan hanya
untuk kepentingan intern Lembaga Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia seperti kebutuhan informasi bagi hakim konstitusi, panitera pengganti maupun
peneliti, namun juga membuka kesempatan seluas-luasnya kepada publik. Misalnya praktisi hukum, peneliti dari perguruan tinggi dan pemerhati hukum
lainnya untuk menggunakan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
”Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juga menjalin kerjasama dengan Pusat Kajian Konstitusi PKK di 39 perguruan tinggi,
perpustakaan nasional sebagai pembina. Kegiatan selain itu, Mahkamah Konstitusi juga turut serta dalam pameran, book fair, penyebaran informasi
melalui leaflet, brosur dan lainnya”.
1
Visi dan misi Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
Visi :
”Menjadi Perpustakaan dan Pusat Informasi Hukum Terlengkap di
Indonesia.”
Misi :
“Untuk Mewujudkan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia sebagai Perpustakaan yang menyediakan referensi hukum yang
terlengkap di Indonesia dan Membantu tugas, fungsi dan kewajiban konstitusional Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam membangun
masyarakat Indonesia yang sadar Konstitusi.”
1
http:www.mahkamahkonstitusi.go.idindex.php?page=website.BeritaInternalLengkapid=3935 diakses pada 1 Juni 2010